28.3 C
Jakarta
Monday, December 9, 2024

Dua Bocah SD Nyaris Jadi Korban Penculikan Pria Bercadar

KASUS penculikan anak di Samarinda Seberang, Kalimantan Timur
kembali terjadi, Rabu (11/12). Dua bocah Rapak Dalam berinisial RK, 11, dan
sepupunya RY, 9, menjadi korban penculikan di Jalan Pattimura, Kelurahan Rapak
Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir, pukul 13.00 Wita.

Siang itu, korban yang
masing-masing duduk di bangku kelas VI dan IV itu tengah berjalan kaki.
Tiba-tiba keduanya dimasukkan ke dalam mobil oleh dua pria tak dikenal,
berbadan kekar, namun menggunakan penutup wajah atau cadar.

Pelaku penculikan membekap kedua
mulut korban. Ketika penculikan terjadi, RY menangis dan berusaha memberontak.
Namun, pelaku semakin kuat membekap.

Sementara RK lebih tenang meski
hatinya waswas. Mereka tak dapat berkutik lantaran diapit kedua pelaku.
Beruntung, aksi penculikan itu bisa digagalkan.

“Satu di depan (nyetir, Red), dua
di belakang (kursi tengah) mengapit saya dan RY,” tutur RK, dikutip dari
Samarinda Pos (Jawa Pos Group), Sabtu (14/12).

RK bercerita, selama di dalam
mobil, pelaku terus saja menanyakan nomor telepon orang tua mereka. “Kami
dibawa ke arah Jembatan Mahakam. Sepanjang jalan, kami ditanya nomor telepon
orang tua. Tapi saya sama RY tidak tahu. Itu terus yang ditanyakan. Tidak ada ancaman
dibunuh,” ujar RK polos.

Baca Juga :  Sebelum Dimusnahkan Dilakukan Pengujian dengan Alat Khusus

Tak kunjung mendapatkan nomor
telepon orang tua RK maupun RY, pelaku hilang kesabaran. Ketika melintas di
Jalan Slamet Riyadi, Karang Asam, Sungai Kunjang, keduanya diturunkan tepat di
depan Mahakam Lampion Garden (MLG).

“Kami ditendang keluar. Setelah
itu mobilnya pergi,” ucap RK.

RY masih menangis sesenggukan.
Itu karena dia trauma dengan kejadian penculikan itu. RK berusaha menenangkan
dengan mengajak RY pulang.

“Pulang jalan kaki. Saya ingat
jalan,” kata RK.

Ketika sedang berjalan menuju
arah Jembatan Mahakam, tiba-tiba hujan turun. Kedua bocah itupun lantas memilih
berteduh di sekitar Masjid Darunni’mah Karang Asam.

Ayah RK, Agus Susanto, 40,
menambahkan salah seorang warga setempat mengenali RK yang sedang berteduh di
masjid itu. Kebetulan, warga tadi juga sedang berteduh di sana.

“Yang mengenal itu kebetulan juga
anak tetangga yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Kemungkinan dia mau
kuliah, jadi anak saya itu sempat dibawa ke kampusnya di Polnes (Politeknik
Negeri Samarinda),” kata Agus.

Anak tetangga Agus yang menolong
putrinya itupun mengabari Agus melalui kekasihnya, yang kemudian datang ke
rumah Agus. “Saya langsung menjemput anak saya itu bersama sepupu ke kampus itu
(Politeknik, Red) sekitar pukul 17.00 Wita,” kata Agus.

Baca Juga :  Curi Motor dan HP Anggota Damkar, Seorang Pelaku Diamankan

Bertemu dengan Agus, RK barulah
menangis dan menceritakan apa yang dialaminya. “Anak saya itu dan sepupunya
(RY, Red) ketika itu mau kasih kejutan temannya yang berulang tahun. Nah,
mereka mau ambil kado di rumah sepupunya itu, tapi ketika mau menuju rumah
sepupunya tiba-tiba diadang dan diculik,” ujar Agus.

Agus memang tak punya firasat
apapun ketika penculikan terjadi pada putri pertama itu. Dia merasa anaknya
sudah pandai karena memang sudah terbiasa keluar rumah tanpa didampingi.

“Saya memang sering mengajarkan
kepada anak saya untuk berani. Dia sekolah pun kadang diantar dan dijemput,”
ucap Agus.

Kasus penculikan itupun diakui
Agus tak dilaporkannya secara resmi kepada polisi, dengan alasan RK maupun RY
dalam keadaan selamat dan tanpa luka. “Cuma ya tetap waspada. Karena saya tidak
tahu apakah pelakunya itu orang dekat atau siapa. Ini sudah meresahkan,”
ucapnya. (JPG/KPC)

KASUS penculikan anak di Samarinda Seberang, Kalimantan Timur
kembali terjadi, Rabu (11/12). Dua bocah Rapak Dalam berinisial RK, 11, dan
sepupunya RY, 9, menjadi korban penculikan di Jalan Pattimura, Kelurahan Rapak
Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir, pukul 13.00 Wita.

Siang itu, korban yang
masing-masing duduk di bangku kelas VI dan IV itu tengah berjalan kaki.
Tiba-tiba keduanya dimasukkan ke dalam mobil oleh dua pria tak dikenal,
berbadan kekar, namun menggunakan penutup wajah atau cadar.

Pelaku penculikan membekap kedua
mulut korban. Ketika penculikan terjadi, RY menangis dan berusaha memberontak.
Namun, pelaku semakin kuat membekap.

Sementara RK lebih tenang meski
hatinya waswas. Mereka tak dapat berkutik lantaran diapit kedua pelaku.
Beruntung, aksi penculikan itu bisa digagalkan.

“Satu di depan (nyetir, Red), dua
di belakang (kursi tengah) mengapit saya dan RY,” tutur RK, dikutip dari
Samarinda Pos (Jawa Pos Group), Sabtu (14/12).

RK bercerita, selama di dalam
mobil, pelaku terus saja menanyakan nomor telepon orang tua mereka. “Kami
dibawa ke arah Jembatan Mahakam. Sepanjang jalan, kami ditanya nomor telepon
orang tua. Tapi saya sama RY tidak tahu. Itu terus yang ditanyakan. Tidak ada ancaman
dibunuh,” ujar RK polos.

Baca Juga :  Sebelum Dimusnahkan Dilakukan Pengujian dengan Alat Khusus

Tak kunjung mendapatkan nomor
telepon orang tua RK maupun RY, pelaku hilang kesabaran. Ketika melintas di
Jalan Slamet Riyadi, Karang Asam, Sungai Kunjang, keduanya diturunkan tepat di
depan Mahakam Lampion Garden (MLG).

“Kami ditendang keluar. Setelah
itu mobilnya pergi,” ucap RK.

RY masih menangis sesenggukan.
Itu karena dia trauma dengan kejadian penculikan itu. RK berusaha menenangkan
dengan mengajak RY pulang.

“Pulang jalan kaki. Saya ingat
jalan,” kata RK.

Ketika sedang berjalan menuju
arah Jembatan Mahakam, tiba-tiba hujan turun. Kedua bocah itupun lantas memilih
berteduh di sekitar Masjid Darunni’mah Karang Asam.

Ayah RK, Agus Susanto, 40,
menambahkan salah seorang warga setempat mengenali RK yang sedang berteduh di
masjid itu. Kebetulan, warga tadi juga sedang berteduh di sana.

“Yang mengenal itu kebetulan juga
anak tetangga yang rumahnya tidak jauh dari rumah saya. Kemungkinan dia mau
kuliah, jadi anak saya itu sempat dibawa ke kampusnya di Polnes (Politeknik
Negeri Samarinda),” kata Agus.

Anak tetangga Agus yang menolong
putrinya itupun mengabari Agus melalui kekasihnya, yang kemudian datang ke
rumah Agus. “Saya langsung menjemput anak saya itu bersama sepupu ke kampus itu
(Politeknik, Red) sekitar pukul 17.00 Wita,” kata Agus.

Baca Juga :  Curi Motor dan HP Anggota Damkar, Seorang Pelaku Diamankan

Bertemu dengan Agus, RK barulah
menangis dan menceritakan apa yang dialaminya. “Anak saya itu dan sepupunya
(RY, Red) ketika itu mau kasih kejutan temannya yang berulang tahun. Nah,
mereka mau ambil kado di rumah sepupunya itu, tapi ketika mau menuju rumah
sepupunya tiba-tiba diadang dan diculik,” ujar Agus.

Agus memang tak punya firasat
apapun ketika penculikan terjadi pada putri pertama itu. Dia merasa anaknya
sudah pandai karena memang sudah terbiasa keluar rumah tanpa didampingi.

“Saya memang sering mengajarkan
kepada anak saya untuk berani. Dia sekolah pun kadang diantar dan dijemput,”
ucap Agus.

Kasus penculikan itupun diakui
Agus tak dilaporkannya secara resmi kepada polisi, dengan alasan RK maupun RY
dalam keadaan selamat dan tanpa luka. “Cuma ya tetap waspada. Karena saya tidak
tahu apakah pelakunya itu orang dekat atau siapa. Ini sudah meresahkan,”
ucapnya. (JPG/KPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru