KUALA KAPUAS,PROKALTENG,CO – Pemerintah Kabupaten Kapuas menggelar kegiatan budaya monumental berupa Pencatatan Rekor MURI Bermain Kecapi Sambil Bersenandung Karungut oleh peserta didik terbanyak, sekaligus pencanangan penggunaan lawung/sumping di lingkungan sekolah pada hari tertentu. Kegiatan tersebut dipusatkan di Huma Betang Sei Pasah, Senin (8/12) pagi.
Kegiatan besar yang diikuti 1.000 peserta didik ini dihadiri Bupati Pulang Pisau H Muhammad Wiyatno, Plt Sekda Kalteng Leonard S Ampung mewakili Gubernur Kalteng H Agustiar Sabran, Wakil Bupati Kapuas Dodo, Sekda Kapuas Dr Usis I Sangkai, Wakil Ketua II DPRD Kapuas Berinto, para tokoh adat. Bupati menegaskan pentingnya revitalisasi budaya daerah melalui jalur pendidikan.
Bupati menambahkan, kegiatan ini bukan hanya pemecahan rekor, melainkan langkah strategis menghidupkan kembali identitas budaya Dayak di tengah generasi muda.
“Hari ini bukan hanya tentang rekor, tetapi tentang kebangkitan jati diri budaya Dayak di Kabupaten Kapuas. Peserta didik memainkan kecapi dan menuntunkan karungut, dua warisan leluhur yang sejak dahulu menjadi media mendidik, menasehati, dan membentuk karakter masyarakat,” ujar Bupati.
Ia menekankan bahwa budaya harus dihidupkan, bukan hanya dikenang.
“Ini adalah cara kita memastikan bahwa budaya tidak hanya diingat, tetapi dihidupkan kembali oleh generasi muda,” tambahnya. Dalam momentum yang sama, Bupati Wiyatno secara resmi mencanangkan penggunaan lawung/sumping di lingkungan sekolah pada hari tertentu sebagai bagian dari pendidikan berbasis budaya.
“Lawung bukan sekadar hiasan atau perlengkapan pakaian adat; ia adalah lambang kehormatan, kebijaksanaan, dan identitas Dayak,” jelas Bupati.
Dengan penggunaan berkala, ia berharap lawung menjadi sarana penanaman kebanggaan pada jati diri lokal. “Dengan mengenakannya secara berkala, peserta didik diajak mencintai budaya lokal, merawat warisan leluhur, dan menumbuhkan rasa bangga sebagai generasi penerus,” tegasnya.
Dia menekankan tiga nilai dasar budaya Dayak yang selaras dengan dunia pendidikan: Handep, yakni gotong royong dan kebersamaan. Hapakat, keputusan bersama yang adil dan Hinting Pali, tatanan adat yang menegaskan moralitas dan keteraturan.
“Nilai-nilai ini sejalan dengan pendidikan yang bukan hanya tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi tempat menanamkan karakter, persatuan, dan moralitas,” ujar Wiyatno.
Sebelumnya, Plt Sekda Kalteng Leonard S Ampung saat menyampaikan sambutan gubernur menegaskan, pemecahan Rekor MURI bukan sekadar mengejar prestasi, namun bertujuan menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya tradisional Dayak kepada generasi muda, khususnya para pelajar di Kapuas.
“Anak-anak kita tidak boleh kehilangan identitas dan jati diri, karena merekalah calon pemimpin daerah dan bangsa di masa depan,” ujar Leo.
Masih di tempat sama, Kepala Dinas Pendidikan Kapuas Dr H Suwarno Muriyat mengungkapkan, kegiatan yang melibatkan seribu peserta ini menjadi penguatan karakter budaya di sekolah.
“Melalui kegiatan ini, peserta didik diajak mencintai identitas budaya daerah,” kata Suwarno. (art/kpg)


