SAMPIT, PROKALTENG.CO– Umat muslim di seluruh penjuru dunia mulai Selasa (12/3) tengah bergembira menyambut bulan suci Ramadan 1445 Hijriah. Bulan yang mewajibkan seluruh umat Muslim untuk berpuasa selama sebulan penuh itu kerap kali menjadi momentum untuk mempertebal iman.
Namun, bulan Ramadan juga kerap kali membuat beberapa ibu rumah tangga di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) merasa tercekik. Pasalnya, harga sembako justru merangkak naik saat umat muslim tengah menjalankan kewajiban untuk tidak makan dan minum selama satu bulan penuh itu. Berdasarkan pantauan Kalteng Pos (Grup prokalteng.co), beberapa komoditas mengalami kenaikan.
Cabai misalnya. Tak hanya rasanya yang pedas, memasuki bulan Ramadan harganya juga terbilang pedas. Komoditas yang termasuk golongan sayur mayur itu merangkak naik hingga sebanyak Rp20 ribu perkilogramnya. Kenaikan itu berdampak pada minat pembeli yang kian menurun seiring dengan merangkaknya harga cabai di pasaran.
“Sekarang ini harganya Rp80 ribu perkilogramnya. Sebelumnya cuma Rp60 Ribu. Biasanya mereka bisa beli satu kilo sekarang cuma setengah kilo aja,”ujar Nur, salah satu pedagang cabai di Pasar Al-Kamal, Senin (11/3) malam.
Selain cabai, beras yang merupakan bahan pokok juga mengalami kenaikkan. Hal itu diakui Aisyah, salah seorang pedagang sembako di Pasar Keramat. Saat ini, harga beras merangkak naik menjadi Rp18 ribu hingga Rp20 ribu perkilogramnya. Bahkan, beberapa merk beras mengalami kenaikan yang signifikan menjadi Rp40 kilogram. Kenaikan itu sudah terjadi beberapa bulan sebelum bulan Ramadan. Namun, harganya merangkak berkali-kali lipat saat Ramadan datang, Selasa (12/3) pagi.
“Sebetulnya kenaikannya tidak hanya menjelang Ramadan saja. Beberapa bulan sebelumnya memang sudah naik. Ditambah saat masuk Ramadan harganya naik berkali lipat,”ucapnya.
Tak hanya beras yang ia jual yang mengalami kenaikan harga. Komoditas lain seperti gula juga mengalami kenaikan harga. Kenaikan tersebut berkisar Rp2 ribu hingga Rp3 ribu rupiah perkilogramnya.
Diakuinya, harga itu berlaku jika pembeli membeli dengan jumlah satu kilogram. Namun, jika pembeli hanya membeli setengah kilogram, ia terpaksa menaikkan kembali harganya sebesar Rp500 untuk menutupi modal kantong plastik.
“Gula itu sebelumnya Rp16 ribu hingga Rp17 ribu perkilogram. Sekarang naik menjadi Rp19 ribu hingga Rp20 ribu perkilogram. Kami sebenarnya tidak ingin menaikkan. Tetapi dari penyuplai memang sudah naik,”imbuhnya.
Selain sayur dan beras, telur ayam juga terpantau naik saat ini. Telur ayam yang semula seharga Rp50 ribu hingga Rp60 ribu persapnya kini merangkak naik hingga Rp70 ribu persap. Kenaikkan itu membuat para pembeli mengeluh. Namun, para pedagang mau tidak mau harus tetap menaikkan harga untuk menghindari kerugian. Dari informasi yang didapat pedagang, kenaikkan telur itu sudah terjadi di pusat. Sehingga telur tersebut kenaikkan juga terjadi di daerah.
“Kami juga bingung menjualnya bagaimana. Karena banyak pembeli yang mengeluh. Kalau tidak dinaikkan, kami yang rugi. Informasinya memang dari pusat sudah naik jadi sampai daerah kuga naik karena kena biaya transportasi,”ujar Isam, salah seorang pedagang telur.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Kotim, Zulhaidir mengungkapkan, kenaikan sembako yang terjadi saat ini merupakan dampak dari psikologi pasar yang terjadi menjelang Ramadan. Biasanya masyarakat membeli kebutuhan pokok secara besar-besaran untuk stok di rumah. Sehingga hal tersebut menimbulkan kelangkaan yang berakibat naiknya harga.
“Masyarakat biasanya menjelang Ramadan membeli banyak untuk mereka stok di rumah. Jadi membuat stok barang di pasar langka,”jelasnya saat dikonfirmasi awak media.
Kendati demikian, Pemkab Kotim telah menggelar pasar murah untuk menekan harga yang tinggi dipasaran. Hal itu untuk menjaga stabilitas harga pasar dan memastikan stok bahan pokok dipasaran mencukupi. “Pasar murah ini kita gelar agar bisa menekan harga dan memastikan ketersediaan bahan pokok di pasaran aman,”pungkasnya.(sli/kpg)