27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Piton Raksasa Memangsa Tiga Ekor Kambing di Bagendang

SAMPIT-Seekor ular piton berukuran besar memangsa tiga ekor kambing milik Adit, warga Desa
Bagendang Permai, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kotim, Jumat (13/12). Satu
ekor kambing sudah ditelan bulat-bulat, sedangkan dua ekor lain sudah dalam
keadaan mati.

Piton sepanjang delapan meter itu
memangsa hewan ternak itu terjadi pada malam hari. Pemilik menemukan dua ekor kambing
dalam kondisi mengenaskan. “Dua ekor kambing yang belum dimakan, tidak bisa
tertolong lagi, karena banyak luka,” kata Kepala Desa Begendang Permai
Kuryadi, Jumat (14/12).

Islamiah, sebut Kuryadi, adalah penjaga
kandang kambing milik Adit yang melapor ke warga sekitar. Piton masih berada di
dalam kandang. Kekenyangan, dan tidak banyak bergerak. Setelah itu warga datang
untuk menangkap, akan tetapi ular sempat melakukan perlawanan. Bahkan, kepala
ular ini hendak menyambar warga yang ingin menangkapnya. Sampai akhirnya, warga
berhasil mengevakuasi ular keluar kandang.

“Terkait kejadian ini, kami
dari pemerintah desa memberi imbauam kepada warga yang memiliki ternak,
diusahakan membersihkan semak belukar sekitar kandang ternaknya,” imbuhnya.

Baca Juga :  Dua Cucu Raja Tega, Diduga Bunuh Nenek Sendiri di Kebun Karet

Komandan Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Sampit, Muriansyah menjelaskan, untuk diketahui ular sanca
atau piton tidak termasuk satwa liar yang dilindungi oleh UU RI. Tapi sangat
berbahaya. Bahkan, bukan hanya hewan ternak saja yang bisa menjadi korban
keganasan ular bernama latin pythonidae itu. Besar kemungkinan bisa terjadi
pada manusia.

“Jika lapar, kita (manusia, red)
bisa dimangsa,” jelasnya kepada Kalteng Pos, Sabtu (14/12).

Muriansyah meminta, jika ada
warga yang memelihara piton, khususnya di permukiman warga, disarankan agar
dilepas saja. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya
saja ular itu lepas, dan memangsa hewan atau bahkan manusia.

“Lepaskan saja ke hutan dan
memang jauh dari permukiman warga. Jika perlu serahkan ke petugas BKSDA untuk
dilepas ke tempat yang aman dan jauh dari aktivitas masyarakat tentunya. Saya
harap ini menjadi perhatian masyarakat, khususnya yang memelihara ular sanca
ini,” terangnya.

Baca Juga :  OMG ! Dua Cewek Bawa Pil Zenit, Pengakuannya Cukup Mengejutkan

Untuk di Kecamatan Mentaya Hilir
Utara saat musim kemarau, banyak lokasi yang terbakar. Otomatis merusak
ekosistem dan habitat satwa liar yang ada di kecamatan tersebut. Sebelum
kejadian ular yang menggegerkan warga, pihaknya juga ada menerima laporan tentang
orang utan yang berada di perkebunan karet atau sawit milik warga, rombongan
monyet ekor panjang yang berada di kebun buah milik warga.

Pihaknya juga melakukan
penyelematan tujuh individu orang utan di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan
Mentaya Hilir Utara.  Piton yang masuk ke
permukiman warga bisa jadi habitatnya terancam, dan lapar, karena  makanan di dalam hutan sudah berkurang.

“Jika kita melihat peristiwa ini
tentu membuktikan habitat satwa di kecamatan tersebut terganggu bahkan rusak.
Kesimpulannya, ular ini tentu ingin makan. Akan tetapi makanan yang biasanya
lokasinya mencari makan kemungkinan tidak ada atau terganggu oleh faktor
kebakaran beberapa waktu lalu,” beber Muriansyah.(rif/ram/nto)

SAMPIT-Seekor ular piton berukuran besar memangsa tiga ekor kambing milik Adit, warga Desa
Bagendang Permai, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kotim, Jumat (13/12). Satu
ekor kambing sudah ditelan bulat-bulat, sedangkan dua ekor lain sudah dalam
keadaan mati.

Piton sepanjang delapan meter itu
memangsa hewan ternak itu terjadi pada malam hari. Pemilik menemukan dua ekor kambing
dalam kondisi mengenaskan. “Dua ekor kambing yang belum dimakan, tidak bisa
tertolong lagi, karena banyak luka,” kata Kepala Desa Begendang Permai
Kuryadi, Jumat (14/12).

Islamiah, sebut Kuryadi, adalah penjaga
kandang kambing milik Adit yang melapor ke warga sekitar. Piton masih berada di
dalam kandang. Kekenyangan, dan tidak banyak bergerak. Setelah itu warga datang
untuk menangkap, akan tetapi ular sempat melakukan perlawanan. Bahkan, kepala
ular ini hendak menyambar warga yang ingin menangkapnya. Sampai akhirnya, warga
berhasil mengevakuasi ular keluar kandang.

“Terkait kejadian ini, kami
dari pemerintah desa memberi imbauam kepada warga yang memiliki ternak,
diusahakan membersihkan semak belukar sekitar kandang ternaknya,” imbuhnya.

Baca Juga :  Dua Cucu Raja Tega, Diduga Bunuh Nenek Sendiri di Kebun Karet

Komandan Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Sampit, Muriansyah menjelaskan, untuk diketahui ular sanca
atau piton tidak termasuk satwa liar yang dilindungi oleh UU RI. Tapi sangat
berbahaya. Bahkan, bukan hanya hewan ternak saja yang bisa menjadi korban
keganasan ular bernama latin pythonidae itu. Besar kemungkinan bisa terjadi
pada manusia.

“Jika lapar, kita (manusia, red)
bisa dimangsa,” jelasnya kepada Kalteng Pos, Sabtu (14/12).

Muriansyah meminta, jika ada
warga yang memelihara piton, khususnya di permukiman warga, disarankan agar
dilepas saja. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya
saja ular itu lepas, dan memangsa hewan atau bahkan manusia.

“Lepaskan saja ke hutan dan
memang jauh dari permukiman warga. Jika perlu serahkan ke petugas BKSDA untuk
dilepas ke tempat yang aman dan jauh dari aktivitas masyarakat tentunya. Saya
harap ini menjadi perhatian masyarakat, khususnya yang memelihara ular sanca
ini,” terangnya.

Baca Juga :  OMG ! Dua Cewek Bawa Pil Zenit, Pengakuannya Cukup Mengejutkan

Untuk di Kecamatan Mentaya Hilir
Utara saat musim kemarau, banyak lokasi yang terbakar. Otomatis merusak
ekosistem dan habitat satwa liar yang ada di kecamatan tersebut. Sebelum
kejadian ular yang menggegerkan warga, pihaknya juga ada menerima laporan tentang
orang utan yang berada di perkebunan karet atau sawit milik warga, rombongan
monyet ekor panjang yang berada di kebun buah milik warga.

Pihaknya juga melakukan
penyelematan tujuh individu orang utan di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan
Mentaya Hilir Utara.  Piton yang masuk ke
permukiman warga bisa jadi habitatnya terancam, dan lapar, karena  makanan di dalam hutan sudah berkurang.

“Jika kita melihat peristiwa ini
tentu membuktikan habitat satwa di kecamatan tersebut terganggu bahkan rusak.
Kesimpulannya, ular ini tentu ingin makan. Akan tetapi makanan yang biasanya
lokasinya mencari makan kemungkinan tidak ada atau terganggu oleh faktor
kebakaran beberapa waktu lalu,” beber Muriansyah.(rif/ram/nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru