KUALA KAPUAS, PROKALTENG.CO – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kapuas belum dapat berjalan karena masih menghadapi kendala administrasi. Pemerintah daerah terus berupaya menyelesaikan permasalahan ini agar program dapat segera dilaksanakan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas, Drs. Aswan, M.Si, menjelaskan bahwa program ini telah dirancang sejak lama, namun mengalami beberapa kali penundaan. Awalnya, pencanangan dijadwalkan pada 20 Januari, lalu diundur ke 3 Februari, tetapi kembali tertunda akibat permasalahan administrasi antara Badan Gizi Nasional (BGN) dan yayasan pelaksana.
“Saat saya konsultasi dengan BGN di Jakarta, mereka mengakui bahwa Kapuas masih dalam proses karena yayasan yang menaungi program ini belum memenuhi semua persyaratan administratif,” ujar Aswan, Jumat (8/3/2025).
Saat ini, yayasan yang bertanggung jawab atas MBG telah diganti oleh BGN dan tengah menjalani proses administrasi. Pemerintah Kabupaten Kapuas masih menunggu finalisasi agar program bisa segera berjalan sesuai rencana.
Tahap awal pencanangan MBG di Kapuas akan dimulai di dua sekolah, yakni SMPN 2 dan SDN 1 Selat Dalam, dengan total sekitar 500 siswa. Setelah itu, program akan diperluas ke sekolah-sekolah lain di Kecamatan Selat sebelum diterapkan di seluruh wilayah Kabupaten Kapuas.
“Kami ingin memastikan program ini berjalan baik di tingkat kota sebelum diperluas ke kecamatan,” tambahnya.
Tantangan terbesar dalam pelaksanaan MBG adalah distribusi makanan ke daerah terpencil, terutama di Kecamatan Mantangai dan Kapuas Hulu yang memiliki akses transportasi terbatas.
“Jika di kota, makanan bisa dikonsumsi dalam waktu kurang dari tiga jam. Namun, di daerah terpencil, perjalanan bisa lebih lama, sehingga ada risiko makanan tidak layak konsumsi,” kata Aswan.
Meski menghadapi berbagai hambatan, pemerintah daerah bersama pihak terkait terus mencari solusi agar program MBG dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi anak-anak di Kabupaten Kapuas.
“Kami fokus menjalankan program ini terlebih dahulu di wilayah yang mudah dijangkau. Setelah itu, kami akan mencari model distribusi yang tepat untuk daerah-daerah dengan akses sulit,” tutupnya. (*mta)