PEREKONOMIAN Kalteng mengalami tekanan berat akibat Covid-19 yang sudah terdeteksi masuk Kalteng pada April 2020. Bukan hanya Kalteng, seluruh provinsi di Indonesia bahkan hampir semua negara di dunia mengalami hal yang sama.
Pertumbuhan ekonomi Kalteng mengalami kontraksi sejak triwulan II 2020 hingga triwulan I 2021. Ekonomi Kalteng baru tumbuh positif pada triwulan II 2021 yang sebesar 5,56 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Selama pandemi Covid-19 dunia seakan berhenti berputar, manusia beraktivitas hanya di sekitar tempat tinggalnya. Banyak negara berharap tahun depan Covid-19 tidak lagi menjadi pandemi tetapi endemi. Namun, kondisi sekarang menunjukkan meskipun peningkatan kasus relatif terkendali, tetapi belum sepenuhnya teratasi. Gelombang penularan Covid-19 seperti menunggu antrean dan varian baru terus ditemukan.
Belum selesai gelombang kedua penyebaran Covid-19 varian Delta, sudah banyak ahli memberi warning adanya kemungkinan gelombang ketiga. Lalu bagaimana membangkitkan kembali perekonomian Kalteng di tengah pandemi yang belum sepenuhnya teratasi?
PPKM dan percepatan vaksinasi masal
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak awal Juli 2021 untuk mengatasi penyebaran Covid-19 varian Delta. Kebijakan PPKM ini sangat berdampak pada aktivitas masyarakat. Kegiatan perekonomian yang sedikit demi sedikit mulai menggeliat pada awal tahun 2021 kembali tertahan. Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dari 4,1-5,1 persen menjadi 3,8 persen sebagai dampak kebijakan PPKM tersebut. Ini dikarenakan PPKM akan menurunkan mobilitas dan tingkat konsumsi masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan.
Setelah tiga bulan pemberlakukan PPKM yang dibarengi mempercepat program vaksinasi masal, kasus positif Covid-19 di tanah air menurun drastis. Jumlah kasus positif yang pada pertengahan Juli 2021 mencapai 50 ribuan per hari, sekarang kurang dari seribu kasus per hari. Keberhasilan pengendalian penyebaran Covid-19 ini tentu menggembirakan, tetapi tidak boleh melenakan dan protokol kesehatan (prokes) tetap harus dilaksanakan.
Seiring penurunan level PPKM, aktivitas masyarakat dan perekonomian mulai dilonggarkan. Penghentian beberapa kegiatan yang selama PPKM darurat atau PPKM level 4 mulai diperbolehkan beraktivitas tetapi tetap dengan menjalankan prokes. Dengan pelonggaran-pelonggaran tersebut diharapkan roda perekonomian dapat kembali bergerak.
Menggali sumber pertumbuhan baru
Selain tergantung penanganan Covid-19, perekonomian Kalteng juga sangat dipengaruhi aktivitas ekspor dan impor. Pada triwulan II 2021 misalnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kontribusi ekspor dan impor terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai 47,96 persen dan 45,87 persen.
Sementara konsumsi rumahtangga hanya sebesar 40,08 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 40,48 persen, dan konsumsi pemerintah 14,67 persen. Pertumbuhan ekonomi Kalteng tahun 2020 yang mengalami kontraksi (minus 1,40 persen), sumbangan utamanya karena penurunan ekspor (minus 7,23 persen).
Fakta ini menunjukkan bahwa faktor eksternal sangat mempengaruhi perekonomian Kalteng. Tingginya ketergantungan ini menjadikan perekonomian Kalteng sangat rentan terhadap goncangan atau kondisi perekonomian di negara atau provinsi lain. Diperlukan usaha keras, terobosan baru, dan pembangunan berkesinambungan untuk mengurangi ketergantungan ini.
Sebagai provinsi yang dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah, banyak sumber yang dapat digali menjadi produk unggulan baru. Faktanya, ekspor utama Kalteng dalam beberapa tahun terakhir berupa hasil tambang, terutama batu bara. Data BPS memperlihatkan pada Januari-Agustus 2021 ekspor hasil tambang mencapai US$1,19 miliar dengan kontribusi mencapai 62,90 persen dari total ekspor Kalteng ke luar negeri.
Belajar dari kondisi perekonomian Kalteng selama pandemi Covid-19, penggalian sumber-sumber pertumbuhan baru harus dilakukan guna meningkatkan kemandirian ekonomi dan mengurangi efek perubahan dari luar. Diantaranya hasil pertanian memiliki peluang menjadi komoditas ekspor baru. Meskipun nilainya masih relatif kecil, ekspor produk pertanian mengalami kenaikan yang tinggi. Pada periode Januari-Agustus 2021, nilai ekspor produk pertanian mencapai US$101,85 juta, naik 196,51 persen dibanding nilai tahun 2020.
Pariwisata juga dapat dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi ekonomi Kalteng. Dengan kekayaan alam berupa hutan dan aneka hayati yang tidak ada di tempat lain, pariwisata dapat dijadikan sektor yang mampu menggerakan perekonomian Kalteng ke depan. Selain mendatangkan devisa, pariwisata juga mempunyai efek berantai (multiplier effect), sehingga dapat menggerakkan sektor ekonomi lainnya.
Masih banyak komoditi baru yang dapat digali dari kekayaan alam, budaya, dan adat istiadat masyarakat Kalteng. Hilirisasi produk untuk raw material, pemanfaatan produk lokal, kemudahan berinvestasi, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia (SDM) local merupakan beberapa langkah yang dapat dilakukan. Langkah penggalian sumber-sumber baru yang disertai inovasi yang terus dilakukan, maka diharapkan secara fundamental perekonomian Kalteng akan lebih kuat di masa depan.
(AKHMAD TANTOWI. Fungsional Ahli Madya – BPS Provinsi Kalimantan Tengah)