26.3 C
Jakarta
Friday, September 20, 2024

Selama Pandemi, Kekerasan Terhadap Anak Meningkat

DEPUTI Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Leny Nurhayati Rosalim mengatakan
kekerasan pada anak meningkat selama pandemi korona (Covid-19).

“Hanya dalam jangka waktu tiga
minggu dalam periode 2 hingga 2 April 2020, kekerasan pada anak mengalami
peningkatan. Sebanyak 368 kasus kekerasan dialami 407 anak,” ujar Leny dalam
webinar Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19 : Sinergi Sekolah
dan Keluarga yang diselenggarakan PG PAUD UHAMKA, di Jakarta, Sabtu
(16/5/2020).

Dia menambahkan banyak orang tua
yang belum siap dengan kondisi untuk tetap di rumah. Serta belum adaptif dengan
kondisi yang ada saat ini. “Selain itu, belum terbangun relasi yang setara dan
orang tua belum siap menjadi pengasuh yang baik,” kata dia lagi.

Kondisi seperti itu, lanjut dia,
banyak memunculkan konflik baru. Hal itu yang menyebabkan meningkatnya
kekerasan di rumah baik pada pasangan maupun anak. Terutama anak usia dini.

Baca Juga :  Gubernur dan Wagub di IKN Tanpa Pilkada, Bakal Dipilih Presiden

“Orang tua berada di rumah, anak
juga belajar dari rumah. Orang tua kehilangan sumber pendapatan, cemas tidak
mampu membayar tagihan, banyak yang tidak mampu mengelola mentalnya. Akibatnya
pelariannya dengan melakukan kekerasan pada anak atau anggota keluarga
lainnya,” terang dia, Sabtu (16/5).

Sejumlah perubahan terjadi pada
anak, mulai dari kekerasan pada anak, anak tidak senang belajar di rumah, anak
tidak bahagia, dan anak bosan berada di rumah.

Survei yang dilakukan Forum Anak
terkait pandemi Covid-19, menyatakan bahwa 99 persen anak menyatakan belajar di
rumah itu sangat penting. Kemudian 58 persen menyatakan perasaan tidak
menyenangkan selama menjalani program belajar di rumah. Sebanyak 49 persen anak
juga menyatakan bahwa program belajar dari rumah membebani anak dengan tugas
yang banyak.

Baca Juga :  Pramugara Sriwijaya Air SJ182 Ocky Bisma Terindentifikasi Tim DVI dari

Dia menambahkan, idealnya orang
tua harus mampu menciptakan suasana gembira. Pengasuhan anak pada masa pandemi
harus mengalami transformasi. Leny juga memberikan sejumlah saran pengasuhan
anak pada saat pandemi yakni luangkan waktu untuk dihabiskan bersama anak,
gunakan kalimat positif dan kembangkan perilaku positif pada anak.

Selanjutnya, tetap tenang dan
kelola stres, membuat rutinitas harian yang fleksibel dan konsisten, terbuka
tentang informasi Covid-19, dan mengarahkan perilaku anak yang buruk. Untuk
menciptakan iklim yang positif di rumah pada masa pandemi Covid-19 memerlukan
komitmen, komunikasi, dan kreatif serta aksi. Selain itu, KPPPA juga
menyediakan layanan konseling bagi orang tua yang menggalami gangguan
psikologis pada saat pandemi Covid-19.

DEPUTI Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Leny Nurhayati Rosalim mengatakan
kekerasan pada anak meningkat selama pandemi korona (Covid-19).

“Hanya dalam jangka waktu tiga
minggu dalam periode 2 hingga 2 April 2020, kekerasan pada anak mengalami
peningkatan. Sebanyak 368 kasus kekerasan dialami 407 anak,” ujar Leny dalam
webinar Wajah Baru PAUD di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19 : Sinergi Sekolah
dan Keluarga yang diselenggarakan PG PAUD UHAMKA, di Jakarta, Sabtu
(16/5/2020).

Dia menambahkan banyak orang tua
yang belum siap dengan kondisi untuk tetap di rumah. Serta belum adaptif dengan
kondisi yang ada saat ini. “Selain itu, belum terbangun relasi yang setara dan
orang tua belum siap menjadi pengasuh yang baik,” kata dia lagi.

Kondisi seperti itu, lanjut dia,
banyak memunculkan konflik baru. Hal itu yang menyebabkan meningkatnya
kekerasan di rumah baik pada pasangan maupun anak. Terutama anak usia dini.

Baca Juga :  Gubernur dan Wagub di IKN Tanpa Pilkada, Bakal Dipilih Presiden

“Orang tua berada di rumah, anak
juga belajar dari rumah. Orang tua kehilangan sumber pendapatan, cemas tidak
mampu membayar tagihan, banyak yang tidak mampu mengelola mentalnya. Akibatnya
pelariannya dengan melakukan kekerasan pada anak atau anggota keluarga
lainnya,” terang dia, Sabtu (16/5).

Sejumlah perubahan terjadi pada
anak, mulai dari kekerasan pada anak, anak tidak senang belajar di rumah, anak
tidak bahagia, dan anak bosan berada di rumah.

Survei yang dilakukan Forum Anak
terkait pandemi Covid-19, menyatakan bahwa 99 persen anak menyatakan belajar di
rumah itu sangat penting. Kemudian 58 persen menyatakan perasaan tidak
menyenangkan selama menjalani program belajar di rumah. Sebanyak 49 persen anak
juga menyatakan bahwa program belajar dari rumah membebani anak dengan tugas
yang banyak.

Baca Juga :  Pramugara Sriwijaya Air SJ182 Ocky Bisma Terindentifikasi Tim DVI dari

Dia menambahkan, idealnya orang
tua harus mampu menciptakan suasana gembira. Pengasuhan anak pada masa pandemi
harus mengalami transformasi. Leny juga memberikan sejumlah saran pengasuhan
anak pada saat pandemi yakni luangkan waktu untuk dihabiskan bersama anak,
gunakan kalimat positif dan kembangkan perilaku positif pada anak.

Selanjutnya, tetap tenang dan
kelola stres, membuat rutinitas harian yang fleksibel dan konsisten, terbuka
tentang informasi Covid-19, dan mengarahkan perilaku anak yang buruk. Untuk
menciptakan iklim yang positif di rumah pada masa pandemi Covid-19 memerlukan
komitmen, komunikasi, dan kreatif serta aksi. Selain itu, KPPPA juga
menyediakan layanan konseling bagi orang tua yang menggalami gangguan
psikologis pada saat pandemi Covid-19.

Terpopuler

Artikel Terbaru