PROKALTENG.CO– Busi, meskipun berukuran kecil, memegang peranan krusial dalam sistem pengapian sepeda motor.
Sering menjadi perbincangan di kalangan pegiat otomotif, banyak mitos seputar komponen vital ini yang masih dipercayai hingga saat ini, berpotensi menyesatkan dan bahkan membahayakan kesehatan mesin.
Untuk menghindari kesalahan langkah, berikut adalah lima mitos umum tentang busi motor yang perlu dipahami faktanya:
- Mitos: Busi Panas Selalu Meningkatkan Performa
Fakta: Anggapan bahwa menggunakan busi dengan nilai panas yang lebih tinggi otomatis mendongkrak performa mesin adalah keliru.
Penggunaan busi yang terlalu panas pada mesin yang tidak sesuai spesifikasi justru bisa memicu fenomena pre-ignition (pembakaran sebelum waktunya).
Kondisi ini sangat berisiko, karena dapat menyebabkan kerusakan fatal pada piston dan komponen mesin lainnya.
Teknisi dan pabrikan selalu menyarankan penggunaan busi dengan tingkat panas yang sesuai rekomendasi pabrik, bukan berdasarkan asumsi “lebih kuat.”
- Mitos: Banyak Elektroda Berarti Percikan Lebih Baik
Fakta: Busi multi-elektroda (dua hingga empat elektroda) sering dianggap menghasilkan percikan api yang lebih besar dan stabil.
Padahal, percikan api esensial selalu terjadi hanya pada satu elektroda, yaitu yang memiliki jalur hambatan terendah.
Meskipun jumlah elektroda yang banyak membantu memperpanjang usia pakai busi karena perpindahan jalur percikan, hal itu tidak secara langsung meningkatkan performa pembakaran.
Kualitas material elektroda, seperti Iridium atau Platinum, justru jauh lebih berpengaruh terhadap efisiensi pembakaran.
- Mitos: Busi Kotor Cukup Dibersihkan, Tidak Perlu Diganti
Fakta: Membersihkan busi yang berkerak karena motor tersendat hanya merupakan solusi sementara.
Kerak pada busi adalah indikasi adanya masalah yang lebih dalam pada sistem pembakaran, bukan hanya kotoran biasa.
Pembersihan berulang, apalagi dengan pengamplasan, dapat mengikis lapisan isolator busi dan mengubah celah elektroda dari spesifikasi pabrik.
Busi memiliki batas usia pakai. Setelah melewati batas waktu atau jarak tempuh yang direkomendasikan, penggantian adalah langkah terbaik demi menjaga performa mesin tetap optimal.
- Mitos: Mengencangkan Busi Sekeras Mungkin Mencegah Kebocoran
Fakta: Mengencangkan busi melebihi batas torsi yang dianjurkan ( over-tightening ) sangat berbahaya.
Tindakan ini berpotensi merusak ulir pada kepala silinder atau menyebabkan retak pada bagian keramik isolator busi.
Kerusakan tersebut pada akhirnya justru bisa memicu kebocoran gas panas yang merusak mesin. Cara yang benar adalah menggunakan kunci torsi sesuai standar atau mengikuti panduan pemasangan yang tertera pada kemasan produk busi.
- Mitos: Warna Ujung Busi adalah Acuan Utama Analisis Pembakaran
Fakta: Dulu, warna ujung busi (cokelat, hitam, atau putih) memang menjadi metode diagnosis campuran bahan bakar yang umum.
Namun, pada motor modern yang telah menggunakan sistem injeksi elektronik dan sensor oksigen, metode ini tidak lagi 100 persen akurat.
Perbedaan jenis bahan bakar dan teknologi mesin terbaru membuat warna busi hanya menjadi salah satu indikator, bukan penentu tunggal kondisi mesin.
Untuk diagnosis yang akurat dan objektif, para profesional kini sangat mengandalkan alat scanner atau perangkat diagnostik elektronik.
Penting bagi pengguna motor untuk selalu mengacu pada rekomendasi pabrikan dan sumber terpercaya sebelum mempercayai mitos yang beredar di bengkel atau komunitas otomotif. (jpg)


