26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Guru Penggerak Siapkan Transformasi Lingkungan Belajar

PULANG PISAU, PROKALTENG.CO – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau Hj Nunu Andriani mengungkapkan, dari hasil survei masih banyak yang belum bisa membedakan mana Guru Penggerak( GP), mana Sekolah Penggerak (SP) dan mana Organisasi Penggerak (OP).

Nunu mengungkapkan, GP adalah menyiapkan guru-guru yang bertransformasi untuk mewujudkan ekosistem lingkungan belajar pembelajaran di sekolah masing-masing. “Pada akhirnya, GP ini nanti disiapkan untuk menggantikan peran kepala sekolah yang purna tugas, promosi dan lain-lain,” kata Nunu.

Dia menjelaskan, dahulu syarat menjadi kepala sekolah harus masuk NUKS (nomor unik kepala sekolah) dan punya sertifikat kepala sekolah. “Namun nanti untuk menjadi kepala sekolah, nanti peluangnya adalah melalui GP itu,” jelasnya.

Selanjutnya, kata dia, PSP mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SLB adalah untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Yang terdiri dari 5 jenis intervensi untuk mengakselerasi sekolah bergerak 1 sampai dengan 2 tahap lebih maju dalam waktu 3 tahun ajaran.

“Jadi kita yakini, kalau kita Bersama-sama membangun kebersamaan ownership maka 1 sampai dengan 3 tahun ke depan sekolah-sekolah kita akan bergerak maju 1 sampai dengan 2 tahap. Programnya melalui peningkatan kompetensi salah satunya kepala sekolah,” jelasnya.

Baca Juga :  Realisasi Keuangan dan Fisik, Pulpis Peringkat 6 Se Kalteng

Menurut Nunu, kepala sekolah yang baik, kepala sekolah yang bagus akan menghasilkan satuan pendidikan yang baik. Seorang pemimpin lokomotif dari semua transformasi ini adalah kepala sekolah.

“Dia yang menggerakkan ekosistem yang ada di lingkungan sekolah. Itulah sebabnya Program Sekolah Penggerak (PSP) ini pertama direkrut itu adalah kepala sekolahnya. Kemudian pengawasannya, juga guru,” beber dia.

Lebih lanjut dia menambahkan, SP berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan yang kedua diawali dengan pembinaan SDM yang unggul. “Yaitu KS dan guru-gurunya,” ucap Nunu.

Nunu menegaskan, yang ingin dituju pihaknya adalah gambaran akhir dari SP. “Kalau kita betul-betul konsisten, selama 4 tahun maka hasil belajar anak-anak d sekolah itu yang kita harapkan di atas level yang bergerak dari level 1 ke 2 ke 3 dan 4. Kemudian lingkungan belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak kita,” kata dia.

Baca Juga :  Peralatan Damkar Pulpis Perlu Peningkatan

Dia menerangkan, aman dan menyenangkan bukan dari infrastrukturnya yang lengkap, pembelajaran berpusat pada kompetensi anak  atau murid. Namun menjadikan murid-murid yang berkualitas, murid-murid yang memiliki kemampuan daya saing ketika dia selesai dari sekolah,” katanya.

Selanjutnya, refleksi diri dan pengimbasan, ketika selesai mengajar guru merenung. Apa yang dia ajarkan, apakah murid-muridnya mengerti apa yang dia ajarkan. “Kemudian dia menanyakan kepada murid-muridnya,” beber Nunu.

Hasil dari pembelajarannya, informasi itulah yang dijadikan refleksi diri untuk merancang pembelajaran berikutnya yang jauh lebih baik lagi. menurut dia, guru bukanlah segala-galanya.

“Guru kita harus hijrah. Dari guru yang tidak mau belajar menjadi guru yang mau belajar.  Ketika kita belajar tentang teknologi, anak-anak PAUD saja sudah canggih. Oleh karena itu guru-guru harus hijrah lebih canggih dari anak-anak kita,” pinta dia.

Nunu yang sebelumnya juga seorang guru mengaku, refleksi guru dari perbaikan pembelajaran harus terjadi terus-menerus dan sekolah mampu mengadakan pengimbasan ke sekolah-sekolah terdekatnya untuk menuju praktik-praktik yang baik. (art)

PULANG PISAU, PROKALTENG.CO – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pulang Pisau Hj Nunu Andriani mengungkapkan, dari hasil survei masih banyak yang belum bisa membedakan mana Guru Penggerak( GP), mana Sekolah Penggerak (SP) dan mana Organisasi Penggerak (OP).

Nunu mengungkapkan, GP adalah menyiapkan guru-guru yang bertransformasi untuk mewujudkan ekosistem lingkungan belajar pembelajaran di sekolah masing-masing. “Pada akhirnya, GP ini nanti disiapkan untuk menggantikan peran kepala sekolah yang purna tugas, promosi dan lain-lain,” kata Nunu.

Dia menjelaskan, dahulu syarat menjadi kepala sekolah harus masuk NUKS (nomor unik kepala sekolah) dan punya sertifikat kepala sekolah. “Namun nanti untuk menjadi kepala sekolah, nanti peluangnya adalah melalui GP itu,” jelasnya.

Selanjutnya, kata dia, PSP mulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SLB adalah untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Yang terdiri dari 5 jenis intervensi untuk mengakselerasi sekolah bergerak 1 sampai dengan 2 tahap lebih maju dalam waktu 3 tahun ajaran.

“Jadi kita yakini, kalau kita Bersama-sama membangun kebersamaan ownership maka 1 sampai dengan 3 tahun ke depan sekolah-sekolah kita akan bergerak maju 1 sampai dengan 2 tahap. Programnya melalui peningkatan kompetensi salah satunya kepala sekolah,” jelasnya.

Baca Juga :  Realisasi Keuangan dan Fisik, Pulpis Peringkat 6 Se Kalteng

Menurut Nunu, kepala sekolah yang baik, kepala sekolah yang bagus akan menghasilkan satuan pendidikan yang baik. Seorang pemimpin lokomotif dari semua transformasi ini adalah kepala sekolah.

“Dia yang menggerakkan ekosistem yang ada di lingkungan sekolah. Itulah sebabnya Program Sekolah Penggerak (PSP) ini pertama direkrut itu adalah kepala sekolahnya. Kemudian pengawasannya, juga guru,” beber dia.

Lebih lanjut dia menambahkan, SP berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan yang kedua diawali dengan pembinaan SDM yang unggul. “Yaitu KS dan guru-gurunya,” ucap Nunu.

Nunu menegaskan, yang ingin dituju pihaknya adalah gambaran akhir dari SP. “Kalau kita betul-betul konsisten, selama 4 tahun maka hasil belajar anak-anak d sekolah itu yang kita harapkan di atas level yang bergerak dari level 1 ke 2 ke 3 dan 4. Kemudian lingkungan belajar yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi anak-anak kita,” kata dia.

Baca Juga :  Peralatan Damkar Pulpis Perlu Peningkatan

Dia menerangkan, aman dan menyenangkan bukan dari infrastrukturnya yang lengkap, pembelajaran berpusat pada kompetensi anak  atau murid. Namun menjadikan murid-murid yang berkualitas, murid-murid yang memiliki kemampuan daya saing ketika dia selesai dari sekolah,” katanya.

Selanjutnya, refleksi diri dan pengimbasan, ketika selesai mengajar guru merenung. Apa yang dia ajarkan, apakah murid-muridnya mengerti apa yang dia ajarkan. “Kemudian dia menanyakan kepada murid-muridnya,” beber Nunu.

Hasil dari pembelajarannya, informasi itulah yang dijadikan refleksi diri untuk merancang pembelajaran berikutnya yang jauh lebih baik lagi. menurut dia, guru bukanlah segala-galanya.

“Guru kita harus hijrah. Dari guru yang tidak mau belajar menjadi guru yang mau belajar.  Ketika kita belajar tentang teknologi, anak-anak PAUD saja sudah canggih. Oleh karena itu guru-guru harus hijrah lebih canggih dari anak-anak kita,” pinta dia.

Nunu yang sebelumnya juga seorang guru mengaku, refleksi guru dari perbaikan pembelajaran harus terjadi terus-menerus dan sekolah mampu mengadakan pengimbasan ke sekolah-sekolah terdekatnya untuk menuju praktik-praktik yang baik. (art)

Terpopuler

Artikel Terbaru