MUARA TEWEH,PROKALTENG.CO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barito Utara (Batara) menegaskan komitmennya dalam mempercepat transformasi sistem kesehatan nasional guna menyambut 84 juta anak Indonesia yang akan memasuki usia produktif pada satu abad kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2045.
Penegasan ini disampaikan melalui sambutan Menteri Kesehatan RI yang dibacakan oleh Bupati Barito Utara, H. Shalahuddin, S.T., M.T.
“Kita hanya memiliki dua dekade untuk memastikan mereka tumbuh sebagai generasi yang sehat, tangguh, dan unggul,” ujar Bupati dalam Apel Hari Kesehatan Nasional ke-61 di halaman Dinas Kesehatan Barito Utara, Selasa (18/11).
Transformasi kesehatan yang telah bergulir empat tahun terakhir menitikberatkan perubahan paradigma, dari sekadar mengobati orang sakit menjadi menjaga orang sehat tetap sehat. Upaya ini diwujudkan melalui percepatan pembangunan dan peningkatan fasilitas rumah sakit hingga ke pelosok negeri.
“Transformasi kesehatan harus terus kita gelorakan untuk menghadirkan pelayanan dengan akses mudah, kualitas baik, dan biaya terjangkau,” tegasnya. Pada pilar pertama, transformasi layanan primer menunjukkan kemajuan signifikan, dengan 8.349 puskesmas yang telah mengintegrasikan layanannya. Capaian penting lainnya adalah menurunnya prevalensi stunting pada balita.
“Untuk pertama kalinya, prevalensi stunting balita turun di bawah 20 persen, yaitu 19,8 persen,” ungkap bupati.
Capaian ini didorong pelatihan 324.380 kader Posyandu serta sistem surveilans penyakit yang kini lebih cepat. Pilar kedua, transformasi layanan rujukan, fokus pada peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, khususnya untuk penyakit prioritas seperti kanker, jantung, dan stroke.
“Saat ini, 29 provinsi sudah mampu melakukan bedah jantung terbuka, dan 8 provinsi mampu melakukan STA-MCA bypass untuk kasus stroke,” paparnya.
Pada pilar ketiga, yakni transformasi sistem ketahanan kesehatan, Indonesia mencatat kemajuan dalam kemandirian produksi dalam negeri. Bupati Shalahuddin menyampaikan bahwa 10 dari 14 antigen vaksin program imunisasi rutin sudah dapat diproduksi secara nasional.
Selain itu, 10 dari 10 bahan baku obat penggunaan tertinggi serta 9 dari 10 alat kesehatan dengan belanja terbesar juga berhasil diproduksi dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan impor. Transformasi pilar keempat, pembiayaan kesehatan, telah menjangkau 268 juta penduduk atau 98 persen masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Porsi asuransi dalam belanja kesehatan mencapai Rp640 triliun setiap tahun dan terus meningkat,” jelasnya.
Angka ini menunjukkan perlindungan finansial masyarakat semakin kuat, dengan JKN berkontribusi 30,9 persen terhadap total belanja kesehatan nasional. Pada pilar kelima , transformasi SDM kesehatan, sebanyak 61 persen puskesmas telah memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan sesuai standar.
“Presiden menargetkan pembukaan 500 rumah sakit pendidikan utama di seluruh kabupaten/kota,” tutur bupati.
Upaya ini diharapkan mempermudah dan menekan biaya pendidikan dokter spesialis. Sementara itu, pilar keenam, transformasi teknologi kesehatan, diwujudkan melalui aplikasi SatuSehat yang telah terhubung dengan ribuan fasilitas pelayanan kesehatan. Inovasi ini diperkuat dengan pengembangan layanan kedokteran presisi melalui Biomedical and Genome Science Initiative (BGSI).
“Pemanfaatan teknologi kesehatan berbasis AI, seperti pada X-ray dan CT-Scan, mampu mendeteksi berbagai penyakit lebih cepat dan akurat,” ungkap Bupati. (ren/kpg)


