PROKALTENG.CO– Gunung Rinjani kembali menyimpan kisah pilu. Setelah tragedi yang menimpa pendaki asal Brasil pekan lalu, kini giliran seorang pendaki Malaysia yang nyaris kehilangan nyawa di medan ekstrem gunung ikonik di Nusa Tenggara Barat tersebut.
Korban bernama Nazli Bin Awang Mahat (47), seorang petualang asal negeri jiran, mengalami insiden jatuh sejauh 200 meter dari tebing curam di jalur menuju Danau Segara Anak—salah satu spot paling berbahaya di kawasan Rinjani.
Detik-Detik Kecelakaan di Titik Mematikan Rinjani
Peristiwa memilukan ini terjadi pada Kamis sore, 26 Juni 2025. Nazli tergabung dalam rombongan pendakian yang berjumlah 13 orang. Usai menikmati puncak Rinjani, mereka turun ke arah danau kawah, namun jalur yang mereka lewati dikenal licin dan penuh bebatuan tajam.
Nahas, Nazli terpeleset dan terjatuh dari lereng yang curam. Lokasi kejatuhannya hanya beberapa meter dari tempat di mana pendaki asal Brasil, Juliana Marins, ditemukan tewas beberapa hari sebelumnya.
Dua kecelakaan dalam waktu berdekatan ini menyiratkan satu hal: jalur ini sangat berbahaya dan patut diwaspadai.
Foto-foto kondisi Nazli yang tersebar di grup WhatsApp para pendaki memperlihatkan dirinya dengan kepala diperban, bersandar lemah pada tebing batu. Potret itu langsung mengundang simpati dan sekaligus kegelisahan komunitas pendaki se-Indonesia.
Proses Evakuasi di Tengah Malam
Begitu informasi kecelakaan diterima, tim gabungan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), SAR Lombok Timur, TNI, Polri, dan para relawan langsung dikerahkan.
Menurut Kepala Resort TNGR, Taufikurrahman, proses evakuasi dilakukan dengan cepat namun penuh tantangan.
“Kami mulai melakukan evakuasi pukul 23.00 WITA dalam kondisi gelap dan medan yang sulit. Korban baru tiba di Pelawangan Sembalun sekitar pukul 01.30 dini hari,” jelasnya pada Sabtu (28/6).
Setelah beristirahat selama dua jam, korban kembali ditandu menuju Pos 2 Sembalun dan selanjutnya dibawa ke Puskesmas Senaru untuk mendapatkan perawatan medis.
Nazli Selamat, Tapi Rinjani Tak Boleh Diremehkan
Kepala Balai TNGR, Yarman, menyebut kondisi Nazli kini stabil dan tak mengalami luka berat. “Korban hanya menderita luka ringan akibat benturan.
Bahkan hari ini dia sudah ikut jalan-jalan ke air terjun di Senaru bersama rombongan,” ujar Yarman.
Namun di balik kabar baik ini, ia menekankan pentingnya kewaspadaan ekstrem saat melintasi jalur berbatu, terutama saat cuaca tidak bersahabat.
“Jalur menurun penuh bebatuan bisa sangat mematikan kalau pendaki lengah,” tegasnya.
Dua Kecelakaan Berturut, Sinyal Bahaya untuk Pendaki
Dalam sepekan terakhir, dua pendaki dari dua negara berbeda mengalami kecelakaan di jalur yang hampir sama. Ini bukan lagi soal kebetulan, tapi peringatan keras bagi semua pihak.
AKP Nicolas Oesman, Humas Polres Lombok Timur, menyatakan bahwa jalur menuju Segara Anak saat ini memang cukup berisiko. “Kondisi licin dan kontur curam menjadi tantangan besar, terutama bagi pendaki yang tidak siap secara fisik maupun peralatan,” katanya.
Pihak Balai TNGR sendiri kini tengah mengevaluasi kondisi jalur dan mempertimbangkan penambahan rambu peringatan atau pembatasan akses ke titik-titik rawan.
Jangan Remehkan Alam, Nyawa Taruhannya
Gunung Rinjani memang indah, tapi juga menyimpan bahaya yang tidak boleh diabaikan. Tragedi yang menimpa Nazli Bin Awang Mahat menjadi pengingat nyata bahwa alam tak pernah bisa diprediksi sepenuhnya.
Bagi para pendaki, ini bukan hanya tentang menaklukkan puncak, tetapi memahami medan, cuaca, dan batas kemampuan diri. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama.
Gunung Rinjani: Surga yang Bisa Jadi Neraka dalam Sekejap
Tragedi demi tragedi yang terjadi dalam waktu berdekatan di Rinjani membuka mata banyak pihak bahwa keselamatan pendakian harus lebih diutamakan daripada ambisi menaklukkan alam. Jangan sampai keindahan Rinjani berubah menjadi mimpi buruk berikutnya.(jpg)