PALANGKA RAYA-Proyek
pembangunan Jembatan Tumbang Samba yang menghubungkan Desa Telok dan Desa Samba
Danum, Kecamatan Katingan Tengah telah rampung. Kehadiran jembatan itu menjadi infrastruktur
penting yang bisa memudahkan dan memperlancar koneksi antarwilayah di bagian tengah
Kalteng.
Gubernur Kalteng H. Sugianto Sabran
Gubernur Kalteng H
Sugianto Sabran mengatakan, kehadiran Jembatan Tumbang Samba ini diharapkan mampu
mendorong masyarakat sekitar untuk makin bergairah mengembangkan perekonomian sehingga
dapat terus bertumbuh. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan masyarakat pun
bisa terwujud.
“Pembangunan
Jembatan Tumbang Samba itu bertujuan untuk membuka kawasan terisolasi di
wilayah utara Katingan dan melengkapi struktur jaringan jalan nasional dari
Kalteng menuju Kalbar atau sebaliknya,” katanya.
Dengan selesainya
pembangunan jembatan ini, diharapkan akan membawa efek positif bagi peningkatan
perekonomian masyarakat di wilayah utara Kabupaten Katingan.
Selain itu, dapat
mendukung peningkatan koneksi menuju lokasi rencana pengembangan food estate
atau daerah yang ditetapkan sebagai lumbung pangan baru di luar Pulau Jawa.
“Lokasi lumbung pangan baru yang juga merupakan bagian dari Program Strategis
Nasional (PSN) 2020-2024 tersebut rencananya berada di Kabupaten Pulang
Pisau,” tegasnya.
Kehadiran jembatan yang
membelah Sungai Katingan itu sudah sangat ditunggu-tunggu dan direspons positif
oleh masyarakat Kalteng. Mobilitas masyarakat dari bagian hulu atau utara
Kabupaten Katingan ke Pasar Tumbang Samba maupun ke wilayah perbatasan Kalbar
jadi dipermudah.
Kepala Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kalteng Shalahudin, mengatakan bahwa Jembatan
Tumbang Samba dibangun sejak 2017 lalu dan menjadi jembatan pertama di
Indonesia bertipe jembatan pelengkung baja (modified network tied arch bridge).
Pembangunan jembatan ini menggunakan dana APBN.
“Jembatan ini
telah melalui uji beban statik dan dinamik oleh Komisi Keamanan Jalan dan
Terowongan Jalan (KKJTJ) dan memperoleh sertifikat persetujuan laik fungsi
jembatan dari menteri PUPR nomor: BM.05.03-Mn/896 tanggal 11 Mei 2020. BBPJN XI
Banjarmasin Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR telah melaksanaan uji coba open
traffic jembatan itu pada Senin 1 Juni 2020,” jelasnya.
Dari sisi struktur
pelengkung utama, jembatan ini lebih ringan bila dibandingkan dengan jembatan
lain. Sekitar 30 persen kapasitas struktur ditopang oleh hanger, sehingga bisa
menghasilkan desain struktur rangka baja yang efisien dan ekonomis, serta
memiliki nilai estetika yang tinggi.
Dengan bentang 108
meter, lebar 11,8 meter, dan tinggi 23,7 meter, secara keseluruhan Jembatan
Tumbang Samba memiliki bobot struktur utama hanya sekitar 450 ton. Jauh lebih
kecil jika dibandingkan dengan Jembatan Holtekamp yang memiliki berat 2.000 ton,
dengan konfigurasi bentang 112 meter, lebar 26 meter, dan tinggi 20 meter.
Dari sisi produksi,
keseluruhan proses menggunakan produk dalam negeri, mulai dari struktur baja,
trial assembly, proses full span lifting, dan digarap oleh para tenaga kerja
dalam negeri.   ÂÂ
Pekerjaan konstruksi
jembatan dilaksanakan dengan nilai kontrak tahun jamak sebesar Rp298 miliar
oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang juga memproduksi sendiri pelengkung baja
jembatan tersebut, dengan melibatkan PT Perentjana Djaja selaku konsultan
supervisi.
Jembatan dengan total
panjang 843,2 meter tersebut akan menjadi yang terpanjang di provinsi berjuluk Bumi
Tambun Bungai ini, yang dilengkapi dengan jembatan penghubung dan jalan
pendekat pada kedua sisi.
Jembatan ini nantinya bakal menjadi akses lalu lintas
kendaraan dari berbagai daerah. Ke depannya masyarakat tak perlu lagi
menggunakan jasa kapal feri untuk menyeberangi Sungai Katingan maupun mengangkut
kendaraan.