25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Virus ASF Merebak, Pemko Batasi Distribusi Ternak Babi

PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO  – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Palangka Raya, Renson melalui Kepala Bidang Keswan Kesmavet dan PPHP, Sumardi mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan upaya pencegahan sebaran virus African Swine Fever (ASF) yang merebak serta menyerang hewan ternak babi di kota setempat.

Pihak DPKP menyebutkan telah menerbitkan surat edaran dengan sejumlah poin penting sebagai bentuk kewaspadaan serta penanganan sebaran virus ASF di Kota Cantik Palangka Raya ini.

Pertama, bagi para peternak babi yang menemukan ternaknya dalam keadaan sakit serta memiliki indikasi terpapar virus ASF (ternak babi memgalami demam tinggi, bercak merah di kulit dan telinga, nafsu makan turun, diare dan muntah darah) diharapkan segera melapor pada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di BPP Rakumpit, Bukit Batu dan Kalampangan, atau ke DPKP pada bidang Keswan Kesmavet dan PPHP.

Baca Juga :  Hari Raya Iduladha, Pemko Serahkan Hewan Kurban dan Bansos

"Yang terpenting, jika ternak babi mati, maka harus segera dikubur dan jika masih dalam kondisi sakit harus segera dipisah dengan ternak sehat. Kandangnya harus dikosongkan selama 2 bulan dan dilakukan biosecurity berupa penyemprotan disinfektan. Dan kami tegaskan, jangan menjual babi yang sakit dan daging babi yang sakit kepada masyarakat," ujar Sumardi, Kamis (21/10) kemarin.

Berdasarkan pada hasil uji laboratorium di Balai Veteriner Banjarbaru, virus ASF dikatakannya memiliki pola penularan yang sangat mudah. Dengan masa inkubasi virus antara 4 sampai 19 hari, ternak babi yang terjangkit ASF dipastikan mati 100 persen karena ketiadaan obat penyembuhnya.

Cara menularnya sendiri, dijelaskan Sumardi dapat melalui kontak langsung antara ternak, mengalir melalui air, atau ternak memakan limbah dari ternak yang mati. Bahkan virus yang menempel pada peralatan dan kendaraan ternak serta manusia, dapat menjadi perantara sebaran.

Baca Juga :  Pemko Dorong Penguatan MHA di Palangka Raya

"Jadi Pemko sementara waktu memberlakukan pembatasan distribusi ternak babi. Tidak diperkenankan babi dari wilayah lain ke Kota Palangka Raya, dan dari Palangka Raya dibawa keluar. Apalagi kita adalah pemasok tertinggi bibit ternak babi terbesar di Kalteng," bebernya.

Untuk jumlah ternak babi yang mati dikarenakan terpapar virus ASF, hingga Kamis pagi dikatakannya telah mencapai 300 ekor lebih. Kerugian ditafsirkan lebih dari Rp 600 Juta.

"Kami akan terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada peternak, sebagai upaya pencegahan sebaran virus ASF ini. Kareba belum ada obat ataupun vaksinnya, maka cara pencegahan sedini mungkin harus segera ditempuh," pungkasnya.

PALANGKA RAYA,PROKALTENG.CO  – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Palangka Raya, Renson melalui Kepala Bidang Keswan Kesmavet dan PPHP, Sumardi mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan upaya pencegahan sebaran virus African Swine Fever (ASF) yang merebak serta menyerang hewan ternak babi di kota setempat.

Pihak DPKP menyebutkan telah menerbitkan surat edaran dengan sejumlah poin penting sebagai bentuk kewaspadaan serta penanganan sebaran virus ASF di Kota Cantik Palangka Raya ini.

Pertama, bagi para peternak babi yang menemukan ternaknya dalam keadaan sakit serta memiliki indikasi terpapar virus ASF (ternak babi memgalami demam tinggi, bercak merah di kulit dan telinga, nafsu makan turun, diare dan muntah darah) diharapkan segera melapor pada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di BPP Rakumpit, Bukit Batu dan Kalampangan, atau ke DPKP pada bidang Keswan Kesmavet dan PPHP.

Baca Juga :  Hari Raya Iduladha, Pemko Serahkan Hewan Kurban dan Bansos

"Yang terpenting, jika ternak babi mati, maka harus segera dikubur dan jika masih dalam kondisi sakit harus segera dipisah dengan ternak sehat. Kandangnya harus dikosongkan selama 2 bulan dan dilakukan biosecurity berupa penyemprotan disinfektan. Dan kami tegaskan, jangan menjual babi yang sakit dan daging babi yang sakit kepada masyarakat," ujar Sumardi, Kamis (21/10) kemarin.

Berdasarkan pada hasil uji laboratorium di Balai Veteriner Banjarbaru, virus ASF dikatakannya memiliki pola penularan yang sangat mudah. Dengan masa inkubasi virus antara 4 sampai 19 hari, ternak babi yang terjangkit ASF dipastikan mati 100 persen karena ketiadaan obat penyembuhnya.

Cara menularnya sendiri, dijelaskan Sumardi dapat melalui kontak langsung antara ternak, mengalir melalui air, atau ternak memakan limbah dari ternak yang mati. Bahkan virus yang menempel pada peralatan dan kendaraan ternak serta manusia, dapat menjadi perantara sebaran.

Baca Juga :  Pemko Dorong Penguatan MHA di Palangka Raya

"Jadi Pemko sementara waktu memberlakukan pembatasan distribusi ternak babi. Tidak diperkenankan babi dari wilayah lain ke Kota Palangka Raya, dan dari Palangka Raya dibawa keluar. Apalagi kita adalah pemasok tertinggi bibit ternak babi terbesar di Kalteng," bebernya.

Untuk jumlah ternak babi yang mati dikarenakan terpapar virus ASF, hingga Kamis pagi dikatakannya telah mencapai 300 ekor lebih. Kerugian ditafsirkan lebih dari Rp 600 Juta.

"Kami akan terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada peternak, sebagai upaya pencegahan sebaran virus ASF ini. Kareba belum ada obat ataupun vaksinnya, maka cara pencegahan sedini mungkin harus segera ditempuh," pungkasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru