26.7 C
Jakarta
Tuesday, December 10, 2024

Usai Pesta Miras, Dua Keluarga Duel Berdarah

PROKALTENG.CO– Perkelahian maut ini terjadi pada Sabtu (7/10) malam, sekitar pukul 20.30 Wita di Jalan Jahri Saleh RT 7 Sungai Jingah, Banjarmasin Utara. Korban tewas adalah Muhammad Taufik Anwar (30) dan kakaknya Didi Darmadi (36).
Tiga saudara lainnya terluka: Haidir Ali (21), Syamsul Bahri (40), dan Syamsiar (32).

Lawannya masih tetangga sekampung. Tiga orang diringkus personel Polsek Banjarmasin Utara, Satreskrim Polresta Banjarmasin, dibantu Resmob Polda. Tim gabungan itu dikomando Kapolsek Banjarmasin Utara Kompol M Noor Chaidir.
Dalam pelarian, Bahtiar (51) diringkus polisi di kawasan Landasan Ulin, Banjarbaru.

Putranya Septiannor alias Onoi (24) ditangkap di rumah sakit ketika sedang dirawat tim medis. Ia terluka di kepala. Seorang lagi remaja NH (16), saudara sepupu Onoi. Pelaku di bawah umur ini diamankan di kawasan Jalan Veteran, Banjarmasin Timur.

Versi ibu korban, Bahriah (55), awalnya Haidir dan temannya bertikai dengan Onoi ketika sedang pesta miras di ujung jalan kampung. Entah apa pemicunya, yang pasti Haidir membela kawannya. Onoi yang gelap mata mengambil tombaknya dan melukai Haidir.

Haidir pun lari ke rumah untuk meminta bantuan. Kepada keluarganya, ia mengadu telah ditombak Onoi. Mendengar itu, keempat kakaknya naik pitam. Mereka buru-buru mendatangi lokasi perkelahian untuk melancarkan serangan balasan.

Namun Onoi lebih siap, bersiaga dengan sebilah tombaknya. Bahkan ayahnya Bahtiar ikut membantu dengan menenteng balok ulin. Dalam duel itu, Onoi terluka di kepala akibat dibacok Syamsul. Bahtiar datang membantu untuk menangkis serangan.

Pada akhirnya, kelima bersaudara itu kalah oleh serangan bertubi-tubi lawannya. Taufik meregang nyawa di IGD Rumah Sakit Ansari Saleh dengan lima tikaman di tubuh. Sedangkan Didit baru ditemukan besok paginya (8/10). Jasadnya tergeletak di kolong titian Kampung Kenanga.

Baca Juga :  Mayat Mengapung di Laut

Semalam suntuk keluarganya mencari ke rumah-rumah sakit di Banjarmasin, tapi nihil. Bahkan sempat meminta bantuan penerawangan “orang pintar”.

“Pagi harinya kami temukan. Petunjuk orang pintar, katanya cari saja di air atau di sungai. Tak lama anak-anak melihat Didit telentang di bawah titian. Ada luka di dahi dan dadanya,” ungkap Bahriah.

Sedangkan Syamsul menderita luka di paha kanan, Syamsiar menderita luka di kepala, dan Haidir terluka dada. Setelah dirawat tim medis, ketiganya sudah boleh pulang ke rumah.
Bahriah tak menyangka bakal kehilangan dua anak sekaligus.

“Saya berharap hukuman mati bagi para pelaku. Putra saya tewas keduanya dan saudaranya juga terluka,” pintanya.

Makin larut, suami Bahriah, Thambrin (63) ke luar rumah. Menuju lokasi untuk mencari kelima anaknya. Tidak membawa apa-apa, semua pakai tangan kosong. Kalau memang hendak memberi perhitungan, saya pun akan datang membawa senjata. Jadi tak ada niat untuk menyerang,” kisahnya.

“Bahkan ketika saya hendak mengangkat tubuh Taufik untuk diselamatkan ke rumah sakit, sempat diserang Bahtiar. Saya mundur dan menjauh,” tambahnya.

“Di depan mata saya sendiri pelaku menghabisi anak saya,” ujarnya.

Taufik dan Didit dimakamkan di lokasi berbeda, di alkah yang tak jauh dari rumah orang tuanya. Bakda zuhur kemarin (8/10). Ketua RT 7 Sungai Jingah, M Yani (49) hanya mendengar kabar angin tentang pemicu perkelahian berdarah itu. Kabarnya, pelaku menyimpan dendam kepada korban.

Baca Juga :  Aksi Nekat Pelajar Cegat Truk di Tengah Jalan Bikin Resah Warga Banjarbaru

Hingga pecah malam itu. “Dendam lama. Tetapi saya tidak tahu sama sekali apa masalahnya,” kata Yani.

“Haidir sempat ke rumah saya mengadu, kalau dia berkelahi dengan Onoi di dekat musala. Ketika saya ke lokasi, Taufik sudah tumbang dan warga sudah ramai berkerumun,” ujarnya.

Yani berharap polisi rajin-rajin berpatroli di kawasan Kampung Kenanga. Sebab masalah alkohol ini sudah meresahkan masyarakat. Terkadang, orang luar kampung juga berdatangan untuk ikut nimbrung pesta miras di sana.

“Di sini pesta miras sudah terang-terangan, tidak bersembunyi lagi. Saya sering menegur. Makanya setiap malam Minggu kami sering mengadakan kegiatan keagamaan di musala,” tuturnya.

“Harapan saya begitu, polisi sering-sering patroli kemari,” harapnya.

Para pelaku ditahan di Polsek Banjarmasin Utara dan masih menjalani pemeriksaan.”Masih kami periksa. Sementara terduga kuat mengarah ke pelaku ayah dan anak, serta pelaku anak di bawah umur berinisial AH,” kata Kapolsek Banjarmasin Utara Kompol M Noor Chaidir didampingi Kanit Reskrim Iptu Aris Wibawa, kemarin siang.

Hasil interogasi pelaku, korban dan saksi, kejadian ini berawal dari pesta miras. Dalam pengaruh alkohol, terjadi keributan. Dalam versi polisi, para korban tidak menyerang dengan tangan kosong. Mereka juga membawa senjata tajam.

“Para korban menyerang rumah pelaku, namun ada perlawanan. Sehingga para penyerang menjadi korban. Pelaku Onoi sendiri terluka di kepala. Diserang sajam Syamsul,” pungkas Chaidir.

Polisi juga masih mencari barang bukti seperti tombak dan parang yang digunakan dalam perkelahian itu. (lan/az/fud/jpg/hnd)

PROKALTENG.CO– Perkelahian maut ini terjadi pada Sabtu (7/10) malam, sekitar pukul 20.30 Wita di Jalan Jahri Saleh RT 7 Sungai Jingah, Banjarmasin Utara. Korban tewas adalah Muhammad Taufik Anwar (30) dan kakaknya Didi Darmadi (36).
Tiga saudara lainnya terluka: Haidir Ali (21), Syamsul Bahri (40), dan Syamsiar (32).

Lawannya masih tetangga sekampung. Tiga orang diringkus personel Polsek Banjarmasin Utara, Satreskrim Polresta Banjarmasin, dibantu Resmob Polda. Tim gabungan itu dikomando Kapolsek Banjarmasin Utara Kompol M Noor Chaidir.
Dalam pelarian, Bahtiar (51) diringkus polisi di kawasan Landasan Ulin, Banjarbaru.

Putranya Septiannor alias Onoi (24) ditangkap di rumah sakit ketika sedang dirawat tim medis. Ia terluka di kepala. Seorang lagi remaja NH (16), saudara sepupu Onoi. Pelaku di bawah umur ini diamankan di kawasan Jalan Veteran, Banjarmasin Timur.

Versi ibu korban, Bahriah (55), awalnya Haidir dan temannya bertikai dengan Onoi ketika sedang pesta miras di ujung jalan kampung. Entah apa pemicunya, yang pasti Haidir membela kawannya. Onoi yang gelap mata mengambil tombaknya dan melukai Haidir.

Haidir pun lari ke rumah untuk meminta bantuan. Kepada keluarganya, ia mengadu telah ditombak Onoi. Mendengar itu, keempat kakaknya naik pitam. Mereka buru-buru mendatangi lokasi perkelahian untuk melancarkan serangan balasan.

Namun Onoi lebih siap, bersiaga dengan sebilah tombaknya. Bahkan ayahnya Bahtiar ikut membantu dengan menenteng balok ulin. Dalam duel itu, Onoi terluka di kepala akibat dibacok Syamsul. Bahtiar datang membantu untuk menangkis serangan.

Pada akhirnya, kelima bersaudara itu kalah oleh serangan bertubi-tubi lawannya. Taufik meregang nyawa di IGD Rumah Sakit Ansari Saleh dengan lima tikaman di tubuh. Sedangkan Didit baru ditemukan besok paginya (8/10). Jasadnya tergeletak di kolong titian Kampung Kenanga.

Baca Juga :  Mayat Mengapung di Laut

Semalam suntuk keluarganya mencari ke rumah-rumah sakit di Banjarmasin, tapi nihil. Bahkan sempat meminta bantuan penerawangan “orang pintar”.

“Pagi harinya kami temukan. Petunjuk orang pintar, katanya cari saja di air atau di sungai. Tak lama anak-anak melihat Didit telentang di bawah titian. Ada luka di dahi dan dadanya,” ungkap Bahriah.

Sedangkan Syamsul menderita luka di paha kanan, Syamsiar menderita luka di kepala, dan Haidir terluka dada. Setelah dirawat tim medis, ketiganya sudah boleh pulang ke rumah.
Bahriah tak menyangka bakal kehilangan dua anak sekaligus.

“Saya berharap hukuman mati bagi para pelaku. Putra saya tewas keduanya dan saudaranya juga terluka,” pintanya.

Makin larut, suami Bahriah, Thambrin (63) ke luar rumah. Menuju lokasi untuk mencari kelima anaknya. Tidak membawa apa-apa, semua pakai tangan kosong. Kalau memang hendak memberi perhitungan, saya pun akan datang membawa senjata. Jadi tak ada niat untuk menyerang,” kisahnya.

“Bahkan ketika saya hendak mengangkat tubuh Taufik untuk diselamatkan ke rumah sakit, sempat diserang Bahtiar. Saya mundur dan menjauh,” tambahnya.

“Di depan mata saya sendiri pelaku menghabisi anak saya,” ujarnya.

Taufik dan Didit dimakamkan di lokasi berbeda, di alkah yang tak jauh dari rumah orang tuanya. Bakda zuhur kemarin (8/10). Ketua RT 7 Sungai Jingah, M Yani (49) hanya mendengar kabar angin tentang pemicu perkelahian berdarah itu. Kabarnya, pelaku menyimpan dendam kepada korban.

Baca Juga :  Aksi Nekat Pelajar Cegat Truk di Tengah Jalan Bikin Resah Warga Banjarbaru

Hingga pecah malam itu. “Dendam lama. Tetapi saya tidak tahu sama sekali apa masalahnya,” kata Yani.

“Haidir sempat ke rumah saya mengadu, kalau dia berkelahi dengan Onoi di dekat musala. Ketika saya ke lokasi, Taufik sudah tumbang dan warga sudah ramai berkerumun,” ujarnya.

Yani berharap polisi rajin-rajin berpatroli di kawasan Kampung Kenanga. Sebab masalah alkohol ini sudah meresahkan masyarakat. Terkadang, orang luar kampung juga berdatangan untuk ikut nimbrung pesta miras di sana.

“Di sini pesta miras sudah terang-terangan, tidak bersembunyi lagi. Saya sering menegur. Makanya setiap malam Minggu kami sering mengadakan kegiatan keagamaan di musala,” tuturnya.

“Harapan saya begitu, polisi sering-sering patroli kemari,” harapnya.

Para pelaku ditahan di Polsek Banjarmasin Utara dan masih menjalani pemeriksaan.”Masih kami periksa. Sementara terduga kuat mengarah ke pelaku ayah dan anak, serta pelaku anak di bawah umur berinisial AH,” kata Kapolsek Banjarmasin Utara Kompol M Noor Chaidir didampingi Kanit Reskrim Iptu Aris Wibawa, kemarin siang.

Hasil interogasi pelaku, korban dan saksi, kejadian ini berawal dari pesta miras. Dalam pengaruh alkohol, terjadi keributan. Dalam versi polisi, para korban tidak menyerang dengan tangan kosong. Mereka juga membawa senjata tajam.

“Para korban menyerang rumah pelaku, namun ada perlawanan. Sehingga para penyerang menjadi korban. Pelaku Onoi sendiri terluka di kepala. Diserang sajam Syamsul,” pungkas Chaidir.

Polisi juga masih mencari barang bukti seperti tombak dan parang yang digunakan dalam perkelahian itu. (lan/az/fud/jpg/hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru