PROKALTENG.CO – Kementerian Perindustrian terus memfasilitasi para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) sektor furnitur dan kerajinan untuk tampil di ajang pameran tingkat nasional dan internasional. Upaya strategis ini guna memperluas akses pasar dan jaringan bisnis bagi mereka yang ikut serta sehingga dapat meningkatkan nilai penjualannya, yang akan juga berujung pada mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tahun ini, kami telah memfasilitasi para pelaku IKM furnitur dan kerajinan untuk ikut serta dalam ajang pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023 dan Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2023,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka IKMA) Reni Yanita di Jakarta, Senin (13/3).
Reni menyampaikan, di ajang IFEX 2023 yang dihelat di Jakarta Internasional Expo Kemayoran pada 9-12 Maret 2023, Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin memboyong 17 IKM furnitur dan kerajinan serta dekorasi rumah. Ditjen IKMA memberikan fasilitasi lahan booth seluas 200 meter persegi bagi para pelaku IKM furniture untuk menampilkan berbagai produk unggulannya.
Ke-17 IKM tersebut, yaitu CV Amarta Furniture, PT Cipta Tungga Furniture, CV Efm Indonesia, CV Sahabat Furniture Indonesia, CV Surya Rotan Furniture, Surya Furniturindo Gemilang, Rifana Art, CV Surya Java Furnindo, CV Yuka Stoneart, serta PT Mahagony Citra Selaras. Ada pula CV Sido Al-Ghaniy Indonesia, CV Kirana Cipta Lestari, CV Alam Cipta Karya, CV Mekar Jaya, Mebelle, Pratama Rotan Interior, dan CV Vinoce.
“Sementara itu, untuk pameran JIFFINA 2023 di Jogja Expo Center pada 11-14 Maret 2023, kami juga memfasilitasi booth pameran kepada 12 IKM furnitur yang telah melalui tahap kurasi,” sebut Reni. Kedua pameran yang berskala internasional tersebut, diharapkan dapat mendongkrak nilai ekspor nasional dari produk furnitur dan kerajinan yang dihasilkan oleh para pelaku IKM.
Pada tahun 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan mencapai USD3,5 miliar. Adapun negara tujuan utamanya antara lain Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Jerman, dan Inggris. Proporsi nilai ekspor yang cukup signfikan dari industri ini menunjukan bahwa karakteristik sektornya berorientasi ekspor.
“Kami berharap para pelaku IKM furnitur dan kerajinan dapat terus mengikuti tren pasar global serta aktif melakukan inovasi, dan yang penting juga tetap menjaga kelestarian lingkungan dalam rantai pasoknya. Kami optimistis Indonesia akan bisa menjadi trendsetter dalam pengembangan eco lifestyle furniture,” ujarnya.
Menurut Reni, iklim tropis di Indonesia menjadi potensi besar bagi pengembangan industri furnitur dan kerajinan. “Karena kita mempunyai kekuatan comparative advantage berupa melimpahnya bahan baku kayu beraneka jenis, kemudian bahan baku rotan dan bamboo,” sebutnya.
Melalui kekuatan dari ketersediaan bahan baku serta didukung dengan desain yang unik dan menarik, pemerintah optimistis produk furnitur Indonesia memiliki nilai tambah yang tinggi dan mamopu berdaya saing global. “Selain itu juga perlu didukung dengan konsep berwawasan lingkungan,” imbuhnya.
Selain fasilitasi pada pameran nasional maupun internasional, Kemenperin juga menjalankan beragam instrumen kebijakan dalam rangka mengembangkan industri furnitur dan kerajinan, antara lain fasilitasi pusat logistik bahan baku, program revitalisasi mesin dan peralatan, serta fasilitasi politeknik furnitur.
“Selain itu kami juga menjalankan program pengembangan desain furniture, insentif tax holiday, tax allowance, serta super deduction tax untuk R&D dan vokasi. Ada pula penerapan SNI dan SKKNI serta penerbitan sertifikat TKDN,” tambah Reni.
Terus berinovasi
Menurut Dirjen IKMA, pelaku IKM furnitur dan kerajinan perlu terus menciptakan inovasi agar bisa bersaing dengan produk luar negeri. Sebab, melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa dan Amerika akan menjadi tantangan yang cukup berat bagi IKM furnitur dan kerajinan mengingat banyak negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika yang merupakan negara importir furnitur dan kerajinan terbesar di dunia.
“Adapun lima negara importir furnitur terbesar di dunia, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis, dan Belanda dengan total nilai impor sebesar USD145,3 miliar. Pemerintah telah melakukan langkah-langkah antisipatif, yaitu dengan mengidentifikasi negara-negara nontradisional sebagai alternatif negara tujuan ekspor,” ucapnya.
Reni juga berharap agar perajin furnitur dan kerajinan terus mengeksplorasi kekayaan budaya nasional dengan kemasan modern serta mengikuti tren pasar global. Menurut Reni, inovasi dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu produk, terutama karena industri furnitur dan kerajinan erat sekali kaitannya dengan gaya hidup (lifestyle).
Reni menambahkan, untuk memaksimalkan tingkat pertumbuhan serta perluasan pasar industri furnitur dan kerajinan, diperlukan adanya penyediaan faktor-faktor produksi utama yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja. Bahan baku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia bisa dikatakan cukup melimpah, terutama yang berasal dari hutan produksi. Menurut Reni, Indonesia juga diuntungkan dengan iklim tropisnya, yang membuat berbagai jenis pohon dapat tumbuh dengan cepat.
“Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan dunia, di mana daerah penghasil rotan di Indonesia berada di berbagai pulau, terutama di Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Sumatera,” ujar Reni. Dari pendampingan ini, tercatat penjualan produk dari para peserta hingga USD841 ribu pada tahun 2022.
Program Aku Siap Ekspor
Sejak 2022, pemerintah juga mendukung program Pendampingan Aku Siap Ekspor (ASE). Program tersebut merupakan kolaborasi antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), dan Business & Export Development Cooperation (BEDO).
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Ditjen IKMA Yedi Sabaryadi mengungkapkan, program ASE cukup berhasil untuk mempersiapkan para IKM furnitur dan dekorasi rumah yang berorientasi ekspor, agar dapat meningkatkan kompetensi dan daya saing dalam menghadapi pasar ekspor.
“Kami berharap penyelenggaraan program Aku Siap Ekspor batch 2 tahun 2023 akan membawa efek positif yang besar terhadap industri furnitur dan home decor Indonesia dan memperluas pangsa ekspor produk furnitur dan home decor Indonesia di pasar internasional,” ucap Yedi.
Pada program ASE 2.0 ini, para peserta dilatih untuk fokus menentukan sasaran ke negara-negara nontradisional yang memiliki skema perjanjian dagang (CEPA/FTA/PTA) dengan Indonesia. “Peningkatan penetrasi pasar pada negara-negara nontradisional tersebut diharapkan dapat meredam potensi penurunan ekspor yang disebabkan fenomena stagflasi yang terjadi pada negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia,” jelas Yedi.