PROKALTENG.CO-Membiasakan
dan mewajibkan diri untuk mematuhi protokol kesehatan merupakan salah satu
kunci agar pandemi Covid-19 dapat ditekan penyebarannya. Namun, perilaku
disiplin dari dari sendiri, juga sangat perlu dilakukan secara kolektif dengan
penuh kesadaran.
Oleh
karena itu, guna memutus mata rantai penyebaran wabah virus korona, pemerintah
secara serius berupaya memberikan perlindungan kesehatan terhadap masyarakat.
Salah satu yang terus digaungkan pemerintah adalah dengan mengajak masyarakat
untuk secara disiplin menerapkan perilaku hidup sehat dengan melakukan langkah
3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak/menghindari kerumunan)
sebagai langkah pencegahan.
Pemerintah
pun saat ini secara serius berupaya menangani pandemi Covid-19 dengan
mempertimbangkan sisi kesehatan dan perekonomian secara bersamaan. Dari sisi
ekonomi, pemerintah mengambil langkah 3T (Tracing, Testing, Treatment), sebagai
pendekatan protokol kesehatan.
’’Perlindungan
terhadap Kesehatan masyarakat menjadi prioritas, dan pemerintah terus melakukan
upaya 3T serta edukasi 3M guna menekan penularan Covid-19,’’ terang Hasbullah
Thabrany, guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dalam
Dialog Produktif bertema Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan
Lewat Vaksinasi yang dihehat Komite Penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) melalui tayangan virtual, dari Jakarta
belum lama ini.
Menurut
Hasbullah, apabila masyarakat bisa disipilin menjalankan protokol kesehatan 3M
dan pemerintah aktif menjalankan 3T, maka Indonesia dapat menghemat kerugian
negara yang lebih besar lagi. ’’Atau bahkan dapat menghemat sampai Rp 500
Triliun, dan menggunakannya untuk membangun ekonomi Indonesia,’’ tuturnya.
Selain
itu, kata Hasbullah, pemerintah juga memastikan perawatan rumah sakit bagi
pasien Covid-19 ditanggung sepenuhnya melalui anggaran Kementerian Kesehatan.
Namun demikian, ia meminta kepada masyarakat agar memahami dampak yang
ditimbulkan Covid-19.
Selain
biaya yang besar masyarakat yang terdampak Covid-19 tidak bisa bekerja secara
produktif sehingga menurunkan pendapatan. Belum lagi kerugian apabila ada warga
negara yang meninggal di usia produktif, beban biaya keluarga yang ditinggalkan
pasien.
Meski
ditanggung negara, Hasbullah mengingatkan masyarakat jangan merasa nyaman dan
tidak peduli menjalankan protokol Kesehatan. Hasbullah menyampaikan,
berdasarkan hasil survei menunjukkan rata-rata biaya perawatan yang dikeluarkan
Rp 184 juta per orang. Dengan biaya yang sebesar itu, menurutnya, masyarakat
yang terdampak Covid-19 tidak bisa bekerja secara produktif sehingga menurunkan
pendapatan mereka.
’’Belum
lagi kerugian apabila ada warga negara yang meninggal di usia produktif, beban
biaya keluarga yang ditinggalkan pasien. Saat ini pemerintah memang menanggung
biaya rumah sakit. Saya kira kalau dirawat lebih dari 30 hari apalagi harus
masuk ICU, biayanya bisa sehari Rp15 juta, jika dikalkulasikan pengeluarannya
bisa lebih dari seratus juta per bulan,’’ paparnya.
Dalam
perbincangan itu, Hasbullah menyatakan, cara terbaik agar masyarakat dan negara
tidak merugi lebih besar lagi adalah dengan mencegah, jangan sampai terkena
Covid-19. Oleh karena itu, ia menyarankan untuk disiplin menjalani protokol
kesehatan 3M.
‘’’Kalau
nanti sudah ada vaksin, kita tambah dengan vaksin. Meskipun harga vaksin belum
keluar nilainya, tapi misalnya harganya nanti katakanlah Rp 200.000, investasi
ini akan memberikan kita peluang lebih aman daripada berisiko besar terinfeksi
dan memerlukan pengobatan,’’ terangnya.
Menyambung
penyataannya, Hasbullah meningatkan kepada masyarakat untuk senantiasa selalu
menjaga diri dan orang lain di sekitar kita agar tidak tertular Covid-19. Ia
juga meminta masyarakat untuk berpifikir positif, selektif, dan cerdas dalam
menerima informasi.
Tidak
hanya merugikan secara ekonomi, penyakit ini sangat serius seperti diungkap
Icha Atmadi, salah seorang penyintas Covid-19, Dari pengalamannya, Icha
membenarkan pernyataan Hasbullah tersebut.
’’Semua
pasien Covid-19 baik yang gejalanya ringan, sedang, maupun berat, mengalami
titik terendah sehingga membuat kita lebih introspeksi. Ayah saya sampai
mendapatkan beberapa suntikan infus, belum lagi ditambahkan alat bantu
pernafasan, serta alat pendukung dan tindakan medis lainnya. Jadi benar-benar
mencemaskan waktu itu,’’ jelasnya.
Icha
mengungkapkan, bagi penyintas seperti dirinya, gejala paling ringan pun bisa
terasa sakit baik bagi fisik maupun mental. Apalagi bagi mereka yang mengalami
gejala berat, seperti yang dialami ayahnya kala itu yang memerlukan alat bantu
pernafasan. ’’Timbulnya perasaan cemas yang dirasakan setiap hari itu, jika tak
diatasi maka akan menghadapi kematian,’’ ujarnya.
Lebih
lanjut, setelah dinyatakan sembuh, Icha mengatakan bahwa ia dan keluarga kini
lebih memperketat lagi aturan protokol kesehatan Covid-19. Pengalaman yang ia
alami ini dibagikan kepada masyarkat agar tidak mengalami hal serupa.
Menurutnya, sebagai warga negara sudah sepatutnya harus menyadari bahwa
mencegah penularan Covid-19 sangat besar manfaatnya bagi diri sendiri serta
orang lain.