KUALA KAPUAS,PROKALTENG.CO – Acara laluhan merupakan ritual adat Suku Dayak Ngaju Kuala Kapuas, yang menggambarkan betapa gigihnya mereka dalam mempertahankan wilayah dari gangguan musuh.
Laluhan atau perang air digelar di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas. Peserta berangkat dari Pelabuhan Betang Sei Pasah Kecamatan Kapuas Hilir dan puncaknya di depan Dermaga Danau Mare Kota Kuala Kapuas. Laluhan bertujuan untuk membuang kesialan dan penyakit. Pada pelaksanaannya, seolah terjadi perang tombak.
Tombak yang digunakan yakni dibuat dari batang tanaman lokal yakni batang suli atau batang bamban yang ujungnya ditumpulkan. Ada yang berada di kapal dan menunggu di dermaga dengan bekal tombak batang suli masing-masing.
Bupati Kapuas HM Wiyatno menghadiri sekaligus mengikuti acara adat laluhan yang digelar dalam rangka rangkaian hari jadi ke-219 Kota Kuala Kapuas dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Pemerintah Kabupaten Kapuas. Saat itu bupati menunggu di Pelabuhan Danau Mare Kuala Kapuas, Selasa (22/4).
Sedangkan Wakil Bupati Kapuas Dodo bersama sejumlah Forkopimda dan Kepala perangkat daerah menaiki kapal dari Pelabuhan Betang Sei Pasah Kecamatan Kapuas Hilir menuju Pelabuhan Danau Mare Kuala Kapuas.
Saat kapal berjarak sekitar 15 meter dari dermaga, terjadi saling lempar batang suli antara rombongan peserta yang berada di kapal dan rombongan yang berada di dermaga. Upacara laluhan disaksikan ratusan warga Kota Kuala Kapuas yang sudah lama menunggu di Dermaga Danau Mare.
Dalam kesempatan tersebut Wiyatno mengajak masyarakat Kapuas menyambut gembira dan memeriahkan acara laluhan. Menikmati setiap momen dengan penuh kegembiraan, menciptakan momentum untuk mempererat persatuan dan kesatuan, serta memupuk rasa cinta dan bangga terhadap keberagaman budaya yang menjadi warisan leluhur.
“Laluhan bukan sekadar pertunjukan. Tetapi keajaiban alam dan kekayaan seni dan budaya Kabupaten Kapuas. Laluhan sebagai wujud kekeluargaan, kebersamaan, simbol gotong-royong dan solidaritas sosial,” ungkap Wiyatno.
Setelah mengikuti acara adat laluhan, rombongan pun bergeser menuju Rujab Bupati Kapuas untuk mengikuti ritual adat Dayak. Yakni Balian Ngarunya yang merupakan permohonan kepada Ranying Hatala Langit, berupa doa yang dipanjatkan oleh tetua adat setempat.
Ritual adat tersebut bertujuan agar pemimpin daerah dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan arif dan bijaksana sehingga masyarakat dapat hidup makmur sejahtera. (hmskmf/kpg)