NANGA BULIK, PROKALTENG.CO – Karhutla kembali membayangi Kabupaten Lamandau. Dari Februari hingga Juli 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat tujuh kasus kebakaran hutan dan lahan yang menghanguskan total 5,49 hektare wilayah. Angka ini memang belum setinggi tahun sebelumnya. Namun, potensi kerugian ekologis dan sosialnya tetap tak bisa disepelekan.
Kepala Pelaksana BPBD Lamandau, Hendikel, mengingatkan bahwa meski jumlah kejadian tampak kecil, dampaknya bisa menjalar ke mana-mana.
“Tujuh kejadian mungkin tampak sedikit, tetapi dampaknya terhadap lingkungan dan ekonomi masyarakat Lamandau cukup signifikan. 5,49 hektare lahan yang terbakar tetap merupakan kerugian yang besar dan perlu kita cegah bersama,” ujarnya, Sabtu (2/8).
Hendikel mengungkap, mayoritas kebakaran disebabkan oleh ulah manusia. Mulai dari membuka lahan dengan cara dibakar, hingga membuang puntung rokok sembarangan. Cuaca kering dan tiupan angin kencang menjadi pemicu meluasnya api di lapangan.
“Selain pemadaman, kami juga fokus pada pencegahan. Kami telah dan akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya karhutla dan pentingnya menjaga kelestarian hutan,” jelasnya.
BPBD juga menggandeng pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan berbagai organisasi lingkungan untuk membangun kesadaran kolektif.
Imbauan pun terus digaungkan. Warga diharapkan tidak membuka lahan dengan cara dibakar dan lebih waspada dalam aktivitas di luar ruang, terutama yang melibatkan api.
“Masyarakat juga diimbau untuk segera melaporkan setiap kejadian kebakaran kepada pihak berwenang agar tindakan pemadaman dapat dilakukan dengan cepat dan efektif,” harapnya.
Meski sejauh ini belum terjadi lonjakan kasus, BPBD tetap siaga. Musim kemarau belum berakhir. Risiko karhutla masih tinggi.
“Upaya kolaboratif dan kesadaran bersama menjadi kunci dalam melindungi Kabupaten Lamandau dari ancaman karhutla,” tandas Hendikel. (bib)