32.5 C
Jakarta
Saturday, April 19, 2025

Pemprov Kalteng Gali Potensi Pengembangan Industri dan Budidaya Kakao

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Dinas Perkebunan (Disbun) tengah menggali potensi pengembangan industri dan budidaya kakao di Kalteng.

Upaya tersebut dilakukan melalui seminar potensi pengembangan industri dan budidaya kakao di Aula Dinas Perkebunan Kalteng, Selasa (27/2).

Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalteng Sri Widanarni mengatakan, Indonesia merupakan negara produsen Kakao terbesar ketiga di dunia. Sebagai tanaman tropis, Kakao sangat cocok untuk dibudidayakan dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia.

”Trend pasar global untuk permintaan Kakao meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun sebaliknya, produksi Kakao dalam negeri justru mengalami penurunan dengan berbagai faktor penyebab yang berbeda,” ujarnya.

Dia menganggap, kondisi trend pasar global tersebut tentunya dapat dianggap sebagai peluang yang sangat bagus bagi pengembangan Kakao di Provinsi Kalteng. Untuk itu, menurutnya, diperlukan upaya bersama dan sinergi dari berbagai pihak.

”Kita masih memiliki Pekerjaan Rumah yang besar, baik dari segi transfer pengetahuan serta pengembangan ekonomi, untuk memastikan bahwa petani kita mampu menghasilkan Kakao berkualitas, ketersediaan pasar, faktor logistik, serta tentu saja komitmen dari Pemerintah Daerah,” imbuhnya.

Baca Juga :  Sekda Hadiri Rapat Persiapan Pelaksanaan Pencegahan Korupsi, Ini Reko

”Hanya dengan bergandengan tangan, kita dapat menciptakan masa depan lebih cerah bagi industri Kakao di Indonesia, terutama untuk memberikan manfaat ekonomi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah,” tambahnya.

Di tempat yang sama Plt Kadisbun Kalteng Rizky Ramadhana Badjuri menyebutkan sekitar 600 an hektar ditanami kebun kakao di Kalteng dengan jumlah petani kakao sekitar 2.000.

”Paling banyak di wilayah timur,ada Barito Utara, Barito Selatan, Murung Raya daerah timur, karena di daerah timur lahannya masih ada, tidak seperti wilayah barat,” ujarnya.

Dia mengaku akan berkoordinasi dengan Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) terkait dengan penggunaan plasma yang bisa saja tanaman menggunakan tanaman kakao di wilayah barat.

”Jadi ada namanya jangka benah,karena pohon kakao harus ada perindang dulu, kalau sudah perindang ada mudahan-mudahan nanti selama replanting 15 sampai 20 tahun sawit, ini kakao lagi yang muncul,” terangnya.

”Ini akan kita coba,mudah-mudahan dari hasil seminar ini bisa membagi, baik teknologinya, baik cara menanamnya, baik cara pengelolaan tanah, baik cara pemberdayaan, tentu hasil petani ini yang kita ambil rekomendasi untuk menjadi dasar,” ungkapnya.

Baca Juga :  Gubernur Kalteng: Tangani Pandemi, Bupati dan Wali Kota Harus Fokus

Pendiri Yayasan Good Forest Indonesia, Monalisa menambahkan, trend pasar permintaan kakao mengalami peningkatan, akan tetap produksi di Indonesia justru menurun. Karena produksi kakao di Sulawesi mulai tidak ada lagi peremajaan.

”Penurunan produksi di Indonesia itu justru membuka peluang besar di Kalteng, itu yang kita coba kembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini, kita coba dengan pilot program. Pilot program itu ada penanaman, ada juga membina petani yang sudah ada kakaonya, di Barito ada petani yang sudah melakukan fermentasi yang kita latih, dan melakukan penjualan langsung ke pembeli premiun di Bali, jadi ini yang kita coba bangun,” ujarnya.

Dia menyebut, aspek yang perlu ada yakni antusias petani, lahan yang banyak, tanah yang cocok, serta dukungan pemerintah daerah.

”Kalau semua aspek itu ada, kita optimis kali kalau kakao ini bisa dikembangkan bersama-sama,” imbuhnya. (hfz/pri)

PALANGKARAYA, PROKALTENG.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Dinas Perkebunan (Disbun) tengah menggali potensi pengembangan industri dan budidaya kakao di Kalteng.

Upaya tersebut dilakukan melalui seminar potensi pengembangan industri dan budidaya kakao di Aula Dinas Perkebunan Kalteng, Selasa (27/2).

Asisten Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalteng Sri Widanarni mengatakan, Indonesia merupakan negara produsen Kakao terbesar ketiga di dunia. Sebagai tanaman tropis, Kakao sangat cocok untuk dibudidayakan dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia.

”Trend pasar global untuk permintaan Kakao meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun sebaliknya, produksi Kakao dalam negeri justru mengalami penurunan dengan berbagai faktor penyebab yang berbeda,” ujarnya.

Dia menganggap, kondisi trend pasar global tersebut tentunya dapat dianggap sebagai peluang yang sangat bagus bagi pengembangan Kakao di Provinsi Kalteng. Untuk itu, menurutnya, diperlukan upaya bersama dan sinergi dari berbagai pihak.

”Kita masih memiliki Pekerjaan Rumah yang besar, baik dari segi transfer pengetahuan serta pengembangan ekonomi, untuk memastikan bahwa petani kita mampu menghasilkan Kakao berkualitas, ketersediaan pasar, faktor logistik, serta tentu saja komitmen dari Pemerintah Daerah,” imbuhnya.

Baca Juga :  Sekda Hadiri Rapat Persiapan Pelaksanaan Pencegahan Korupsi, Ini Reko

”Hanya dengan bergandengan tangan, kita dapat menciptakan masa depan lebih cerah bagi industri Kakao di Indonesia, terutama untuk memberikan manfaat ekonomi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah,” tambahnya.

Di tempat yang sama Plt Kadisbun Kalteng Rizky Ramadhana Badjuri menyebutkan sekitar 600 an hektar ditanami kebun kakao di Kalteng dengan jumlah petani kakao sekitar 2.000.

”Paling banyak di wilayah timur,ada Barito Utara, Barito Selatan, Murung Raya daerah timur, karena di daerah timur lahannya masih ada, tidak seperti wilayah barat,” ujarnya.

Dia mengaku akan berkoordinasi dengan Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI) terkait dengan penggunaan plasma yang bisa saja tanaman menggunakan tanaman kakao di wilayah barat.

”Jadi ada namanya jangka benah,karena pohon kakao harus ada perindang dulu, kalau sudah perindang ada mudahan-mudahan nanti selama replanting 15 sampai 20 tahun sawit, ini kakao lagi yang muncul,” terangnya.

”Ini akan kita coba,mudah-mudahan dari hasil seminar ini bisa membagi, baik teknologinya, baik cara menanamnya, baik cara pengelolaan tanah, baik cara pemberdayaan, tentu hasil petani ini yang kita ambil rekomendasi untuk menjadi dasar,” ungkapnya.

Baca Juga :  Gubernur Kalteng: Tangani Pandemi, Bupati dan Wali Kota Harus Fokus

Pendiri Yayasan Good Forest Indonesia, Monalisa menambahkan, trend pasar permintaan kakao mengalami peningkatan, akan tetap produksi di Indonesia justru menurun. Karena produksi kakao di Sulawesi mulai tidak ada lagi peremajaan.

”Penurunan produksi di Indonesia itu justru membuka peluang besar di Kalteng, itu yang kita coba kembangkan dalam beberapa tahun belakangan ini, kita coba dengan pilot program. Pilot program itu ada penanaman, ada juga membina petani yang sudah ada kakaonya, di Barito ada petani yang sudah melakukan fermentasi yang kita latih, dan melakukan penjualan langsung ke pembeli premiun di Bali, jadi ini yang kita coba bangun,” ujarnya.

Dia menyebut, aspek yang perlu ada yakni antusias petani, lahan yang banyak, tanah yang cocok, serta dukungan pemerintah daerah.

”Kalau semua aspek itu ada, kita optimis kali kalau kakao ini bisa dikembangkan bersama-sama,” imbuhnya. (hfz/pri)

Terpopuler

Artikel Terbaru