28.9 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Parah di Pagi Hari, Terpantau 262 Titik Panas di Dua Kecamatan

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Kabut asap masih menyelimuti Kota Sampit di setiap pagi, tetapi tidak separah pada Senin 2 Oktober kemarin, yang jarak pandang hanya terlihat kurang dari lima meter, dan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai 1057 PM 10 yang kualitas udara berbahaya, hal tersebut dikarenakan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terus terjadi di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini.

Pemerintah Kabupaten Kotim telah memperpanjang status Tanggap Darurat karhutla, hingga 16 Oktober 2023, karena kebakaran masih marak dan masih berpotensi terjadi hingga beberapa waktu ke depan, karena selama bulan Oktober ini sudah terpantau 262 titik panas yang konsentrasi dominannya kini bergeser ke wilayah Kota Sampit dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang.

“Berdasarkan data, hotspot atau titik panas dominan di wilayah kota Sampit dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim Multazam.

Dirinya mengatakan menurut BMKG sebelumnya sebaran hotspot terbanyak terkonsentrasi di wilayah selatan yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit. Selama September, hot spot di Mentaya Hilir Selatan tercatat 683 titik dan Teluk Sampit 424 titik.

Pihak BMKG juga menyebutkan, jumlah titik panas sepanjang bulan Januari hingga September 2023 ini sudah hampir menyamai jumlah titik panas saat terjadi karhutla dan kabut asap parah pada 2019 lalu yaitu 5775 sementara tahun 2023 ini sudah mencapai 5714.

“Pada bulan Agustus saja ada sebanyak 1.345 titik dan September sebanyak 1.994 titik. Jumlah ini naik berkali-kali lipat dibanding biasanya yang hanya berkisar maksimal 100 titik, dan saat ini ada 691,586 hektare lahan yang terbakar. Jumlah itu hanya dari lokasi karhutla yang bisa didatangi oleh tim BPBD, sedangkan kondisi riil kemungkinan lebih besar lagi,” ujar Multazam.

Menurutnya Pemadaman saat ini juga mengandalkan water bombing atau pengeboman air menggunakan helikopter milik BNPB. Sementara untuk tim pemadaman darat dilakukan dengan menyeimbangkan personel dan peralatan yang ada. Pemadaman pada malam tidak bisa optimal lagi karena jarak pandang terbatas akibat asap, tingkat kelelahan tinggi dan risiko binatang berbahaya. Kendala lain yaitu ada beberapa mesin pompa yang rusak.

“Tim gabungan terus berupaya maksimal dengan mengerahkan semua potensi yang ada untuk menanggulangi bencana karhutla ini, kita harus waspada karena bahan bakaran masih banyak dan gambut semakin kering. Beberapa hari terakhir pemadaman dilakukan di Jalan MT Haryono Barat dan Jalan Tjilik Riwut km 8. Pemadaman tiga hari berturut-turut, bahkan dibantu water bombing,” ucap Multazam.

Baca Juga :  Umur Tua Tetapi Masih Produktif, Disarankan Pasang Kontrasepsi MOW

Secara terpisah Personal In Charge (PIC) Air Quality Monitoring System (AQMS) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotim, Budi Suryono mengatakan tingginya musibah Karhutla di Kabupaten Kotim berdampak pada kualitas udara di wilayah ini, Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), tingkat pencemaran udara di daerah ini masuk dalam level sangat tidak sehat bahkan berbahaya.

Tingkat pencemaran udara yang tinggi berdasarkan data ISPU di Kabupaten Kotim biasanya terjadi saat suhu udara turun. Angka tersebut mengalami lonjakan peningkatan di pagi hari. Namun, menurut perhitungan ISPU perjamnya, angka tersebut akan berangsur menurun saat siang hari. Hal itu dipengaruhi oleh angin, suhu, dan kelembaban udara.

Peningkatan polusi udara tersebut tidak bisa diperkirakan. Kadang naik, kadang turun. Hal itu bergantung pada tingkat pencemaran udara dan aspek lain yang dapat mempengaruhi hal tersebut.

“Biasanya peningkatan itu terjadi saat malam hari sekitar pukul 23.00 WIB. Lalu lonjakkan peningkatan terjadi di pagi hari sekitar pukul 7 pagi. Setelah itu angka tersebut akan berangsur turun saat siang hari. Ini karena partikel di udara terbawa angin dan dipengaruhi suhu udara,”ujar Budi saat ditemui Kalteng Pos, Rabu (4/10).

Partikel debu yang dihasilkan dari Karhutla yang saat ini marak terjadi dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Itu karena, partikel debu akan terbawa oleh angin. Ukurannyapun beragam. Semakin besar ukuran partikel tersebut, maka akan semakin meningkatkan resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hal itu dapat dilihat dari Particulate Matter (PM) yang tertera dalam diagram ISPU.

“Partikel debu itu semakin besar semakin berbahaya. Misalnya dalam diagram ISPU tertera PM2.5. artinya ukuran parikelnya itu 2,5 mikrometer. Semakin besar angka ini, maka makin besar kemungkinan ia (partikel debu, red) untung terjebak dan mengendap di paru-paru. Sehingga menimbulkan ISPA,” terang Budi.

Budi menambahkan, polusi udara yang sekarang melanda Kabupaten Kotim dapat hilang dengan secara alami dengan turunnya hujan yang berintensitas lebat dalam waktu yang cukup lama dan merata. Sehingga penyebab utama polusi udara yaitu Karhutla bisa padam. Senada dengan hal itu, partikel debu yang beterbangan di udara dapat hilang dengan air hujan tersebut. Hal itu akan berpengaruh pada kualitas udara yang akan semakin baik.

Baca Juga :  Penyusunan RKPD Jaga Kesinambungan Pembangunan

“Cara alami untuk menghilangkan pencemaran udara ini adalah dengan turunnya air hujan. Karena Karhutlanya akan padam dan partikel debu itu akan hilang dengan turunnya hujan tersebut. Namun, intensitasnya harus hujan yang lebat,” ujar Budi

Menurutnya jika hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur Kotim dalam beberapa hari saja, maka secara langsung akan berdampak pada kualitas udara yang akan semakin baik. Namun, jika hujan turun hanya waktu sehari, lalu disusul dengan cuaca panas kembali, hal itu hanya akan memperbaiki kualitas udara sementara waktu.

“Hujannya ini harus lebat dalam beberapa hari. Kita lihat beberapa waktu lalu hujan lebat satu hari, udara kita memang membaik selama dua sampai tiga hari. Namun, setelah itu disusul panas kembali dan pencemaran udara perlahan meningkat lagi,”jelasnya.

Sejauh ini DLH Kabupaten Kotim telah melakukan himbauan terhadap masyarakat untuk menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Selain itu, masyarakat juga diminta meminimalisir kegiatan di luar ruangan jika memang tidak diperlukan. Hal ini untuk mencegah partikel debu itu terhirup ke dalam pernafasan dan menimbulkan masalah kesehatan.

DLH Kotim juga sudah memasang tingkat pendemaran udara yang terpampang dalam videotron yang terpasang di depan Kantor Setda Kotim sebagai acuan masyarakat tentang kualitas udara setiap harinya.

“Kita sudah meberikan himbauan kepada masyarakat untuk memakai masker dan meminimalisir aktivitas di luar. Kita juga sudah memasang data kualitas udara yang ada di vdieotron, depan Kantor Setda Kotim. Itu tayang pagi dan sore hari agar masyarakat bisa tau kualitas udara di hari itu,” sampai Budi.

Kualitas udara yang buruk tidak hanya berdampak pada manusia saja. Akan tetapi hewan dan tumbuhan juga dapat merasakan dampak bahayanya. Sebab polutan udara yang terbawa angin akan membahayakan pernafasan.

“Kalau kita lihat kualitas udara yang berbahaya kandungan permeter kubiknya ada polutan udara yang berukuran lumayan besar. Kalau lama-lama kita hirup, itu akan terjebak di paru-paru. Inilah yang membuatnya jadi berbahaya,”pungkasnya.(bah/kpg/ind).

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Kabut asap masih menyelimuti Kota Sampit di setiap pagi, tetapi tidak separah pada Senin 2 Oktober kemarin, yang jarak pandang hanya terlihat kurang dari lima meter, dan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) mencapai 1057 PM 10 yang kualitas udara berbahaya, hal tersebut dikarenakan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terus terjadi di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ini.

Pemerintah Kabupaten Kotim telah memperpanjang status Tanggap Darurat karhutla, hingga 16 Oktober 2023, karena kebakaran masih marak dan masih berpotensi terjadi hingga beberapa waktu ke depan, karena selama bulan Oktober ini sudah terpantau 262 titik panas yang konsentrasi dominannya kini bergeser ke wilayah Kota Sampit dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang.

“Berdasarkan data, hotspot atau titik panas dominan di wilayah kota Sampit dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim Multazam.

Dirinya mengatakan menurut BMKG sebelumnya sebaran hotspot terbanyak terkonsentrasi di wilayah selatan yaitu Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit. Selama September, hot spot di Mentaya Hilir Selatan tercatat 683 titik dan Teluk Sampit 424 titik.

Pihak BMKG juga menyebutkan, jumlah titik panas sepanjang bulan Januari hingga September 2023 ini sudah hampir menyamai jumlah titik panas saat terjadi karhutla dan kabut asap parah pada 2019 lalu yaitu 5775 sementara tahun 2023 ini sudah mencapai 5714.

“Pada bulan Agustus saja ada sebanyak 1.345 titik dan September sebanyak 1.994 titik. Jumlah ini naik berkali-kali lipat dibanding biasanya yang hanya berkisar maksimal 100 titik, dan saat ini ada 691,586 hektare lahan yang terbakar. Jumlah itu hanya dari lokasi karhutla yang bisa didatangi oleh tim BPBD, sedangkan kondisi riil kemungkinan lebih besar lagi,” ujar Multazam.

Menurutnya Pemadaman saat ini juga mengandalkan water bombing atau pengeboman air menggunakan helikopter milik BNPB. Sementara untuk tim pemadaman darat dilakukan dengan menyeimbangkan personel dan peralatan yang ada. Pemadaman pada malam tidak bisa optimal lagi karena jarak pandang terbatas akibat asap, tingkat kelelahan tinggi dan risiko binatang berbahaya. Kendala lain yaitu ada beberapa mesin pompa yang rusak.

“Tim gabungan terus berupaya maksimal dengan mengerahkan semua potensi yang ada untuk menanggulangi bencana karhutla ini, kita harus waspada karena bahan bakaran masih banyak dan gambut semakin kering. Beberapa hari terakhir pemadaman dilakukan di Jalan MT Haryono Barat dan Jalan Tjilik Riwut km 8. Pemadaman tiga hari berturut-turut, bahkan dibantu water bombing,” ucap Multazam.

Baca Juga :  Umur Tua Tetapi Masih Produktif, Disarankan Pasang Kontrasepsi MOW

Secara terpisah Personal In Charge (PIC) Air Quality Monitoring System (AQMS) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotim, Budi Suryono mengatakan tingginya musibah Karhutla di Kabupaten Kotim berdampak pada kualitas udara di wilayah ini, Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), tingkat pencemaran udara di daerah ini masuk dalam level sangat tidak sehat bahkan berbahaya.

Tingkat pencemaran udara yang tinggi berdasarkan data ISPU di Kabupaten Kotim biasanya terjadi saat suhu udara turun. Angka tersebut mengalami lonjakan peningkatan di pagi hari. Namun, menurut perhitungan ISPU perjamnya, angka tersebut akan berangsur menurun saat siang hari. Hal itu dipengaruhi oleh angin, suhu, dan kelembaban udara.

Peningkatan polusi udara tersebut tidak bisa diperkirakan. Kadang naik, kadang turun. Hal itu bergantung pada tingkat pencemaran udara dan aspek lain yang dapat mempengaruhi hal tersebut.

“Biasanya peningkatan itu terjadi saat malam hari sekitar pukul 23.00 WIB. Lalu lonjakkan peningkatan terjadi di pagi hari sekitar pukul 7 pagi. Setelah itu angka tersebut akan berangsur turun saat siang hari. Ini karena partikel di udara terbawa angin dan dipengaruhi suhu udara,”ujar Budi saat ditemui Kalteng Pos, Rabu (4/10).

Partikel debu yang dihasilkan dari Karhutla yang saat ini marak terjadi dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Itu karena, partikel debu akan terbawa oleh angin. Ukurannyapun beragam. Semakin besar ukuran partikel tersebut, maka akan semakin meningkatkan resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Hal itu dapat dilihat dari Particulate Matter (PM) yang tertera dalam diagram ISPU.

“Partikel debu itu semakin besar semakin berbahaya. Misalnya dalam diagram ISPU tertera PM2.5. artinya ukuran parikelnya itu 2,5 mikrometer. Semakin besar angka ini, maka makin besar kemungkinan ia (partikel debu, red) untung terjebak dan mengendap di paru-paru. Sehingga menimbulkan ISPA,” terang Budi.

Budi menambahkan, polusi udara yang sekarang melanda Kabupaten Kotim dapat hilang dengan secara alami dengan turunnya hujan yang berintensitas lebat dalam waktu yang cukup lama dan merata. Sehingga penyebab utama polusi udara yaitu Karhutla bisa padam. Senada dengan hal itu, partikel debu yang beterbangan di udara dapat hilang dengan air hujan tersebut. Hal itu akan berpengaruh pada kualitas udara yang akan semakin baik.

Baca Juga :  Penyusunan RKPD Jaga Kesinambungan Pembangunan

“Cara alami untuk menghilangkan pencemaran udara ini adalah dengan turunnya air hujan. Karena Karhutlanya akan padam dan partikel debu itu akan hilang dengan turunnya hujan tersebut. Namun, intensitasnya harus hujan yang lebat,” ujar Budi

Menurutnya jika hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur Kotim dalam beberapa hari saja, maka secara langsung akan berdampak pada kualitas udara yang akan semakin baik. Namun, jika hujan turun hanya waktu sehari, lalu disusul dengan cuaca panas kembali, hal itu hanya akan memperbaiki kualitas udara sementara waktu.

“Hujannya ini harus lebat dalam beberapa hari. Kita lihat beberapa waktu lalu hujan lebat satu hari, udara kita memang membaik selama dua sampai tiga hari. Namun, setelah itu disusul panas kembali dan pencemaran udara perlahan meningkat lagi,”jelasnya.

Sejauh ini DLH Kabupaten Kotim telah melakukan himbauan terhadap masyarakat untuk menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Selain itu, masyarakat juga diminta meminimalisir kegiatan di luar ruangan jika memang tidak diperlukan. Hal ini untuk mencegah partikel debu itu terhirup ke dalam pernafasan dan menimbulkan masalah kesehatan.

DLH Kotim juga sudah memasang tingkat pendemaran udara yang terpampang dalam videotron yang terpasang di depan Kantor Setda Kotim sebagai acuan masyarakat tentang kualitas udara setiap harinya.

“Kita sudah meberikan himbauan kepada masyarakat untuk memakai masker dan meminimalisir aktivitas di luar. Kita juga sudah memasang data kualitas udara yang ada di vdieotron, depan Kantor Setda Kotim. Itu tayang pagi dan sore hari agar masyarakat bisa tau kualitas udara di hari itu,” sampai Budi.

Kualitas udara yang buruk tidak hanya berdampak pada manusia saja. Akan tetapi hewan dan tumbuhan juga dapat merasakan dampak bahayanya. Sebab polutan udara yang terbawa angin akan membahayakan pernafasan.

“Kalau kita lihat kualitas udara yang berbahaya kandungan permeter kubiknya ada polutan udara yang berukuran lumayan besar. Kalau lama-lama kita hirup, itu akan terjebak di paru-paru. Inilah yang membuatnya jadi berbahaya,”pungkasnya.(bah/kpg/ind).

Terpopuler

Artikel Terbaru