27.3 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

WHO Peringatkan Wabah Corona Bakal Masih Panjang

JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, bahwa
krisis global akibat virus corona (Covid-19) tidak akan berakhir dalam waktu
dekat.

Menurut analisa badan PBB
tersebut, kebanyakan negara saat ini baru sebatas menghadapi tahap awal perang
melawan corona, sementara angka kematian global kini telah melampaui 180.000
jiwa.

Dilansir AFP, Kamis (23/4),
pandemi Covid-19 tidak hanya memicu status darurat kesehatan, tetapi juga
kemunduran ekonomi global. Para pelaku di seluruh sektor bisnis berjuang keras
untuk bertahan hidup, jutaan orang kehilangan pekerjaan, sedangkan jutaan jiwa
lainnya menghadapi kelaparan.

Para pakar kesehatan di AS telah
memperingatkan Presiden Donald Trump akan kemunculan gelombang kedua wabah
virus corona di negeri Paman Sam.

Kondisi tersebut bakal membuat
negara adidaya itu berada dalam kesulitan besar seiring merebaknya penyakit flu
musiman selama musim dingin ini, ditambah lagi dengan keputusan beberapa negara
bagian di AS untuk membuka kembali bisnis-bisnis terpilih.

Baca Juga :  Polisi Ultimatum 5 Tersangka Lain Serahkan Diri Seperti Rizieq Shihab

Sampai hari ini, wabah virus
corona telah menginfeksi hampir 2,6 juta penduduk di seluruh dunia. Sementara,
tak sedikit pemerintah yang putus asa mencari cara terbaik untuk mengurangi
dampak kehancuran ekonomi di negara masing-masing.

Beberapa negara ada yang terkesan
memaksakan diri untuk mencabut kebijakan pembatasan sosial ataupun karantina
wilayah (lockdown).

Direktur Jenderal WHO, Tedros
Adhanom Ghebreyesus, telah mengeluarkan peringatan serius kepada pemerintah
yang hendak atau telah mengambil keputusan semacam itu.

“Jangan salah, kita masih harus
menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama,”
ucap Tedros dalam konferensi pers virtual, kemarin,” ujarnya.

Menurut Tedros, ada tren kenaikan
infeksi yang mengkhawatirkan di beberapa bagian Afrika, Amerika Tengah, dan
Amerika Selatan.

“Sebagian besar negara masih
dalam tahap awal epidemi dan beberapa yang terdampak awal pandemi mulai melihat
kebangkitan dalam kasus-kasus,” kata Tedros.

Tedros mengakui, bahwa tindakan
pembatasan sosial dan karantina wilayah atau lockdown telah membantu menekan
penularan virus di banyak negara. Kendati demikian, dia menilai penanganan
pandemi Covid-19 masih harus menempuh jalan panjang.

Baca Juga :  Akhirnya Luhut Pun Meminta Maaf

“Virus ini akan bersama kita
untuk waktu yang lama,” ujarnya.

Tedros menganjurkan, agar
negara-negara terus berinvestasi dalam meningkatkan sistem kesiapsiagaan
masing-masing. Sebab WHO menilai sejauh ini hanya 76 persen negara di dunia
yang memiliki sistem pengawasan untuk mendeteksi virus.

“Masih ada banyak celah di
pertahanan dunia dan tidak ada satu pun negara yang memiliki segalanya,”
ucapnya

Saat ini, terdapat lebih dari 2,6
juta kasus Covid-19 di seluruh dunia. Korban meninggal akibat virus tersebut
telah melampaui 182 ribu jiwa.

Eropa sebagai wilayah terdampak
paling parah di dunia, menunjukkan peningkatan jumlah kasus kematian akibat
Covid-19 yang menkhwatirkan sehingga kini telah mencapai 110.000 jiwa. Ini
menjadi catatan sejarah suram sendiri bagi Benua Biru.

JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, bahwa
krisis global akibat virus corona (Covid-19) tidak akan berakhir dalam waktu
dekat.

Menurut analisa badan PBB
tersebut, kebanyakan negara saat ini baru sebatas menghadapi tahap awal perang
melawan corona, sementara angka kematian global kini telah melampaui 180.000
jiwa.

Dilansir AFP, Kamis (23/4),
pandemi Covid-19 tidak hanya memicu status darurat kesehatan, tetapi juga
kemunduran ekonomi global. Para pelaku di seluruh sektor bisnis berjuang keras
untuk bertahan hidup, jutaan orang kehilangan pekerjaan, sedangkan jutaan jiwa
lainnya menghadapi kelaparan.

Para pakar kesehatan di AS telah
memperingatkan Presiden Donald Trump akan kemunculan gelombang kedua wabah
virus corona di negeri Paman Sam.

Kondisi tersebut bakal membuat
negara adidaya itu berada dalam kesulitan besar seiring merebaknya penyakit flu
musiman selama musim dingin ini, ditambah lagi dengan keputusan beberapa negara
bagian di AS untuk membuka kembali bisnis-bisnis terpilih.

Baca Juga :  Polisi Ultimatum 5 Tersangka Lain Serahkan Diri Seperti Rizieq Shihab

Sampai hari ini, wabah virus
corona telah menginfeksi hampir 2,6 juta penduduk di seluruh dunia. Sementara,
tak sedikit pemerintah yang putus asa mencari cara terbaik untuk mengurangi
dampak kehancuran ekonomi di negara masing-masing.

Beberapa negara ada yang terkesan
memaksakan diri untuk mencabut kebijakan pembatasan sosial ataupun karantina
wilayah (lockdown).

Direktur Jenderal WHO, Tedros
Adhanom Ghebreyesus, telah mengeluarkan peringatan serius kepada pemerintah
yang hendak atau telah mengambil keputusan semacam itu.

“Jangan salah, kita masih harus
menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama,”
ucap Tedros dalam konferensi pers virtual, kemarin,” ujarnya.

Menurut Tedros, ada tren kenaikan
infeksi yang mengkhawatirkan di beberapa bagian Afrika, Amerika Tengah, dan
Amerika Selatan.

“Sebagian besar negara masih
dalam tahap awal epidemi dan beberapa yang terdampak awal pandemi mulai melihat
kebangkitan dalam kasus-kasus,” kata Tedros.

Tedros mengakui, bahwa tindakan
pembatasan sosial dan karantina wilayah atau lockdown telah membantu menekan
penularan virus di banyak negara. Kendati demikian, dia menilai penanganan
pandemi Covid-19 masih harus menempuh jalan panjang.

Baca Juga :  Akhirnya Luhut Pun Meminta Maaf

“Virus ini akan bersama kita
untuk waktu yang lama,” ujarnya.

Tedros menganjurkan, agar
negara-negara terus berinvestasi dalam meningkatkan sistem kesiapsiagaan
masing-masing. Sebab WHO menilai sejauh ini hanya 76 persen negara di dunia
yang memiliki sistem pengawasan untuk mendeteksi virus.

“Masih ada banyak celah di
pertahanan dunia dan tidak ada satu pun negara yang memiliki segalanya,”
ucapnya

Saat ini, terdapat lebih dari 2,6
juta kasus Covid-19 di seluruh dunia. Korban meninggal akibat virus tersebut
telah melampaui 182 ribu jiwa.

Eropa sebagai wilayah terdampak
paling parah di dunia, menunjukkan peningkatan jumlah kasus kematian akibat
Covid-19 yang menkhwatirkan sehingga kini telah mencapai 110.000 jiwa. Ini
menjadi catatan sejarah suram sendiri bagi Benua Biru.

Terpopuler

Artikel Terbaru