Seorang warga
Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku, dikarantina selama 14 hari di RSUD
Magretti Saumlaki, Maluku. Warga berinisial BN, 19, itu diduga suspect virus
korona. Sebelumnya dia melakukan perjalanan ke Malaysia.
Namun dalam penanganan
pasien tersebut, pihak RSUD Magretti Saumlaki tidak siap karena menghadapi
sejumlah kendala. Di antaranya, pihak RSUD Magretti belum bisa mengirim
spesimen terduga pasien terjangkit COVID-19 ke laboratorium Puslitbang Kemenkes
RI. Pengiriman spesimen itu untuk diketahui hasilnya.
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Kepulauan Tanimbar dr. Edwin Tomasoa menjelaskan, bahwa tim medis
telah bergerak cepat untuk mengisolasi BN yang diduga terjangkit virus korona
(COVID-19) semenjak tanggal 12 Februari 2020. Hanya saja saat ini terdapat
kendala. Yakni belum bisa mengirim spesimen karena tidak ada media transpor
khusus.
“Kita belum bisa
mengirim spesimen itu karena ternyata mengirim spesimen untuk COVID-19 itu
tidak bisa menggunakan media yang biasanya digunakan. Kita membutuhkan media
transpor yang khusus dan berbeda. Dan media transpor ini tidak tersedia di
Saumlaki maupun Ambon. Harus didatangkan dari Jakarta atau Surabaya. Saat tiba
di Saumlaki baru kita bisa ambil spesimen dan kirim kembali ke Surabaya,†kata
Tomasoa sebagaimana dilansir Antara, Jumat (14/2).
Menyikapi masalah ini,
Pemkab Kepulauan Tanimbar telah membentuk tim khusus dengan melibatkan pihak
kantor kesehatan pelabuhan dan kepolisian setempat. Selain itu, telah ada
koordinasi dengan Pemprov Maluku untuk mempercepat pengiriman media transpor
tersebut dari Jakarta atau Surabaya.
Menurut dia spesimen
yang akan dikirim ke laboratorium di Surabaya sesuai ketentuan, tidak bisa
bertahan lebih dari 24 jam. Untuk itu sesuai ketentuan, pengiriman spesimen
nanti menjadi tugas dari kantor kesehatan pelabuhan. Tugas rumah sakit adalah
apabila media sudah siap, spsimennya diambil dari kerongkongan dan lendir lalu
diserahkan kepada pihak kantor kesehatan pelabuhan untuk dikirim.
“Kami berharap,
mungkin esok sore media transpor sudah tiba di Saumlaki dan kita kirim lalu
segera berkoordinasi dengan kementerian kesehatan. Kita berharap secepatnya
karena tidak ada penerbangan pagi pada hari Jumatâ€katanya.
Selain itu, hingga
saat ini RSUD Magretti belum memiliki Alat Perlindungan Diri Standar (APDS) dan
tidak ada dokter spesialis penyakit dalam. Tidak tersedianya APDS dan dokter
spesialis penyakit dalam. Kondisi itu mengakibatkan penanganan pasien suspect
COVID-19 belum maksimal.
Tim medis yang
menangani BN, hanya bisa berkomunikasi jarak jauh melalui telepon maupun
WhatsApp.
“Semenjak kemarin kita
tidak banyak lakukan karena masih terbatas dengan APDS. Jika sudah ada APDS
baru kita lakukan pemeriksaan yang lebih detail sehingga kontak antara tim
medis dan penderita bisa lebih lama†terangnya.
Selain itu, pemerintah
provinsi Maluku melalui dinas kesehatan provinsi telah memastikan untuk
menerjunkan tenaga spesialis penyakit dalam untuk membantu menangani pasien
suspect COVID-19 yang kini telah dikarantina di ruang khusus RSUD Magretti
semenjak Kamis (13/2).
BN adalah warga
Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Maluku. Kepala Dinas Kesehatan KKT Edwin
Tomasoa menyebut, BN baru kembali dari luar negeri dan masuk Jakarta melalui
Malaysia. Kemudian, dia meneruskan perjalanannya ke Ambon, Ivu Kota, Provinsi
Maluku.
Lantas, Edwin Tomasoa,
BN pulang ke kampung halamannya di Desa Sifnana, Kecamatan Tanimbar Selatan
pada hari Jumat (7/2) dalam kondisi masih sehat.
Namun, setelah
mendapat informasi dia sakit, maka sesuai aturan, tim medis dari RSUD Magretti
dan puskesmas setempat mengambil sejumlah langkah. Antara lain, melakukan
pemeriksaan medis dengan cara mengambil lendir pasien. Saat ini pasien
sementara waktu dikarantina selama 14 hari.(jpc)