31.3 C
Jakarta
Friday, January 10, 2025

Semester I-2019, Rupiah Menguat 2,3 Persen di Tengah Tekanan Global

Di tengah tekanan
perekonomian global yang belum menunjukan tanda-tanda pemulihan, ilai tukar
rupiah mampu menjaga stabilitasnya dan bahkan cenderung menguat sepanjang
semester I 2019. Tercatat, rata-rata pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS) hingga pertengahan tahun terpantau menguat 2,3 persen dan berada
di level Rp 14.197 per USD.

Angka tersebut
tercatat jauh lebih baik dibandingkan asumsi makro Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok berada dikisaran Rp 15.000 per USD.
Namun saat ini, masih terdapat satu semester lagi untuk menjaga target nilai
tukar rupiah yang telah dipatok oleh pemerintah.

“Nilai tukar semester
satu menguat dibandingkan asumsi makro 2019,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati di Gedung DPR RI, Jakarta, (16/7).

Baca Juga :  Penuh Suka Cita, Masyarakat Sambut 21 Pembangunan dari 8 Kementerian

Penguatan nilai tukar
rupiah juga tidak terlepas dari pelonggaran likuiditas global karena the Fed
masih mempertahankan suku bunganya yang mengakibatkan aliran modal ke
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sri Mulyani bilang, nilai tukar
rupiah jika dibandingkan negara berkembang lainnya juga mengalami penguatan 2,3
persen.

“Semua relatif sama
trennya dengan dunia internasional. Kecuali beberapa emerging country yang
sedang menghadapi persoalan dalam negeri seperti Turki dan Argentina,”
tuturnya.

Dari sisi domestik,
prospek positif ekonomi nasional yang tetap terjaga juga memberikan pengaruh
terhadap penguatan nilai tukar rupiah sepanjang semester I. Termasuk
peningkatan soverign credit rating Indonesia.

Pada bagian lain,
cadangan devisa Indonesia juga berada pada level yang cukup tinggi pada
semester I 2019 ini. Cadangan devisa nasional telah mencapai USD 123,8 miliar
atau meningkat dibandingkan posisi akhir Mei 2019 sebesar USD 120,3 miliar.

Baca Juga :  Forum Humas BUMN Semarakkan HUT RI Ke-76

Posisi cadangan devisa
ini setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah. Juga berada di atas standar kecukupan
internasional sekitar 3 bulan impor.(jpn)

 

Di tengah tekanan
perekonomian global yang belum menunjukan tanda-tanda pemulihan, ilai tukar
rupiah mampu menjaga stabilitasnya dan bahkan cenderung menguat sepanjang
semester I 2019. Tercatat, rata-rata pergerakan kurs rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS) hingga pertengahan tahun terpantau menguat 2,3 persen dan berada
di level Rp 14.197 per USD.

Angka tersebut
tercatat jauh lebih baik dibandingkan asumsi makro Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok berada dikisaran Rp 15.000 per USD.
Namun saat ini, masih terdapat satu semester lagi untuk menjaga target nilai
tukar rupiah yang telah dipatok oleh pemerintah.

“Nilai tukar semester
satu menguat dibandingkan asumsi makro 2019,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati di Gedung DPR RI, Jakarta, (16/7).

Baca Juga :  Penuh Suka Cita, Masyarakat Sambut 21 Pembangunan dari 8 Kementerian

Penguatan nilai tukar
rupiah juga tidak terlepas dari pelonggaran likuiditas global karena the Fed
masih mempertahankan suku bunganya yang mengakibatkan aliran modal ke
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sri Mulyani bilang, nilai tukar
rupiah jika dibandingkan negara berkembang lainnya juga mengalami penguatan 2,3
persen.

“Semua relatif sama
trennya dengan dunia internasional. Kecuali beberapa emerging country yang
sedang menghadapi persoalan dalam negeri seperti Turki dan Argentina,”
tuturnya.

Dari sisi domestik,
prospek positif ekonomi nasional yang tetap terjaga juga memberikan pengaruh
terhadap penguatan nilai tukar rupiah sepanjang semester I. Termasuk
peningkatan soverign credit rating Indonesia.

Pada bagian lain,
cadangan devisa Indonesia juga berada pada level yang cukup tinggi pada
semester I 2019 ini. Cadangan devisa nasional telah mencapai USD 123,8 miliar
atau meningkat dibandingkan posisi akhir Mei 2019 sebesar USD 120,3 miliar.

Baca Juga :  Forum Humas BUMN Semarakkan HUT RI Ke-76

Posisi cadangan devisa
ini setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah. Juga berada di atas standar kecukupan
internasional sekitar 3 bulan impor.(jpn)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru