PULANG PISAU – Dinas Kesehatan (Dinkes)
Pulang Pisau terus melakukan langkah antisipasi serangan demam berdarah dengue
(DBD). Kepala Dinkes Pulang Pisau, dr Mulyanto Budihardjo mengungkapkan,
langkah antisipasi yang dilakukan pihaknya yakni dengan melakukan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan penyuluhan.
Dia menambahkan, selain gerakan PSN yang dilakukan
di tengah-tengah masyarakat, pihaknya juga mulai menngalakkan pemantau jentik
yang dilakukan di sekolah oleh pihak puskesmas. “Dengan demikian kami harapkan
kasus DBD di Pulang Pisau dapat ditekan,†tegas Mul, Kamis (29/9).
Dia menjelaskan, PSN bertujuan untuk mengurangi
jumlah jentik nyamuk. “Karena cara itu yang paling efektif. Kalau untuk fogging
hanya dilakukan ketika sudah ada kasus saja. Karena tujuan fogging untuk
membunuh nyamuk pembawa virusnya,†ucapnya.
Mul mengaku, pihaknya telah meminta kepada semua
Puskemas untuk menggalakkan gerakan PSN. “Termasuk gerakan PSN anak sekolah
atau siswa pemantau jentik. Karena yang banyak terkena DBD anak usia sekolah,â€
jelas Mul.
Menurut Mul, hal itu terjadi karena nyamuk penyebar
penyakit DBD menggigit pada pukul 08.00-10.00 WIB dan sore pada pukul 16.00-17.00
WIB. “Pada pukul 08.00-10.00 WIB pas anak-amal di sekolah. Sedangkan pukul 16.00-17.00
WIB pas anak-anak sudah di rumah,†bebernya.
Jadi, lanjut dia, dengan demikian sekolah akan bebas
dari jentik. “Kami juga mencoba mengurangi kemungkinan penularan DBD di sekolah
pas jam sekolah. Karena giigitan nyamuk itu pada pagi hari,†ujarnya.
Terlebih, lanjut dia, nyamuknya aedes aegypti itu
sifatnya menggigit dalam ruangan. “Makanya PSN dengan cara menguras air menutup
sangat penting,†kata Mul.
Kendati demikian Mul juga mengaku, pihaknya tetap
menyiapkan foging. “Namun foging itu dilakukan sesuai indikasi. Yaitu ada
penderita lain dalam radius 100 meter dan angka bebas jentiknya kurang dari 95
persen,†jelasnya.
Ketika disinggung puncak terjadinya DBD, Mul mengaku
grafik serangan DPD diperkirakan pada November sampai dengan Desember. “Untuk
kami berupaya agar pada bulan-bulan rawan itu tidak terjadi peningkatan grafik
serangan DBD,†tandasnya. (art/uni/ctk/nto)