25 C
Jakarta
Monday, April 14, 2025

Catatan Hari Lahir Kartini: Penggerak Perekonomian Bangsa

ADA anekdot yang sering didengar tentang
perempuan. Yakni, perempuan lebih pandai hitung-hitungan daripada lelaki.
Utamanya hitung-hitungan uang belanja.

Anekdot itu memang nyata. Perempuan memiliki
peran besar dalam urusan keuangan rumah tangga. Mereka menata, mengalokasi,
serta berusaha mencukupkan keuangan yang dimiliki keluarga tersebut. Bisa jadi,
anekdot itu muncul atas pengalaman tersebut.

Pandemi Covid-19 membawa dampak pada segala
hal. Termasuk perekonomian rumah tangga. Pada posisi ini, perempuan diuji untuk
mampu mengelola keuangan dengan baik. Mereka memeras otak agar dapur tetap
ngebul.

Itu terbukti pada kuartal ketiga tahun lalu.
Bank Indonesia perwakilan Jawa Timur (Jatim) menyatakan bahwa perekonomian
Jatim mulai membaik. Beberapa sektor pengeluaran kembali tumbuh. Salah satunya
kebutuhan rumah tangga.

Pertumbuhan sektor pengeluaran rumah tangga
itu terjadi karena pemerintah menggelontorkan beragam bantuan kepada
masyarakat. Uang pun beredar di masyarakat. Daya beli masyarakat kembali
meningkat.

Bantuan yang digelontorkan tersebut tidak
hanya berupa program konsumsi. Artinya, bukan bantuan yang bertujuan
meringankan beban masyarakat. Ada bantuan permodalan yang turut disalurkan
kepada masyarakat.

Bantuan permodalan itu menguatkan kembali
aktivitas ekonomi di tingkat bawah. Pelaku UKM dan KUMKM yang terkena imbas
pandemi Covid-19 mulai bangkit. Nah, sebagian besar penggerak aktivitas UKM dan
KUMKM di masyarakat adalah perempuan. Itu bukti bahwa perempuan juga memiliki
peran sebagai penggerak perekonomian bangsa.

Baca Juga :  Public Distrust Menggerogoti Institusi Hukum

Di Jawa Timur ada program yang diberi nama
Jatim Pemberdayaan Usaha Perempuan atau disingkat Jatim Puspa. Pada semester II
2020, bantuan untuk Jatim Puspa juga digelontorkan. Banyak perempuan yang
mendapat bantuan hibah berupa modal usaha. Harapannya, perempuan bisa melakukan
aktivitas lain. Seperti berjualan makanan-minuman, membuat baju, membikin
handicraft, dan beragam aktivitas lainnya. Produk tersebut menjadi komoditas
ekonomi yang bisa dijual. Mereka memiliki pendapatan tambahan dari aktivitas
itu.

Program tersebut memberi nilai tambah bagi
perempuan. Pendapatan tambahan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peningkatan
kesejahteraan akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat daerah maupun
provinsi.

Perempuan masa kini memiliki peran yang cukup
kompleks. Dulu perempuan hanya diibaratkan sebagai kanca wingking. Mereka hanya
tahu urusan dapur. Karena itu, pendidikan dianggap tidak penting bagi mereka.

Kartini mengubah semuanya. Perempuan
kelahiran Jepara itu memiliki cita-cita yang luar biasa. Dia menjadi pendobrak
pemahaman tentang perempuan yang berlaku pada zaman dulu. Pada usia 12 tahun
dia dipingit.

Baca Juga :  Diet Karbon dan Paradigma Baru Pangan Masa Depan

Kartini memang berbeda dengan perempuan di
masa itu. Dia bisa berbahasa Belanda. Selama dipingit, putri Raden Mas Adipati
Ario Sosroningrat tersebut tetap belajar. Dia menulis surat kepada teman-teman
korespondensinya yang berasal dari Belanda. Kartini melihat kemajuan berpikir
perempuan Eropa.

Informasi yang diserap mendorong semangat
Kartini untuk memajukan perempuan di Indonesia. Dia ingin perempuan Indonesia
sama dengan di Eropa. Di sana perempuan dan lelaki memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Tidak seperti di Indonesia yang berada pada status sosial terendah.

Di masa pandemi Covid-19 ini, perempuan juga
mempunyai peran yang sama pentingnya. Bahkan, perempuan sangat dibutuhkan dalam
mendorong penerapan standar protokol kesehatan rumah tangga. Mereka adalah
elemen terdepan dalam mencegah klaster rumah tangga.

Sudah sepatutnya bangga menjadi seorang
perempuan. Sosoknya tidak lagi berada pada urutan kesekian. Perempuan juga
memiliki kesempatan untuk berada di depan dalam segala hal. Termasuk pada
konteks penggerak perekonomian bangsa. (*)


Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur

ADA anekdot yang sering didengar tentang
perempuan. Yakni, perempuan lebih pandai hitung-hitungan daripada lelaki.
Utamanya hitung-hitungan uang belanja.

Anekdot itu memang nyata. Perempuan memiliki
peran besar dalam urusan keuangan rumah tangga. Mereka menata, mengalokasi,
serta berusaha mencukupkan keuangan yang dimiliki keluarga tersebut. Bisa jadi,
anekdot itu muncul atas pengalaman tersebut.

Pandemi Covid-19 membawa dampak pada segala
hal. Termasuk perekonomian rumah tangga. Pada posisi ini, perempuan diuji untuk
mampu mengelola keuangan dengan baik. Mereka memeras otak agar dapur tetap
ngebul.

Itu terbukti pada kuartal ketiga tahun lalu.
Bank Indonesia perwakilan Jawa Timur (Jatim) menyatakan bahwa perekonomian
Jatim mulai membaik. Beberapa sektor pengeluaran kembali tumbuh. Salah satunya
kebutuhan rumah tangga.

Pertumbuhan sektor pengeluaran rumah tangga
itu terjadi karena pemerintah menggelontorkan beragam bantuan kepada
masyarakat. Uang pun beredar di masyarakat. Daya beli masyarakat kembali
meningkat.

Bantuan yang digelontorkan tersebut tidak
hanya berupa program konsumsi. Artinya, bukan bantuan yang bertujuan
meringankan beban masyarakat. Ada bantuan permodalan yang turut disalurkan
kepada masyarakat.

Bantuan permodalan itu menguatkan kembali
aktivitas ekonomi di tingkat bawah. Pelaku UKM dan KUMKM yang terkena imbas
pandemi Covid-19 mulai bangkit. Nah, sebagian besar penggerak aktivitas UKM dan
KUMKM di masyarakat adalah perempuan. Itu bukti bahwa perempuan juga memiliki
peran sebagai penggerak perekonomian bangsa.

Baca Juga :  Public Distrust Menggerogoti Institusi Hukum

Di Jawa Timur ada program yang diberi nama
Jatim Pemberdayaan Usaha Perempuan atau disingkat Jatim Puspa. Pada semester II
2020, bantuan untuk Jatim Puspa juga digelontorkan. Banyak perempuan yang
mendapat bantuan hibah berupa modal usaha. Harapannya, perempuan bisa melakukan
aktivitas lain. Seperti berjualan makanan-minuman, membuat baju, membikin
handicraft, dan beragam aktivitas lainnya. Produk tersebut menjadi komoditas
ekonomi yang bisa dijual. Mereka memiliki pendapatan tambahan dari aktivitas
itu.

Program tersebut memberi nilai tambah bagi
perempuan. Pendapatan tambahan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peningkatan
kesejahteraan akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada tingkat daerah maupun
provinsi.

Perempuan masa kini memiliki peran yang cukup
kompleks. Dulu perempuan hanya diibaratkan sebagai kanca wingking. Mereka hanya
tahu urusan dapur. Karena itu, pendidikan dianggap tidak penting bagi mereka.

Kartini mengubah semuanya. Perempuan
kelahiran Jepara itu memiliki cita-cita yang luar biasa. Dia menjadi pendobrak
pemahaman tentang perempuan yang berlaku pada zaman dulu. Pada usia 12 tahun
dia dipingit.

Baca Juga :  Diet Karbon dan Paradigma Baru Pangan Masa Depan

Kartini memang berbeda dengan perempuan di
masa itu. Dia bisa berbahasa Belanda. Selama dipingit, putri Raden Mas Adipati
Ario Sosroningrat tersebut tetap belajar. Dia menulis surat kepada teman-teman
korespondensinya yang berasal dari Belanda. Kartini melihat kemajuan berpikir
perempuan Eropa.

Informasi yang diserap mendorong semangat
Kartini untuk memajukan perempuan di Indonesia. Dia ingin perempuan Indonesia
sama dengan di Eropa. Di sana perempuan dan lelaki memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Tidak seperti di Indonesia yang berada pada status sosial terendah.

Di masa pandemi Covid-19 ini, perempuan juga
mempunyai peran yang sama pentingnya. Bahkan, perempuan sangat dibutuhkan dalam
mendorong penerapan standar protokol kesehatan rumah tangga. Mereka adalah
elemen terdepan dalam mencegah klaster rumah tangga.

Sudah sepatutnya bangga menjadi seorang
perempuan. Sosoknya tidak lagi berada pada urutan kesekian. Perempuan juga
memiliki kesempatan untuk berada di depan dalam segala hal. Termasuk pada
konteks penggerak perekonomian bangsa. (*)


Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur

Terpopuler

Artikel Terbaru