26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kartini dalam Perspektif Wanita Masa Kini

BICARA Hari Kartini takkan ada habisnya. Hari kelahiran perempuan
pejuang persamaan hak perempuan itu kerap dimanifestikan lewat seremonial dan
sekadar menggunakan kebaya saja. Ini tentu tak lepas dari latar belakang
Kartini yang merupakan perempuan Jawa abad ke-19 yang pada masa itu identik
dengan sanggul dan pakaian kebaya. Padahal ‘esensi’ perjuangan seorang
Kartini-lah yang seharusnya diteladani dan menjadi spirit bagi wanita Indonesia
dalam berjuang, khususnya dalam dunia pendidikan.

Seorang perempuan harus bisa
mengambil perannya dalam berbagai sisi kehidupan dengan tidak meninggalkan
kodratnya sebagai seorang wanita, baik ia sebagai seorang istri maupun seorang
ibu. Kartini-kartini masa kini tentunya akan mengalami tantangan dan perjuangan
yang berbeda dengan Kartini masa penjajahan.

Pada masa penjajahan, Kartini
memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam
mengenyam pendidikan. Namun untuk saat ini emansipasi wanita sudah sangat nyata
dalam berbagai sisi kehidupan. Perempuan tidak lagi dibatasi haknya dalam
menempuh pendidikan atau meniti 
karirnya. Perempuan di dalam masyarakat maupun dalam dunia kerja memiliki
kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki.

Dalam era emansipasi wanita,
setinggi apa pun pendidikan, sebagus apapun karir, sehebat apapun seorang
wanita di luar sana, tetaplah kodratnya sebagai seorang istri dan seorang ibu.
Tantangan terberat saat ini justru seorang perempuan yang berperan sebagai
istri dan sekaligus seorang ibu. Perempuan dituntut harus mampu menciptakan
keseimbangan antara karir, kegiatan sosial, dan rumah tangga dengan baik dan
seimbang agar tidak tercipta masalah atau kendala. Agar semuanya menjadi
‘balance’ dibutuhkan komitmen yang kuat dan usaha yang terus menerus. Yang
pasti di sinilah ketulusan dari sosok seorang istri yang juga seorang ibu
diuji, untuk layak disebut sebagai kartini masa kini.

Baca Juga :  Membangun Kepemimpinan Level 5

Sebagai istri, sosoknya sangat
menentukan dalam mencapai tujuan akan dibawa ke mana biduk rumah tangga yang
dibangun. Peran istri sebagai sosok penopang perjuangan suami bukanlah hal yang
mudah dilakukan jika memandangnya bukan dalam bingkai ketulusan. Karena itu
sangatlah  bijak kalimat yang mengatakan
‘di balik suami yang sukses ada istri yang bijak’ dan ‘di balik istri yang
bijak, pasti ada  suami sebagai imam yang
senantiasa membimbingnya’.

Sosok perempuan sebagai seorang
ibu sangat menentukan kesuksesan akan arah masa depan anaknya, karena seorang
anak tumbuh dan berkembang lebih banyak dalam asuhan seorang ibu. Menjadi
seorang ibu yang mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak, bukanlah pekerjaan
yang mudah. Ibu adalah penentu dasar pembentukan karakter seorang anak yang
akan melekat hingga masa dewasanya. Jika pembentukan karakter itu gagal, anak
akan kehilangan teladan untuk menghadapi perkembangan dirinya.

Terlebih lagi pada ‘zaman now’, zaman yang kata orang
sangat canggih dan serba
digital, di mana arus informasi berdatangan dari segala lini seperti air bah
dan tak terbendung. Repotnya lagi, tidak semua informasi yang disajikan
berbagai media itu baik untuk perkembangan karakter anak anak kita. Tak
terhitung lagi berapa banyak informasi dan tayangan negatif yang berdampak buruk
dan menyesatkan. Di sinilah tugas kita sebagai orang tua, sebagai seorang ibu
untuk mendampingi anak anak dalam memfilter semua informasi yang datang.

Belum lagi ancaman narkoba dan
pergaulan bebas yang kian masif dan sangat sulit terkontrol. Ini menjadi sebuah
ancaman serius terhadap perkembangan anak-anak kita. Untuk itu sangat
dibutuhkan pendampingan yang lebih bermakna dari seorang ibu untuk membentengi
semua hal yang terkait dengan perkembangan anak.

Baca Juga :  Di Balik Ulah Brutal KKB dan Pembunuhan Nakes

Seorang anak yang diasuh dalam
rumah tangga yang di dalamnya penuh dengan kasih sayang, akan menjadi
pertolongan untuk masa depannya. Anak akan tumbuh dan memiliki karakter kuat,
kepribadian teguh, dan mampu menghadapi kerasnya tantangan kehidupan.
Pendidikan yang diterapkan di keluarga akan menjadi benteng baginya akan
serangan godaan dari luar, sehingga pendidikan karakter sangat tertanam dengan
baik.

Sebagai anak yang sudah dididik
dan dibesarkan dengan kasih sayang dan pendidikan terbaik oleh orang tua, kita
akan menjadi insan yang mandiri. Jadi sesibuk apa pun dengan keluarga kecil
yang dibangun, serta serumit apapun dengan pekerjaan, bukan berarti kita tidak
punya waktu memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak-anak dan orang tua
kita yang sudah sepuh (bagi yang masih memiliki orang tua).

Selamat merayakan Hari Kartini.
Jadikan momen Hari Kartini untuk kita terus berupaya menjadi perempuan yang
tangguh, memiliki karakter yang kuat, sehingga 
mampu menjadi penolong dan penopang untuk suami, dan menjadi teladan
bagi anak anak kita serta bisa menjadi pribadi yang membumi sehingga bisa
menjadi sumber inspirasi dan dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Sebagai penutup, ada hal yang
harus kita ingat, di tengah kondisi kita yang masih menghadapi pandemi
Covid-19, hendaklah kita tetap hidup bijaksana dan mematuhi prokes kesehatan
agar kita dan orang di sekitar kita tidak terpapar virus Covid-19.(*)

(RUSNANIE ESRA. Dewan Pakar IGI
Pusat/Dewan Pembina IGI Kalteng)

BICARA Hari Kartini takkan ada habisnya. Hari kelahiran perempuan
pejuang persamaan hak perempuan itu kerap dimanifestikan lewat seremonial dan
sekadar menggunakan kebaya saja. Ini tentu tak lepas dari latar belakang
Kartini yang merupakan perempuan Jawa abad ke-19 yang pada masa itu identik
dengan sanggul dan pakaian kebaya. Padahal ‘esensi’ perjuangan seorang
Kartini-lah yang seharusnya diteladani dan menjadi spirit bagi wanita Indonesia
dalam berjuang, khususnya dalam dunia pendidikan.

Seorang perempuan harus bisa
mengambil perannya dalam berbagai sisi kehidupan dengan tidak meninggalkan
kodratnya sebagai seorang wanita, baik ia sebagai seorang istri maupun seorang
ibu. Kartini-kartini masa kini tentunya akan mengalami tantangan dan perjuangan
yang berbeda dengan Kartini masa penjajahan.

Pada masa penjajahan, Kartini
memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, khususnya dalam
mengenyam pendidikan. Namun untuk saat ini emansipasi wanita sudah sangat nyata
dalam berbagai sisi kehidupan. Perempuan tidak lagi dibatasi haknya dalam
menempuh pendidikan atau meniti 
karirnya. Perempuan di dalam masyarakat maupun dalam dunia kerja memiliki
kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki.

Dalam era emansipasi wanita,
setinggi apa pun pendidikan, sebagus apapun karir, sehebat apapun seorang
wanita di luar sana, tetaplah kodratnya sebagai seorang istri dan seorang ibu.
Tantangan terberat saat ini justru seorang perempuan yang berperan sebagai
istri dan sekaligus seorang ibu. Perempuan dituntut harus mampu menciptakan
keseimbangan antara karir, kegiatan sosial, dan rumah tangga dengan baik dan
seimbang agar tidak tercipta masalah atau kendala. Agar semuanya menjadi
‘balance’ dibutuhkan komitmen yang kuat dan usaha yang terus menerus. Yang
pasti di sinilah ketulusan dari sosok seorang istri yang juga seorang ibu
diuji, untuk layak disebut sebagai kartini masa kini.

Baca Juga :  Membangun Kepemimpinan Level 5

Sebagai istri, sosoknya sangat
menentukan dalam mencapai tujuan akan dibawa ke mana biduk rumah tangga yang
dibangun. Peran istri sebagai sosok penopang perjuangan suami bukanlah hal yang
mudah dilakukan jika memandangnya bukan dalam bingkai ketulusan. Karena itu
sangatlah  bijak kalimat yang mengatakan
‘di balik suami yang sukses ada istri yang bijak’ dan ‘di balik istri yang
bijak, pasti ada  suami sebagai imam yang
senantiasa membimbingnya’.

Sosok perempuan sebagai seorang
ibu sangat menentukan kesuksesan akan arah masa depan anaknya, karena seorang
anak tumbuh dan berkembang lebih banyak dalam asuhan seorang ibu. Menjadi
seorang ibu yang mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak, bukanlah pekerjaan
yang mudah. Ibu adalah penentu dasar pembentukan karakter seorang anak yang
akan melekat hingga masa dewasanya. Jika pembentukan karakter itu gagal, anak
akan kehilangan teladan untuk menghadapi perkembangan dirinya.

Terlebih lagi pada ‘zaman now’, zaman yang kata orang
sangat canggih dan serba
digital, di mana arus informasi berdatangan dari segala lini seperti air bah
dan tak terbendung. Repotnya lagi, tidak semua informasi yang disajikan
berbagai media itu baik untuk perkembangan karakter anak anak kita. Tak
terhitung lagi berapa banyak informasi dan tayangan negatif yang berdampak buruk
dan menyesatkan. Di sinilah tugas kita sebagai orang tua, sebagai seorang ibu
untuk mendampingi anak anak dalam memfilter semua informasi yang datang.

Belum lagi ancaman narkoba dan
pergaulan bebas yang kian masif dan sangat sulit terkontrol. Ini menjadi sebuah
ancaman serius terhadap perkembangan anak-anak kita. Untuk itu sangat
dibutuhkan pendampingan yang lebih bermakna dari seorang ibu untuk membentengi
semua hal yang terkait dengan perkembangan anak.

Baca Juga :  Di Balik Ulah Brutal KKB dan Pembunuhan Nakes

Seorang anak yang diasuh dalam
rumah tangga yang di dalamnya penuh dengan kasih sayang, akan menjadi
pertolongan untuk masa depannya. Anak akan tumbuh dan memiliki karakter kuat,
kepribadian teguh, dan mampu menghadapi kerasnya tantangan kehidupan.
Pendidikan yang diterapkan di keluarga akan menjadi benteng baginya akan
serangan godaan dari luar, sehingga pendidikan karakter sangat tertanam dengan
baik.

Sebagai anak yang sudah dididik
dan dibesarkan dengan kasih sayang dan pendidikan terbaik oleh orang tua, kita
akan menjadi insan yang mandiri. Jadi sesibuk apa pun dengan keluarga kecil
yang dibangun, serta serumit apapun dengan pekerjaan, bukan berarti kita tidak
punya waktu memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak-anak dan orang tua
kita yang sudah sepuh (bagi yang masih memiliki orang tua).

Selamat merayakan Hari Kartini.
Jadikan momen Hari Kartini untuk kita terus berupaya menjadi perempuan yang
tangguh, memiliki karakter yang kuat, sehingga 
mampu menjadi penolong dan penopang untuk suami, dan menjadi teladan
bagi anak anak kita serta bisa menjadi pribadi yang membumi sehingga bisa
menjadi sumber inspirasi dan dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Sebagai penutup, ada hal yang
harus kita ingat, di tengah kondisi kita yang masih menghadapi pandemi
Covid-19, hendaklah kita tetap hidup bijaksana dan mematuhi prokes kesehatan
agar kita dan orang di sekitar kita tidak terpapar virus Covid-19.(*)

(RUSNANIE ESRA. Dewan Pakar IGI
Pusat/Dewan Pembina IGI Kalteng)

Terpopuler

Artikel Terbaru