SUATU hari, saat berlibur di
Jepang, Ira Rahmawati, ibu rumah tangga, melihat sebuah toko mainan. Rupanya,
toko itu menjual mainan brick bermerek ternama dengan harga supermurah. Mainan
jenis itu merupakan favorit putranya, Enricho William, 8. Namun, ternyata itu
bukan barang asli alias KW. Sebagai ibu rumah tangga yang mementingkan sisi
ekonomis, Ira langsung membeli mainan tersebut.
รขโฌยToh,
anak nggak akan tahu, yang penting gunanya sama,รขโฌย pikir Ira saat itu.
Ketika
mainan sudah sampai di tangan anak, dugaan itu salah. รขโฌยEnricho dan temannya
bilang, รขโฌโขMommy kok beli yang KW, bukan yang asli.รขโฌโข Ternyata, anak-anak itu tahu
lho,รขโฌย katanya.
Bahkan,
Enricho menjelaskan secara detail perbedaan mainan asli dan KW itu kepada
mommynya. รขโฌยMemang nggak sampai semua temannya tahu. Kalau sampai tahu, bisa
diledekin juga karena banyak temannya punya yang asli dan ternyata bisa
membedakan,รขโฌย imbuh dia.
Fenomena
seperti itu kerap muncul pada anak-anak zaman sekarang. Terlebih, teknologi dan
media sosial berkembang dengan sangat cepat. Bahkan, anak-anak pun bisa
mengaksesnya. รขโฌยEnricho biasanya kepengin mainan ini itu karena YouTube,รขโฌย tutur
dia.
Irma
Dianita MPsi, anggota tim psikolog di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya,
menambahkan, tren yang muncul di kalangan anak-anak dipengaruhi lingkungan
sekitar. Terutama orang tua, sekolah, dan pertemanan.
รขโฌยAda
berbagai latar belakang orang tua yang bisa membentuk si anak,รขโฌย terang Irma.
Karena itu, tidak mengherankan jika ada anak yang sangat paham tren dan merek.
Sebab, orang tuanya pun begitu. Hal itu kemudian รขโฌยditularkanรขโฌย kepada
teman-temannya.
Bahkan,
tidak jarang anak yang mendewakan merek mahal demi gengsi. Kemudian merendahkan
teman yang tidak memakai merek yang sama dengannya. Hal itu akan bertambah
ketika anak menginjak usia remaja. Anak sudah bisa memilih sendiri dan butuh
pengakuan dari lingkungan sekitar. รขโฌยItu menjadi masa krisis dia. Nah, orang tua
mau menguatkan atau menyalahkan?รขโฌย ucap dia.
Satu
hal yang harus ditekankan oleh orang tua ketika hal semacam itu terjadi adalah
menanamkan nilai suatu barang. Terlepas apakah barang itu mahal, murah,
bermerek, tidak bermerek, atau bahkan KW. Jelaskan kepada anak, meski barang
tidak mahal atau bermerek, fungsi dan bentuknya hampir sama.
Jika
barang itu berupa mainan, jelaskan bahwa cara memainkannya pun sama. รขโฌยKita
tidak mau mengangkat KW atau palsu. Orang tua tidak perlu membahas itu barang
KW atau tidak, tapi menanamkan nilai bermain dengan mainan tersebut,รขโฌย urainya.
Sambil perlahan jelaskan perbedaan antara barang yang murah, bermerek, asli,
KW, dsb. Misalnya dengan menanyakan mau menggunakan barang itu berapa lama.
รขโฌยMungkin
barang yang mahal bisa lebih tahan lama. Tapi, berapa lama anak mau menggunakan
barang itu?รขโฌย jelas Irma.
Bisa
juga diselipkan nilai-nilai empati. Menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa
membeli barang bermerek atau yang berharga mahal. Di samping itu, orang tua
juga bisa terus meningkatkan kepercayaan diri anak. Hal tersebut bisa dimulai
saat anak berusia 3 tahun, ketika kesadarannya mulai terbangun. Salah satu
caranya adalah membiarkan anak menentukan pilihan barangnya sendiri.
Orang
tua bisa memberikan beberapa pilihan yang disesuaikan dengan kantong. Kemudian,
minta anak memilih tanpa melihat harganya. Ketika anak sudah menjatuhkan
pilihan, apresiasi dengan memberikan pujian. รขโฌยDari situ, kepercayaan dirinya
tumbuh. Sehingga kelak dia lebih siap mental menghadapi lingkungan pertemanan
yang lebih luas,รขโฌย terang dia.
(adn/c11/nda)
==
Belajar Rendah Hati
(MINTA ILUSTRASI ANAK-ANAK)
โ
Bersyukur
Tidak terus melihat ke atas dan coba melihat ke
bawah. Salah satunya dengan berkunjung ke panti asuhan. รขโฌโขรขโฌโขMelihat bahwa apa
yang kita punya itu adalah porsi cukup,รขโฌโขรขโฌโข kata Irma.
โ
Kritis
Jika teman-temanmu ternyata memiliki barang
yang bermerek dan mahal, mari kritis. Misalnya, bertanya kepada teman apa yang
membuat barang itu mahal. Jika temanmu tahu perbedaan barang asli dan KW. Kamu
jadi mengetahui latar belakang benda yang diinginkannya.
โ
Asah Kreativitas
Mainan yang asyik tidak harus dibeli. Misalnya,
dengan membuat dulu. Kalaupun ingin membeli, masukkan usaha untuk
mengkreatifkan mainan itu. Contohnya, menggambar karakter mainan yang ingin
dibeli.
โ
Menabung
Menabung bisa jadi salah satu usahamu untuk
mendapatkan apa yang diinginkan. Orang tua mengatakan menabung tidak bertujuan
membeli mainan, melainkan untuk masa depan. รขโฌโขรขโฌโขKalau kebutuhannya sekarang main,
boleh nabung pelan-pelan. Tapi, uang tabungan jangan dihabiskan semua,รขโฌโขรขโฌโข
ujarnya. Beberapa orang tua bahkan mengajari anak berbisnis sejak dini untuk
melatih kemandirian.