25.1 C
Jakarta
Wednesday, May 14, 2025

Momen Lebaran, Kepala Lapan Kenang Perjalanan Mudik Tahun Sebelumnya

Ramadan dan
Lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah tahun ini berbeda dengan biasanya. Akibat
pandemi Covid-19, momen Lebaran tidak bisa dirayakan dengan sanak keluarga
secara langsung di kampung halaman. Itu karena adanya anjuran tidak mudik untuk
mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Soal perjalanan mudik Lebaran Idul Fitri, Kepala Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin bercerita kalau
di momen-momen lebaran yang lalu, dirinya pernah menempuh perjalanan mudik
Lebaran ke kampung halamannya di Cirebon dengan waktu tempuh yang tak sebentar.
Bandung-Cirebon dikatakan Thomas pernah ditempuhnya dalam waktu 12 jam.

“Momen yang paling penting dan sangat berkesan saat Lebaran
adalah saat mudik. Kondisi macet justru harus dinikmati dan menjadi cerita yang
berkesan. Bandung-Cirebon pernah saya tempuh lebih dari 12 jam lewat Pantura,
sebelum ada tol Cipali,” kenang Thomas kepada JawaPos.com.

Melanjutkan ceritanya, profesor astronomi yang mengepalai Lapan
sejak 2014 lalu itu menyebut momen-momen yang paling berharga dan tak bisa
terlupakan dari Lebaran adalah saat berkumpul dengan orang tua. “Dan saat bertemu
dengan orang tua (saat masih ada) adalah saat yang sangat penting. Karena
kesibukan, sehari-hari hanya sempat kontak via telepon. Saat mudik saya bisa
berjumpa langsung dengan orang tua,” ucap Thomas.

Baca Juga :  BPJAMSOSTEK Serahkan Santunan - Beasiswa ke Ahli Waris PPNPN Kemendikbudristek

Selain mudik, berkumpul dengan keluarga dan saling
bersilaturahmi, Lebaran Idul Fitri tak lengkap tanpa sajian khas menggugah
selera. Wajarnya, ketupat sayur, opor dan sajian khas Lebaran lainnya biasa
hadir saat momen ini.

Thomas pun demikian, dia bercerita, sebagai anak yang terlahir
dari keluarga campuran Gorontalo dengan Cirebon, ada banyak menu khas tersaji
saat momen Lebaran seperti saat ini. Kekhasan kuliner keluarga Thomas juga
makin semarak mana kala mendapat mertua dari ranah Minang.

“Ayah saya Gorontalo, ibu Cirebon, dan mertua Minang. Menu di rumah
saat lebaran biasanya bikin rendang daging dan paru, selain yang umum ketupat
dan opor ayam. Kalau mudik ke Cirebon, kami selalu cari empal gentong. Saya
sebenarnya kurang suka daging dan ayam, tetapi khusus Lebaran, saya harus
menyesuaikan dengan menu yang tersedia,” sebut Thomas.

Baca Juga :  PTN Kucurkan Miliaran Rupiah untuk Biaya Internet Mahasiswa

Namun, karena pandemi Covid-19 sekarang ini, Lebaran Idul Fitri
saat ini, Thomas tidak bisa berkumpul dengan keluarga besarnya. Sebagai
gantinya, Thomas “mengunjungi” sanak keluarganya lewat virtual atau dengan
aplikasi video call.

“Dalam suasana pandemi ini, kebiasaan bersama pergi ke masjid
tidak bisa dilaksanakan. Gantinya, semuanya dikerjakan di rumah. Biasanya
anak-anak juga sibuk mengurus kegiatan di masjid, jadi jarang berbuka bersama
di rumah, sekarang semuanya bisa kumpul. Kami juga sudah berencana silaturahmi
keluarga secara virtual saja dengan video call atau video conference,” tandas
Thomas.
 

Ramadan dan
Lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah tahun ini berbeda dengan biasanya. Akibat
pandemi Covid-19, momen Lebaran tidak bisa dirayakan dengan sanak keluarga
secara langsung di kampung halaman. Itu karena adanya anjuran tidak mudik untuk
mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Soal perjalanan mudik Lebaran Idul Fitri, Kepala Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin bercerita kalau
di momen-momen lebaran yang lalu, dirinya pernah menempuh perjalanan mudik
Lebaran ke kampung halamannya di Cirebon dengan waktu tempuh yang tak sebentar.
Bandung-Cirebon dikatakan Thomas pernah ditempuhnya dalam waktu 12 jam.

“Momen yang paling penting dan sangat berkesan saat Lebaran
adalah saat mudik. Kondisi macet justru harus dinikmati dan menjadi cerita yang
berkesan. Bandung-Cirebon pernah saya tempuh lebih dari 12 jam lewat Pantura,
sebelum ada tol Cipali,” kenang Thomas kepada JawaPos.com.

Melanjutkan ceritanya, profesor astronomi yang mengepalai Lapan
sejak 2014 lalu itu menyebut momen-momen yang paling berharga dan tak bisa
terlupakan dari Lebaran adalah saat berkumpul dengan orang tua. “Dan saat bertemu
dengan orang tua (saat masih ada) adalah saat yang sangat penting. Karena
kesibukan, sehari-hari hanya sempat kontak via telepon. Saat mudik saya bisa
berjumpa langsung dengan orang tua,” ucap Thomas.

Baca Juga :  BPJAMSOSTEK Serahkan Santunan - Beasiswa ke Ahli Waris PPNPN Kemendikbudristek

Selain mudik, berkumpul dengan keluarga dan saling
bersilaturahmi, Lebaran Idul Fitri tak lengkap tanpa sajian khas menggugah
selera. Wajarnya, ketupat sayur, opor dan sajian khas Lebaran lainnya biasa
hadir saat momen ini.

Thomas pun demikian, dia bercerita, sebagai anak yang terlahir
dari keluarga campuran Gorontalo dengan Cirebon, ada banyak menu khas tersaji
saat momen Lebaran seperti saat ini. Kekhasan kuliner keluarga Thomas juga
makin semarak mana kala mendapat mertua dari ranah Minang.

“Ayah saya Gorontalo, ibu Cirebon, dan mertua Minang. Menu di rumah
saat lebaran biasanya bikin rendang daging dan paru, selain yang umum ketupat
dan opor ayam. Kalau mudik ke Cirebon, kami selalu cari empal gentong. Saya
sebenarnya kurang suka daging dan ayam, tetapi khusus Lebaran, saya harus
menyesuaikan dengan menu yang tersedia,” sebut Thomas.

Baca Juga :  PTN Kucurkan Miliaran Rupiah untuk Biaya Internet Mahasiswa

Namun, karena pandemi Covid-19 sekarang ini, Lebaran Idul Fitri
saat ini, Thomas tidak bisa berkumpul dengan keluarga besarnya. Sebagai
gantinya, Thomas “mengunjungi” sanak keluarganya lewat virtual atau dengan
aplikasi video call.

“Dalam suasana pandemi ini, kebiasaan bersama pergi ke masjid
tidak bisa dilaksanakan. Gantinya, semuanya dikerjakan di rumah. Biasanya
anak-anak juga sibuk mengurus kegiatan di masjid, jadi jarang berbuka bersama
di rumah, sekarang semuanya bisa kumpul. Kami juga sudah berencana silaturahmi
keluarga secara virtual saja dengan video call atau video conference,” tandas
Thomas.
 

Terpopuler

Artikel Terbaru