27.1 C
Jakarta
Friday, April 18, 2025

Terkait Kabar Gagal Panen di Food Estate, Ini Faktanya

PULANG PISAU, PROKALTENG.CO – Penurunan produksi padi pada program
percepatan masa tanam di desa Belanti Siam, kecamatan Pandih Batu tidak menimpa
seluruh petani.

Kepala desa Belanti Siam, Amiin
mengungkapkan, total luas lahan pertanian produktif di desanya sekitar 2300
hektare. “Dari luasan tersebut, 1000 hektare di antaranya masuk program
percepatan masa tanam,” kata Amiin saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Selasa (2/2).

Dia juga tidak menampik adanya
penurunan produktivitas padi yang dialami petani. Bahkan kata dia, dari program
percepatan masa tanam itu ada yang produktivitasnya meningkat. Dari tujuh ton
per hektare menjadi sembilan ton lebih.

Ada juga yang standar atau
produktivitasnya tetap. “Memang ada yang menurun, tapi tidak gagal panen dan
itu tidak semua,” ungkapnya.

Baca Juga :  Hari Ini, 10 Pejabat Pulpis Divaksin

Dia juga mengaku belum memiliki
data terperinci berapa kelompok tani atau berapa hektare yang mengalami
penurunan produktivitas. “Ada yang sudah dipanen dan banyak yang belum
dipanen,” ucapnya.

Amiin tidak bisa memastikan
penyebab turunnya sebagian produktivitas padi desanya. “Kalau yang penurunannya
diakibatkan potong leher, kemungkinan akibat dari bibit. Karena yang
menggunakan varietas Supadi dan Inpari 42 bagus. Kabarnya yang potong leher itu
menggunakan varietas Hipa,” tandasnya. 

Sebelumnya, Heri salah satu
petani di desa Belanti Siam yang masuk dalam program percepatan masa tanam
mengungkapkan produksi padi di sawahnya turun drastis. Dia mengaku, saat normal
produksi padi di wilayahnya rata-rata mencapai empat ton per hektare. “Sekarang
rata-rata satu ton per hektare,” kata Heri.

Baca Juga :  Aparatur Dishub Diminta Tertib Administrasi

Apa yang menjadi penyebab
jebloknya produksi padi di wilayahnya? Heri mengaku, jebloknya produksi padi di
desanya karena serangan penyakit potong leher yang diakibatkan oleh jamur.
“Yang terkena potong leher di desa kami itu hampir merata,” ungkap dia.

Heri juga mengaku, petugas pengamat
organisme penyakit tanaman (PUPT) sebelumnya juga ada turun. Dia mengaku, pada
kelompok taninya yang produksi padinya sekitar 80 persen. “Yang jeblok sekitar
80 persen itu untuk kelompok tani kami, bukan keseluruhan desa,” tandasnya.

PULANG PISAU, PROKALTENG.CO – Penurunan produksi padi pada program
percepatan masa tanam di desa Belanti Siam, kecamatan Pandih Batu tidak menimpa
seluruh petani.

Kepala desa Belanti Siam, Amiin
mengungkapkan, total luas lahan pertanian produktif di desanya sekitar 2300
hektare. “Dari luasan tersebut, 1000 hektare di antaranya masuk program
percepatan masa tanam,” kata Amiin saat dikonfirmasi Kalteng Pos, Selasa (2/2).

Dia juga tidak menampik adanya
penurunan produktivitas padi yang dialami petani. Bahkan kata dia, dari program
percepatan masa tanam itu ada yang produktivitasnya meningkat. Dari tujuh ton
per hektare menjadi sembilan ton lebih.

Ada juga yang standar atau
produktivitasnya tetap. “Memang ada yang menurun, tapi tidak gagal panen dan
itu tidak semua,” ungkapnya.

Baca Juga :  Hari Ini, 10 Pejabat Pulpis Divaksin

Dia juga mengaku belum memiliki
data terperinci berapa kelompok tani atau berapa hektare yang mengalami
penurunan produktivitas. “Ada yang sudah dipanen dan banyak yang belum
dipanen,” ucapnya.

Amiin tidak bisa memastikan
penyebab turunnya sebagian produktivitas padi desanya. “Kalau yang penurunannya
diakibatkan potong leher, kemungkinan akibat dari bibit. Karena yang
menggunakan varietas Supadi dan Inpari 42 bagus. Kabarnya yang potong leher itu
menggunakan varietas Hipa,” tandasnya. 

Sebelumnya, Heri salah satu
petani di desa Belanti Siam yang masuk dalam program percepatan masa tanam
mengungkapkan produksi padi di sawahnya turun drastis. Dia mengaku, saat normal
produksi padi di wilayahnya rata-rata mencapai empat ton per hektare. “Sekarang
rata-rata satu ton per hektare,” kata Heri.

Baca Juga :  Aparatur Dishub Diminta Tertib Administrasi

Apa yang menjadi penyebab
jebloknya produksi padi di wilayahnya? Heri mengaku, jebloknya produksi padi di
desanya karena serangan penyakit potong leher yang diakibatkan oleh jamur.
“Yang terkena potong leher di desa kami itu hampir merata,” ungkap dia.

Heri juga mengaku, petugas pengamat
organisme penyakit tanaman (PUPT) sebelumnya juga ada turun. Dia mengaku, pada
kelompok taninya yang produksi padinya sekitar 80 persen. “Yang jeblok sekitar
80 persen itu untuk kelompok tani kami, bukan keseluruhan desa,” tandasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru