33.6 C
Jakarta
Thursday, May 8, 2025

Tanamkan Nilai Barang, Bukan Merek

SUATU hari, saat berlibur di
Jepang, Ira Rahmawati, ibu rumah tangga, melihat sebuah toko mainan. Rupanya,
toko itu menjual mainan brick bermerek ternama dengan harga supermurah. Mainan
jenis itu merupakan favorit putranya, Enricho William, 8. Namun, ternyata itu
bukan barang asli alias KW. Sebagai ibu rumah tangga yang mementingkan sisi
ekonomis, Ira langsung membeli mainan tersebut.

รขโ‚ฌยToh,
anak nggak akan tahu, yang penting gunanya sama,รขโ‚ฌย pikir Ira saat itu.

Ketika
mainan sudah sampai di tangan anak, dugaan itu salah. รขโ‚ฌยEnricho dan temannya
bilang, รขโ‚ฌโ„ขMommy kok beli yang KW, bukan yang asli.รขโ‚ฌโ„ข Ternyata, anak-anak itu tahu
lho,รขโ‚ฌย katanya.

Bahkan,
Enricho menjelaskan secara detail perbedaan mainan asli dan KW itu kepada
mommynya. รขโ‚ฌยMemang nggak sampai semua temannya tahu. Kalau sampai tahu, bisa
diledekin juga karena banyak temannya punya yang asli dan ternyata bisa
membedakan,รขโ‚ฌย imbuh dia.

Fenomena
seperti itu kerap muncul pada anak-anak zaman sekarang. Terlebih, teknologi dan
media sosial berkembang dengan sangat cepat. Bahkan, anak-anak pun bisa
mengaksesnya. รขโ‚ฌยEnricho biasanya kepengin mainan ini itu karena YouTube,รขโ‚ฌย tutur
dia.

Irma
Dianita MPsi, anggota tim psikolog di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya,
menambahkan, tren yang muncul di kalangan anak-anak dipengaruhi lingkungan
sekitar. Terutama orang tua, sekolah, dan pertemanan.

รขโ‚ฌยAda
berbagai latar belakang orang tua yang bisa membentuk si anak,รขโ‚ฌย terang Irma.
Karena itu, tidak mengherankan jika ada anak yang sangat paham tren dan merek.
Sebab, orang tuanya pun begitu. Hal itu kemudian รขโ‚ฌยditularkanรขโ‚ฌย kepada
teman-temannya.

Baca Juga :  Putri Jusuf Kalla Laporkan Ferdinand Hutahean ke Bareskrim

Bahkan,
tidak jarang anak yang mendewakan merek mahal demi gengsi. Kemudian merendahkan
teman yang tidak memakai merek yang sama dengannya. Hal itu akan bertambah
ketika anak menginjak usia remaja. Anak sudah bisa memilih sendiri dan butuh
pengakuan dari lingkungan sekitar. รขโ‚ฌยItu menjadi masa krisis dia. Nah, orang tua
mau menguatkan atau menyalahkan?รขโ‚ฌย ucap dia.

Satu
hal yang harus ditekankan oleh orang tua ketika hal semacam itu terjadi adalah
menanamkan nilai suatu barang. Terlepas apakah barang itu mahal, murah,
bermerek, tidak bermerek, atau bahkan KW. Jelaskan kepada anak, meski barang
tidak mahal atau bermerek, fungsi dan bentuknya hampir sama.

Jika
barang itu berupa mainan, jelaskan bahwa cara memainkannya pun sama. รขโ‚ฌยKita
tidak mau mengangkat KW atau palsu. Orang tua tidak perlu membahas itu barang
KW atau tidak, tapi menanamkan nilai bermain dengan mainan tersebut,รขโ‚ฌย urainya.
Sambil perlahan jelaskan perbedaan antara barang yang murah, bermerek, asli,
KW, dsb. Misalnya dengan menanyakan mau menggunakan barang itu berapa lama.

รขโ‚ฌยMungkin
barang yang mahal bisa lebih tahan lama. Tapi, berapa lama anak mau menggunakan
barang itu?รขโ‚ฌย jelas Irma.

Bisa
juga diselipkan nilai-nilai empati. Menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa
membeli barang bermerek atau yang berharga mahal. Di samping itu, orang tua
juga bisa terus meningkatkan kepercayaan diri anak. Hal tersebut bisa dimulai
saat anak berusia 3 tahun, ketika kesadarannya mulai terbangun. Salah satu
caranya adalah membiarkan anak menentukan pilihan barangnya sendiri.

Baca Juga :  Ganjar Bidani Undang-Undang Kewarganegaraan

Orang
tua bisa memberikan beberapa pilihan yang disesuaikan dengan kantong. Kemudian,
minta anak memilih tanpa melihat harganya. Ketika anak sudah menjatuhkan
pilihan, apresiasi dengan memberikan pujian. รขโ‚ฌยDari situ, kepercayaan dirinya
tumbuh. Sehingga kelak dia lebih siap mental menghadapi lingkungan pertemanan
yang lebih luas,รขโ‚ฌย terang dia.
(adn/c11/nda)

==

Belajar Rendah Hati

(MINTA ILUSTRASI ANAK-ANAK)

โ€“         
Bersyukur

Tidak terus melihat ke atas dan coba melihat ke
bawah. Salah satunya dengan berkunjung ke panti asuhan. รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ขMelihat bahwa apa
yang kita punya itu adalah porsi cukup,รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ข kata Irma.

โ€“         
Kritis

Jika teman-temanmu ternyata memiliki barang
yang bermerek dan mahal, mari kritis. Misalnya, bertanya kepada teman apa yang
membuat barang itu mahal. Jika temanmu tahu perbedaan barang asli dan KW. Kamu
jadi mengetahui latar belakang benda yang diinginkannya.

โ€“         
Asah Kreativitas

Mainan yang asyik tidak harus dibeli. Misalnya,
dengan membuat dulu. Kalaupun ingin membeli, masukkan usaha untuk
mengkreatifkan mainan itu. Contohnya, menggambar karakter mainan yang ingin
dibeli.

โ€“         
Menabung

Menabung bisa jadi salah satu usahamu untuk
mendapatkan apa yang diinginkan. Orang tua mengatakan menabung tidak bertujuan
membeli mainan, melainkan untuk masa depan. รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ขKalau kebutuhannya sekarang main,
boleh nabung pelan-pelan. Tapi, uang tabungan jangan dihabiskan semua,รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ข
ujarnya. Beberapa orang tua bahkan mengajari anak berbisnis sejak dini untuk
melatih kemandirian.

SUATU hari, saat berlibur di
Jepang, Ira Rahmawati, ibu rumah tangga, melihat sebuah toko mainan. Rupanya,
toko itu menjual mainan brick bermerek ternama dengan harga supermurah. Mainan
jenis itu merupakan favorit putranya, Enricho William, 8. Namun, ternyata itu
bukan barang asli alias KW. Sebagai ibu rumah tangga yang mementingkan sisi
ekonomis, Ira langsung membeli mainan tersebut.

รขโ‚ฌยToh,
anak nggak akan tahu, yang penting gunanya sama,รขโ‚ฌย pikir Ira saat itu.

Ketika
mainan sudah sampai di tangan anak, dugaan itu salah. รขโ‚ฌยEnricho dan temannya
bilang, รขโ‚ฌโ„ขMommy kok beli yang KW, bukan yang asli.รขโ‚ฌโ„ข Ternyata, anak-anak itu tahu
lho,รขโ‚ฌย katanya.

Bahkan,
Enricho menjelaskan secara detail perbedaan mainan asli dan KW itu kepada
mommynya. รขโ‚ฌยMemang nggak sampai semua temannya tahu. Kalau sampai tahu, bisa
diledekin juga karena banyak temannya punya yang asli dan ternyata bisa
membedakan,รขโ‚ฌย imbuh dia.

Fenomena
seperti itu kerap muncul pada anak-anak zaman sekarang. Terlebih, teknologi dan
media sosial berkembang dengan sangat cepat. Bahkan, anak-anak pun bisa
mengaksesnya. รขโ‚ฌยEnricho biasanya kepengin mainan ini itu karena YouTube,รขโ‚ฌย tutur
dia.

Irma
Dianita MPsi, anggota tim psikolog di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya,
menambahkan, tren yang muncul di kalangan anak-anak dipengaruhi lingkungan
sekitar. Terutama orang tua, sekolah, dan pertemanan.

รขโ‚ฌยAda
berbagai latar belakang orang tua yang bisa membentuk si anak,รขโ‚ฌย terang Irma.
Karena itu, tidak mengherankan jika ada anak yang sangat paham tren dan merek.
Sebab, orang tuanya pun begitu. Hal itu kemudian รขโ‚ฌยditularkanรขโ‚ฌย kepada
teman-temannya.

Baca Juga :  Putri Jusuf Kalla Laporkan Ferdinand Hutahean ke Bareskrim

Bahkan,
tidak jarang anak yang mendewakan merek mahal demi gengsi. Kemudian merendahkan
teman yang tidak memakai merek yang sama dengannya. Hal itu akan bertambah
ketika anak menginjak usia remaja. Anak sudah bisa memilih sendiri dan butuh
pengakuan dari lingkungan sekitar. รขโ‚ฌยItu menjadi masa krisis dia. Nah, orang tua
mau menguatkan atau menyalahkan?รขโ‚ฌย ucap dia.

Satu
hal yang harus ditekankan oleh orang tua ketika hal semacam itu terjadi adalah
menanamkan nilai suatu barang. Terlepas apakah barang itu mahal, murah,
bermerek, tidak bermerek, atau bahkan KW. Jelaskan kepada anak, meski barang
tidak mahal atau bermerek, fungsi dan bentuknya hampir sama.

Jika
barang itu berupa mainan, jelaskan bahwa cara memainkannya pun sama. รขโ‚ฌยKita
tidak mau mengangkat KW atau palsu. Orang tua tidak perlu membahas itu barang
KW atau tidak, tapi menanamkan nilai bermain dengan mainan tersebut,รขโ‚ฌย urainya.
Sambil perlahan jelaskan perbedaan antara barang yang murah, bermerek, asli,
KW, dsb. Misalnya dengan menanyakan mau menggunakan barang itu berapa lama.

รขโ‚ฌยMungkin
barang yang mahal bisa lebih tahan lama. Tapi, berapa lama anak mau menggunakan
barang itu?รขโ‚ฌย jelas Irma.

Bisa
juga diselipkan nilai-nilai empati. Menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa
membeli barang bermerek atau yang berharga mahal. Di samping itu, orang tua
juga bisa terus meningkatkan kepercayaan diri anak. Hal tersebut bisa dimulai
saat anak berusia 3 tahun, ketika kesadarannya mulai terbangun. Salah satu
caranya adalah membiarkan anak menentukan pilihan barangnya sendiri.

Baca Juga :  Ganjar Bidani Undang-Undang Kewarganegaraan

Orang
tua bisa memberikan beberapa pilihan yang disesuaikan dengan kantong. Kemudian,
minta anak memilih tanpa melihat harganya. Ketika anak sudah menjatuhkan
pilihan, apresiasi dengan memberikan pujian. รขโ‚ฌยDari situ, kepercayaan dirinya
tumbuh. Sehingga kelak dia lebih siap mental menghadapi lingkungan pertemanan
yang lebih luas,รขโ‚ฌย terang dia.
(adn/c11/nda)

==

Belajar Rendah Hati

(MINTA ILUSTRASI ANAK-ANAK)

โ€“         
Bersyukur

Tidak terus melihat ke atas dan coba melihat ke
bawah. Salah satunya dengan berkunjung ke panti asuhan. รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ขMelihat bahwa apa
yang kita punya itu adalah porsi cukup,รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ข kata Irma.

โ€“         
Kritis

Jika teman-temanmu ternyata memiliki barang
yang bermerek dan mahal, mari kritis. Misalnya, bertanya kepada teman apa yang
membuat barang itu mahal. Jika temanmu tahu perbedaan barang asli dan KW. Kamu
jadi mengetahui latar belakang benda yang diinginkannya.

โ€“         
Asah Kreativitas

Mainan yang asyik tidak harus dibeli. Misalnya,
dengan membuat dulu. Kalaupun ingin membeli, masukkan usaha untuk
mengkreatifkan mainan itu. Contohnya, menggambar karakter mainan yang ingin
dibeli.

โ€“         
Menabung

Menabung bisa jadi salah satu usahamu untuk
mendapatkan apa yang diinginkan. Orang tua mengatakan menabung tidak bertujuan
membeli mainan, melainkan untuk masa depan. รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ขKalau kebutuhannya sekarang main,
boleh nabung pelan-pelan. Tapi, uang tabungan jangan dihabiskan semua,รขโ‚ฌโ„ขรขโ‚ฌโ„ข
ujarnya. Beberapa orang tua bahkan mengajari anak berbisnis sejak dini untuk
melatih kemandirian.

Terpopuler

Artikel Terbaru