Oleh Stefanie Michelle Sashi Kirana
Di era modern yang serba digital, komunikasi telah mengalami perkembangan yang signifikan karena didukung dengan adanya teknologi internet dan media sosial. Kini, internet dan teknologi berhasil memberikan variasi baru terhadap komunikasi interpersonal sebagai teknologi sosial.
Hal ini memungkinkan komunikasi yang dulunya hanya sebatas komunikasi tatap muka atau lisan, kini bisa dilakukan meskipun terpisah jarak dan meluas ke platform digital dimana pesan dapat dengan cepat dan mudah disiarkan ke seluruh dunia.
Namun, penyebaran pesan dengan cepat dan luas melalui media social menghasilkan banyak isu berita yang cenderung palsu dan tidak terverifikasi dahulu sehingga menjadi ancaman yang semakin mengkhawatirkan.
Berita palsu mengganggu kelangsungan informasi yang akurat dan terpercaya karena menyebar dengan cepat dan berpotensi memanipulasi opini publik. Mulai dari informasi kesehatan yang palsu hingga teori konspirasi yang tak berdasar, misinformasi yang semakin membingungkan masyarakat dan melemahkan kepercayaan terhadap sumber informasi yang akurat. Dalam konteks ini, etika komunikasi menjadi semakin penting. Bagaimana Melawan Hoax dengan Etika Komunikasi? Yuk, kita simak selengkapnya!
Apa itu Hoax?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berita palsu atau yang lebih dikenal sebagai hoax adalah berita yang bohong. Hoax adalah informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dalam menghadapi ancaman berita palsu atau hoax di media sosial, etika komunikasi menjadi landasan penting untuk membantu memerangi berita palsu tersebut.
Etika komunikasi memberikan kerangka untuk memandu bagaimana individu dengan individu lainnya komunikasi dengan bertanggung jawab dan bermoral. Perkembangan komunikasi ini juga memberikan dan disertai dengan tantangan baru, seperti risiko adanya misinformasi, penyebaran hoax, pelanggaran privasi, dan meningkatnya konflik online.
Dengan menerapkan prinsip etika pada semua interaksi online, kita dapat meminimalkan penyebaran berita palsu dan menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih kredibilitas dan dapat dipercaya.
Pentingnya Etika Komunikasi Dalam Melawan Hoax
Penyebaran berita palsu mempunyai dampak buruk yang sangat merugikan masyarakat dan khalayak. Informasi palsu yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab berpotensi untuk menyebabkan ketidaksetaraan situasi, mengganggu kenyamanan khalayak, memicu konflik sosial, dan tidak keakuratan informasi karena adanya misinformasi dan disinformasi.
Hal ini membingungkan masyarakat, merusak reputasi individu, serta menimbulkan ketidakpercayaan terhadap informasi yang akurat. Akses yang mudah terhadap informasi yang tidak berdasar dan kurangnya mekanisme verifikasi, informasi yang salah dapat menyebar dengan cepat di media sosial, menciptakan lingkungan dimana informasi yang tidak dapat dipercaya berkembang pesat.
Etika komunikasi adalah prinsip yang mengatur bagaimana berkomunikasi dengan baik dan bermoral ketika berhadapan dengan orang lain. Etika komunikasi adalah bagaimana hal ini menyangkut tentang pertimbangan bagaimana individu berkomunikasi dengan cara yang bermoral dan bertanggung jawab. Hal ini melibatkan pertimbangan tentang kejujuran, integritas, rasa hormat, dan keadilan dalam komunikasi dan merupakan yang tepat sangat penting dalam memerangi misinformasi.
Etika komunikasi perlu ditingkatkan dalam berkomunikasi melalui media sosial. Hal ini mencakup:
Membangun Kepercayaan
Komunikasi yang etis yang mengedepankan etika dapat membangun kepercayaan antara individu dan komunitas. Ketika orang mempercayai satu sama lain, mereka akan lebih cenderung mendengarkan dan mempertimbangkan informasi yang diberikan, termasuk informasi yang bertujuan untuk membantah laporan palsu.
Etika komunikasi juga mendorong tanggung jawab dan kejujuran dalam menyampaikan informasi. Dengan menyuarakan kebenaran, individu lebih cenderung untuk memeriksa fakta sebelum menyebarkan informasi, sehingga mengurangi penyebaran hoax.
Meningkatkan Kredibilitas dan Mencegah Informasi Palsu
Hoax sering kali dirancang untuk menimbulkan ketakutan atau kebingungan, dan dengan memverifikasi informasi, setiap orang dapat melindungi dari dampak negatif tersebut. Hoax berkontribusi pada penyebaran disinformasi yang bisa merusak pemahaman publik tentang berbagai isu.
Etika komunikasi yang baik mengharuskan individu untuk berbagi informasi yang akurat dan terpercaya, yang pada gilirannya membantu membangun masyarakat yang lebih berpengetahuan dan kurang rentan terhadap manipulasi. Komunikasi Etis membantu meningkatkan kesadaran tentang bahaya berita palsu dan pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
Strategi Membangun Kepercayaan Melalui Etika Komunikasi
Berikut beberapa strategi membangun kepercayaan melalui etika komunikasi di media sosial.
Selalu jujur dan transparan dengan mengkomunikasikan informasi dengan jelas dan akurat.
Hindari pernyataan yang menyesatkan atau berlebihan.
Gunakan sumber terpercaya contohnya saat berbagi informasi, pastikan sumbernya dapat dipercaya. Hindari menyebarkan informasi dari sumber yang tidak jelas atau tidak dapat diandalkan.
Verifikasi informasi sebelum dibagikan: Jangan langsung percaya semua yang dilihat di media sosial. Lakukan riset terlebih dahulu untuk memastikan kebenarannya.
Gunakan bahasa yang sopan dan hormat: Hindari penggunaan bahasa yang kasar, menyinggung, atau provokatif
Memverifikasi segala informasi yang ingin disebarkan, pastikan kebenarannya dengan menyertakan sumber terpercaya dan akurat, jangan menyuarakan segala informasi yang belum jelas dan terverifikasi.
Membangun kepercayaan melalui etika komunikasi
Studi kasus menunjukkan bahwa platform media sosial yang menerapkan kebijakan etika komunikasi yang ketat dan mendidik pengguna tentang pentingnya etika komunikasi mengurangi penyebaran berita palsu dan mengurangi penyebaran berita palsu itu berhasil meningkatkan kepercayaan pengguna. Platform ini telah menerapkan berbagai langkah, termasuk:
Individu harus memverifikasi identitasnya sebelum menggunakan platform.
Menyediakan fitur pelaporan hoax yang mudah diakses.
Bekerja sama dengan lembaga pengecekan fakta untuk memverifikasi informasi.
Memberikan pelatihan kepada pengguna tentang cara mendeteksi hoax.
Hasilnya, platform media sosial secara signifikan mengurangi penyebaran misinformasi dan meningkatkan kepercayaan pengguna.
*) Stefanie Michelle Sashi Kirana merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Malang