34.2 C
Jakarta
Friday, October 18, 2024

Evakuasi Lokomotif KA Pandalungan Tuntas setelah 13 Jam

PROKALTENG.CO – Berselang sembilan hari dari ”adu banteng” KA Turangga dan KA lokal Bandung Raya, insiden kembali terjadi pada transportasi kereta.

Kemarin (14/1) KA Pandalungan relasi Stasiun Gambir–Jember anjlok di emplasemen Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo, pukul 07.57. Akibatnya, perjalanan kereta untuk jalur Surabaya menuju Malang dan Surabaya menuju Jember sempat terganggu.

Selain lokomotif, ada dua di antara 11 gerbong KA Pandalungan yang anjlok dari rel. PT KAI mempercepat proses evakuasi. Yakni, dengan mendatangkan tim dari Depo Sidotopo, Depo Surabaya Pasarturi, Depo Malang, hingga crane dari Stasiun Solo.

Selain itu, disiapkan tim sarana dan prasarana untuk memperbaiki jalur rel di lokasi kejadian. ”Tim ini bekerja setelah evakuasi sarana selesai,” kata Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus.

Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam insiden tersebut. PT KAI memberikan layanan tambahan kepada penumpang KA Pandalungan. Di antaranya, menyediakan transportasi berupa bus dari Stasiun Bangil dan Stasiun Sidoarjo untuk mengantar penumpang menuju stasiun pemberhentian selanjutnya.

Kereta crane dari Solo yang tiba di lokasi sekitar pukul 16.00 langsung melakukan evakuasi dengan memindahkan gerbong kembali ke jalur rel. Sebelumnya, tim penolong kereta atau rescue sudah memetakan cara mengevakuasi dua gerbong dan satu lokomotif yang anjlok. ”Beberapa gerbong sebelumnya yang sempat menghalangi perlintasan di Kludan sudah ditarik ke Stasiun Sidoarjo,” jelas Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Surabaya Nur Hadi di lokasi kejadian.

Baca Juga :  Tak Gunakan Masker, Didenda Rp 250 Ribu

Pukul 17.45 atau hampir dua jam, dua gerbong di belakang lokomotif berhasil dievakuasi dan selanjutnya ditarik ke Stasiun Sidoarjo.

Pukul 19.30, proses evakuasi kembali berlanjut. Kereta crane yang lebih besar didatangkan untuk mengangkat lokomotif KA Pandalungan kembali ke jalur. Pukul 20.00, proses pemasangan crane di badan lokomotif dilakukan. Sementara itu, beberapa petugas memperbaiki bantalan rel yang diduga rusak akibat anjloknya kereta.

Sekitar pukul 20.31, kesiapan crane sudah selesai. Dengan perlahan dan penuh perhitungan, petugas berupaya mengembalikan lokomotif yang terperosok. Sekitar 15 menit kemudian atau pukul 20.45, lokomotif berhasil dievakuasi kembali ke jalur rel.

Menurut Manajer Humas Daop 8 Surabaya Lukman Arif, lokomotif ditarik menuju ke Stasiun Sidoarjo. ”Ditaruh di sana sambil nanti dilihat ada kerusakan apa,” katanya.

Terpisah, Deputi KAI Daop 8 Surabaya Zuhril Alim belum bisa berbicara banyak soal penyebab anjloknya KA Pandalungan. Menurut dia, faktor anjloknya kereta dari rel biasanya terjadi karena kontur tanah yang turun. ”Tapi, untuk kasus ini masih belum bisa kami simpulkan. Kami nunggu dari pendalaman Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk penyebabnya,” paparnya.

Sementara itu, jalur KA di Sidoarjo yang tidak bisa dilewati hingga tadi malam berdampak pada keterlambatan sejumlah perjalanan KA akibat pemberlakuan pola operasi memutar. ”Hingga Minggu sore terdapat delapan perjalanan KA yang mengalami operasi pola memutar melalui rute Bangil–Kertosono,” ujar Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus.

Baca Juga :  Rp29 Triliun Rights Issue BBRI dari Foreign Buy, Ini Kiat Suksesnya

Delapan kereta api yang mengalami pola memutar itu adalah KA Ranggajati Jember–Cirebon dan sebaliknya, KA Logawa Jember–Purwokerto dan sebaliknya, KA Arjuno, KA Sri Tanjung relasi Lempuyangan–Surabaya Gubeng–Ketapang dan sebaliknya, serta KA Jayabaya.

Dengan keterlambatan tersebut, PT KAI sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 63/2019 tentang Standar Minimum Angkutan Orang Kereta Api memberikan kompensasi untuk penumpang KA jarak jauh. ”Kompensasi sesuai dengan regulasi yang ada berupa service recovery,” katanya.

Sementara itu, pakar transportasi Djoko Setijawarno menilai perlunya perbaikan sistem perkeretaapian dengan banyaknya kejadian kecelakaan KA belakangan ini. Salah satu masalahnya adalah masih banyaknya penggunaan sinyal mekanik. ”Di Jatim itu Daop 9 masih dominan sinyal mekanik,” paparnya.

Sinyal mekanik membuat wesel atau pemindahan trek kereta api secara manual menggunakan tangan. Meski bisa juga menggunakan motor listrik atau hidrolis. ”Karena itu, perlu diganti dengan sinyal elektrik, jangan menunggu double track,” ujarnya.

Dia mengatakan, kecelakaan kereta belakangan ini bisa terjadi karena sejumlah hal. Di antaranya, human factor atau SDM, teknologi, dan regulasi. ”Tapi, yang berwenang mendalaminya KNKT,” ujarnya. (pri/jawapos.com)

PROKALTENG.CO – Berselang sembilan hari dari ”adu banteng” KA Turangga dan KA lokal Bandung Raya, insiden kembali terjadi pada transportasi kereta.

Kemarin (14/1) KA Pandalungan relasi Stasiun Gambir–Jember anjlok di emplasemen Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo, pukul 07.57. Akibatnya, perjalanan kereta untuk jalur Surabaya menuju Malang dan Surabaya menuju Jember sempat terganggu.

Selain lokomotif, ada dua di antara 11 gerbong KA Pandalungan yang anjlok dari rel. PT KAI mempercepat proses evakuasi. Yakni, dengan mendatangkan tim dari Depo Sidotopo, Depo Surabaya Pasarturi, Depo Malang, hingga crane dari Stasiun Solo.

Selain itu, disiapkan tim sarana dan prasarana untuk memperbaiki jalur rel di lokasi kejadian. ”Tim ini bekerja setelah evakuasi sarana selesai,” kata Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus.

Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam insiden tersebut. PT KAI memberikan layanan tambahan kepada penumpang KA Pandalungan. Di antaranya, menyediakan transportasi berupa bus dari Stasiun Bangil dan Stasiun Sidoarjo untuk mengantar penumpang menuju stasiun pemberhentian selanjutnya.

Kereta crane dari Solo yang tiba di lokasi sekitar pukul 16.00 langsung melakukan evakuasi dengan memindahkan gerbong kembali ke jalur rel. Sebelumnya, tim penolong kereta atau rescue sudah memetakan cara mengevakuasi dua gerbong dan satu lokomotif yang anjlok. ”Beberapa gerbong sebelumnya yang sempat menghalangi perlintasan di Kludan sudah ditarik ke Stasiun Sidoarjo,” jelas Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Surabaya Nur Hadi di lokasi kejadian.

Baca Juga :  Tak Gunakan Masker, Didenda Rp 250 Ribu

Pukul 17.45 atau hampir dua jam, dua gerbong di belakang lokomotif berhasil dievakuasi dan selanjutnya ditarik ke Stasiun Sidoarjo.

Pukul 19.30, proses evakuasi kembali berlanjut. Kereta crane yang lebih besar didatangkan untuk mengangkat lokomotif KA Pandalungan kembali ke jalur. Pukul 20.00, proses pemasangan crane di badan lokomotif dilakukan. Sementara itu, beberapa petugas memperbaiki bantalan rel yang diduga rusak akibat anjloknya kereta.

Sekitar pukul 20.31, kesiapan crane sudah selesai. Dengan perlahan dan penuh perhitungan, petugas berupaya mengembalikan lokomotif yang terperosok. Sekitar 15 menit kemudian atau pukul 20.45, lokomotif berhasil dievakuasi kembali ke jalur rel.

Menurut Manajer Humas Daop 8 Surabaya Lukman Arif, lokomotif ditarik menuju ke Stasiun Sidoarjo. ”Ditaruh di sana sambil nanti dilihat ada kerusakan apa,” katanya.

Terpisah, Deputi KAI Daop 8 Surabaya Zuhril Alim belum bisa berbicara banyak soal penyebab anjloknya KA Pandalungan. Menurut dia, faktor anjloknya kereta dari rel biasanya terjadi karena kontur tanah yang turun. ”Tapi, untuk kasus ini masih belum bisa kami simpulkan. Kami nunggu dari pendalaman Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk penyebabnya,” paparnya.

Sementara itu, jalur KA di Sidoarjo yang tidak bisa dilewati hingga tadi malam berdampak pada keterlambatan sejumlah perjalanan KA akibat pemberlakuan pola operasi memutar. ”Hingga Minggu sore terdapat delapan perjalanan KA yang mengalami operasi pola memutar melalui rute Bangil–Kertosono,” ujar Vice President Public Relation PT KAI Joni Martinus.

Baca Juga :  Rp29 Triliun Rights Issue BBRI dari Foreign Buy, Ini Kiat Suksesnya

Delapan kereta api yang mengalami pola memutar itu adalah KA Ranggajati Jember–Cirebon dan sebaliknya, KA Logawa Jember–Purwokerto dan sebaliknya, KA Arjuno, KA Sri Tanjung relasi Lempuyangan–Surabaya Gubeng–Ketapang dan sebaliknya, serta KA Jayabaya.

Dengan keterlambatan tersebut, PT KAI sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 63/2019 tentang Standar Minimum Angkutan Orang Kereta Api memberikan kompensasi untuk penumpang KA jarak jauh. ”Kompensasi sesuai dengan regulasi yang ada berupa service recovery,” katanya.

Sementara itu, pakar transportasi Djoko Setijawarno menilai perlunya perbaikan sistem perkeretaapian dengan banyaknya kejadian kecelakaan KA belakangan ini. Salah satu masalahnya adalah masih banyaknya penggunaan sinyal mekanik. ”Di Jatim itu Daop 9 masih dominan sinyal mekanik,” paparnya.

Sinyal mekanik membuat wesel atau pemindahan trek kereta api secara manual menggunakan tangan. Meski bisa juga menggunakan motor listrik atau hidrolis. ”Karena itu, perlu diganti dengan sinyal elektrik, jangan menunggu double track,” ujarnya.

Dia mengatakan, kecelakaan kereta belakangan ini bisa terjadi karena sejumlah hal. Di antaranya, human factor atau SDM, teknologi, dan regulasi. ”Tapi, yang berwenang mendalaminya KNKT,” ujarnya. (pri/jawapos.com)

Terpopuler

Artikel Terbaru