27.1 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Perlu Intervensi Semua Pihak untuk Turunkan Stunting

BUNTOK, PROKALTENG.CO – Untuk mempercepat penurunan angka stunting diperlukan kerja sama semua pihak dan stake holder lintas sektor.

“Untuk aksi percepatan penurunan stunting ini tidak bisa hanya dilakukan salah satu pihak atau instansi saja, perlu kerja sama semua dan harus lintas sektor,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan, drg Daryomo Sukiastono.

Menurut Daryomo, berdasarkan data tahun 2021 lalu, prevalensi stunting di Barito Selatan sekitar 17 persen. Dari data operasi timbang pada tahun 2021 pada 3.753 balita, sebanyak 895 atau 23,85 persen pendek dan sangat pendek atau stunting.

“Kita berharap hingga tahun 2024 nanti, angkanya bisa terus turun lebih dari 10 persen,” tukas dia.

Baca Juga :  Buka Keterisolasian Demi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Lebih lanjut dijelaskan Daryomo, komitmen bersama dalam meningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai bagian konvergensi intervensi penurunan stunting menjadi salah satu penentu utama upaya penurunan stunting.

Target indikator pembangunan dalam bidang kesehatan khususnya percepatan penurunan prevalensi angka stunting pada anak di bawah usia dua tahun dapat tercapai dengan baik.

Dengan begitu, derajat kesehatan akan meningkat, sehingga generasi penerus memiliki kemampuan emosional, sosial serta fisik yang siap untuk belajar dan berkompetisi sebagai modal dasar pembangunan di kabupaten yang berjuluk Dahani Dahanai Tuntung Tulus ini.

“Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang konvergen, artinya mencakup intervensi gizi spesifik atau menanggulangi faktor penyebab langsung dan sensitif penyebab tidak langsung,” kata Daryomo.

Baca Juga :  HUT ke-78 RI, Deddy Ajak Masyarakat Bersatu Membangun Barsel

Lebih lanjut dia menjelaskan, salah satu kendala umum dalam penanggulangan stunting adalah kesalahan pemahaman di masyarakat itu sendiri. Kondisi tubuh anak yang pendek ini seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan atau genetik dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal tegas Daryomo, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.

“Artinya, stunting ini merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah, dan tentunya peran serta kesadaran masyarakat pun menjadi salah satu penentu,”pungkas dia. (nto,hnd)

BUNTOK, PROKALTENG.CO – Untuk mempercepat penurunan angka stunting diperlukan kerja sama semua pihak dan stake holder lintas sektor.

“Untuk aksi percepatan penurunan stunting ini tidak bisa hanya dilakukan salah satu pihak atau instansi saja, perlu kerja sama semua dan harus lintas sektor,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan, drg Daryomo Sukiastono.

Menurut Daryomo, berdasarkan data tahun 2021 lalu, prevalensi stunting di Barito Selatan sekitar 17 persen. Dari data operasi timbang pada tahun 2021 pada 3.753 balita, sebanyak 895 atau 23,85 persen pendek dan sangat pendek atau stunting.

“Kita berharap hingga tahun 2024 nanti, angkanya bisa terus turun lebih dari 10 persen,” tukas dia.

Baca Juga :  Buka Keterisolasian Demi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Lebih lanjut dijelaskan Daryomo, komitmen bersama dalam meningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai bagian konvergensi intervensi penurunan stunting menjadi salah satu penentu utama upaya penurunan stunting.

Target indikator pembangunan dalam bidang kesehatan khususnya percepatan penurunan prevalensi angka stunting pada anak di bawah usia dua tahun dapat tercapai dengan baik.

Dengan begitu, derajat kesehatan akan meningkat, sehingga generasi penerus memiliki kemampuan emosional, sosial serta fisik yang siap untuk belajar dan berkompetisi sebagai modal dasar pembangunan di kabupaten yang berjuluk Dahani Dahanai Tuntung Tulus ini.

“Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang konvergen, artinya mencakup intervensi gizi spesifik atau menanggulangi faktor penyebab langsung dan sensitif penyebab tidak langsung,” kata Daryomo.

Baca Juga :  HUT ke-78 RI, Deddy Ajak Masyarakat Bersatu Membangun Barsel

Lebih lanjut dia menjelaskan, salah satu kendala umum dalam penanggulangan stunting adalah kesalahan pemahaman di masyarakat itu sendiri. Kondisi tubuh anak yang pendek ini seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan atau genetik dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal tegas Daryomo, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya dibandingkan faktor perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.

“Artinya, stunting ini merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah, dan tentunya peran serta kesadaran masyarakat pun menjadi salah satu penentu,”pungkas dia. (nto,hnd)

Terpopuler

Artikel Terbaru