KASONGAN, PROKALTENG.CO– Pemilihan kepala daerah (pilkada) Kabupaten Katingan mulai menyedot perhatian. Bahkan kini sudah muncul nama-nama potensial yang digadang-gadang bakal maju pada pesta demokrasi lima tahunan itu. Mereka datang dari latar belakang yang beragam dan diprediksi bakal menjadi penantang kuat petahana.
Apalagi nama mereka sudah sangat familiar di tengah masyarakat Katingan. Kurang dari setahun menjelang Pilkada Katingan, sejumlah nama diperkirakan bakal maju sebagai calon bupati Selain bupati petahana Sakariyas, ada nama Pj Bupati Katingan Syaiful, Anggota DPRD Katingan Rudi Hartono, Suhaemi yang merupakan Staf Ahli (Sahli) Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Setda Kalteng.
Nama berikutnya adalah Ketua DPRD Katingan Marwan Susanto dan Nanang Suriansyah yang merupakan Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Katingan sekaligus Wakil Ketua I DPRD Katingan. Terakhir ada figur kuat lain bernama Endang Susilawatie, srikandi DPRD Katingan yang juga merupakan Ketua Harian DPD Gerindra Kalteng.
Melihat perkembangan politik di Katingan, pengamat politik dari Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Jhon Retei Alfri Sandi menilai bahwa kepala daerah di Katingan merupakan kepala daerah yang masih memiliki kesempatan maju kembali di periode kedua.
Namun, petahana saat ini akan mengakhiri masa jabatannya pada September dan harus menunggu pilkada yang diselenggarakan pada November 2024. Hal itu tentu akan mengurangi power petahana. Namun Jhon juga menilai bahwa dengan sistem seperti ini, bisa memberikan starting poin pada kontestasi pilkada 2024. Dengan adanya pj bupati, memberi ruang kepada tiap kandidat untuk berkontestasi, dengan harapan ada arena kontestasi yang fair.
“Jadi tersedia ruang untuk berkontestasi yang netral, artinya sistem birokrasi tidak berpihak kepada kandidat tertentu. Kendati pun sebagai mantan bupati, tetapi karena adanya stagnasi itu, maka kemudian pengendalian terhadap sumber daya yang dimiliki birokrasi menjadi berkurang. Karena secara teoritik, birokrasi merupakan bagian dari sumber daya yang digunakan sebagai kendaraan politik. Walaupun birokrasi dituntut untuk netral, tetapi faktanya birokrasi juga sangat sulit dalam implementasinya,” ungkap Jhon kepada wartawan, Senin (22/1).
Sehingga dengan pernyataan tersebut, setelah petahana mengakhiri masa jabatannya, maka akan terjadi stagnasi. Jhon melihat terkait peluang nama-nama potensial (Syaiful, Rudi Hartono, Nanang, Suhaemi, Marwan, dan Endang) sama-sama berpeluang, karena turut menduduki jabatan publik. Selain itu, para kandidat tersebut punya basis massa masing-masing.
“Nama-nama yang muncul saat ini boleh jadi pembicaraan publik. Namun yang menjadi permasalahan, apakah nama-nama itu mendapatkan rekomendasi dari partai pengusung, meski mereka memiliki popularitas yang tinggi. Karena nama-nama yang memiliki pengalaman dan basis massa jelas, mereka akan menyusun strategi dalam rentang waktu tersebut,” tuturnya.
Jhon berpendapat, nama-nama yang bermunculan dan ramai dibicarakan itu sudah saatnya untuk menyosialisasikan diri. Sudah seharusnya mereka mempopulerkan diri, menggalang basis massa, dan meyakinkan partai politik.
“Hal ini merupakan persoalan yang harus diselesaikan dalam rentang waktu ini. Mulai dari mensosialisasikan diri, menggalang massa, hingga meyakinkan partai politik,” tegas Jhon. Tidak terkecuali bagi petahana. Publik akan menilai bagaimana kinerja selama periode pertama memimpin.
“Kalau penilaian publik baik, maka Sakariyas tidak akan mendapat kendala. Dukungan di periode kedua akan terus maksimal, walau sempat ada kekosongan kekuasaan,” tambahnya.
Para tokoh yang maju menantang petahana, sudah seharusnya bisa mengevaluasi kekurangan pemimpin sebelumnya, sehingga menjadi senjata saat kampanye nanti, sekaligus dijadikan acuan untuk menyusun strategi baru yang akan ditawarkan kepada masyarakat demi menarik simpati.
Lebih lanjut Jhon menjelaskan, di samping sistem politik tarnsaksional yang sering dilakukan, yang pasti masyarakat mendambakan pemimpin yang bisa membela kebutuhan masyarakat. Karena itu, selama sosialisasi, seorang calon pemimpin harus mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.
“Sepanjang waktu menuju pilkada, para calon harus mampu menunjukkan karyanya, karena memperkenalkan diri itu bukan soal siapa yang punya banyak spanduk, tapi siapa yang bisa berkarya di bidang masing-masing,” tegasnya.
Menurutnya, Pilkada Katingan memiliki keunikan dan hampir sama dengan Kabupaten Gunung Mas. Kekuatan masyarakat lokal begitu besar. Berbeda dengan beberapa daerah lain.
“Etnik Dayak cukup kuat di Katingan, khususnya di wilayah hulu. Situasi itu berbeda dengan wilayah hilir yang lebih banyak merupakan pendatang,” tegasnya.
Dengan begitu, persaingan antarputra daerah begitu ketat. Berbeda dengan wilayah Lamandau. Dari nama-nama yang diprediksi maju pada pilkada kali ini, semuanya memiliki peluang yang sama.
“Namun yang menjadi catatan adalah bahwa Sakariyas saat ini memiliki partai sendiri. Sementara calon seperti Suhaemi, apakah akan ada partai yang mau mengusung,” tambahnya.
Hal serupa juga berlaku bagi nama-nama lain selain petahana. “Tiap partai besar di sana juga memiliki basis massa masing-masing, seperti PDIP di wilayah hulu Katingan dan Golkar di wilayah hilir, basis massa masing-masing sangat jelas,” ucapnya.
Dikatakan Jhon, Pilkada Katingan sering menampilkan lebih dari dua pasang calon. Bahkan jalur perseorangan pun berpeluang maju di pemilihan orang nomor satu di kabupaten tersebut. Kepada media, Nanang Suriansyah mengatakan saat ini dirinya sedang fokus memenangkan Partai Golkar di Katingan.
“Sekarang sudah ada empat kursi, target kami dapat lima kursi supaya bisa usung calon sendiri,” kata Nanang.
Selain berjuang pada pemilu kali ini, ia pun berencana maju jika hasil survei menunjukan nilai positif. “Perlu juga melihat bagaimana hasil survei nanti,” tutur Nanang.
Duwel Rawing yang merupakan Bupati Katingan pertama, juga menanggapi perihal munculnya beberapa nama yang diprediksi bakal maju sebagai kontestan pilkada Katingan. Menurutnya, rekam jejak seseorang akan menentukan jika berniat mengikuti kontestasi pilkada Katingan. Kepada mereka yang berniat maju, ia berpesan untuk segera membuka diri kepada masyarakat mulai saat ini.
“Sebaiknya segera membuka diri untuk menyampaikan hajatnya mulai sekarang, sehingga masyarakat tahu siapa sih sosok bersangkutan itu,” ungkapnya.
Mengenai beberapa nama yang santer terdengar belakangan ini, menurutnya memiliki rekam jejak masing-masing dan sudah cukup dikenal masyarakat Katingan. “Masyarakat pasti tahu mereka, siapa itu Nanang, siapa Suhaemi, siapa Marwan yang merupakan ketua dewan, setelah itu siapa Endang mantan istri bupati. Nama-nama itu tidak asing di masyarakat Katingan. Masyarakat juga bisa menilai sendiri siapa di antara mereka yang bisa diberi kepercayaan,” sebutnya.
Selain harus bisa mengemban kepercayaan, lanjut kader PDIP itu, nama-nama potensial itu harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Katingan. Karena itu, kebijaksanaan perlu dimiliki oleh calon kontestan itu dengan melihat skala prioritas.
“Katingan saat ini butuh pembangunan insfrastruktur, karena masih ada daerah yang perlu dijangkau jalur darat, kalau sudah ada jalan, maka otomatis listrik pun ikut masuk ke daerah tersebut. Selain infrastruktur, Katingan juga perlu peningkatan SDM,” pungkas pria yang merupakan anggota DPRD Kalteng itu. (irj/ala/ind/kpg)