JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
berencana mengubah lama waktu pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
sebelumnya tiga tahun menjadi empat tahun.
Direktur Jenderal Pendidikan
Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, bahwa program itu dilakukan
untuk menyetarakan pendidikan SMK dengan jenjang diploma. Meski demikian, hal
ini rencananya akan diterapkan pada program studi tertentu.
“Dalam waktu dekat, kami akan
berinovasi dengan mengubah SMK menjadi empat tahun atau setara dengan diploma
satu atau diploma dua. Terutama untuk program studi tertentu,†kata Wikan,
dalam webinar seperti ditulis, Kamis (11/6)
Harapan Wikan, dengan ditambahkannya
lama pendidikan ini para siswa memiliki cukup waktu untuk membekali diri
sebelum terjun ke dunia usaha maupun industri.
“SMK dirancang empat tahun dan
begitu lulus, diharapkan siswa yang lulus bisa langsung terjun ke dunia
industri,†ujarnya.
Selain itu, kata Wikan, para
siswa SMK juga diwajibkan mengikuti program praktik kerja di industri. Jika
siswa tersebut tidak mengikuti praktik kerja, maka belum bisa diluluskan.
Terlebih lagi, lanjut Wikan,
kurikulum SMK harus disesuaikan dengan kebutuhan industri. Kurikulum diharapkan
dapat membangun kemampuan teknis dan kemampuan nonteknis siswa. Sehingga bisa
menjadi lulusan yang fleksibel dan mampu bekerja di berbagai industri.
“Oleh sebab itu, kurikulum yang
ada di SMK juga harus disesuaikan dengan kebutuhan industri. Kurikulum ini
diharapkan bisa menciptakan siswa yang fleksibel yang mampu bekerja di berbagai
industri,†terangnya.
Sejumlah upaya dilakukan
Kemendikbud untuk meningkatkan kompetensi lulusan SMK, mulai dari kerja sama
dengan industri, peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah, praktik kerja
di industri, hingga penyusunan kurikulum bersama industri.
“Dalam waktu dekat, Kemendikbud
akan melakukan rebranding SMK, sehingga semakin banyak yang ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMK. Terutama siswa SMP dan para orang tua siswa SMP. SMK
harus dikenalkan secara baik kepada mereka,†tuturnya.
Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Muhammad Bakrun menambahkan, bahwa kurikulum di
lembaga pendidikan vokasi akan terjadi sejumlah penyesuaian. Hal ini untuk
mendorong percepatan proses link and match antara lembaga pendidikan vokasi
dengan industri.
“Kurikulum harus kita kembangkan,
agar fleksibel dan lulusan kita mampu beradaptasi dengan kondisi apapun,â€
katanya.
Bakrun menyebut, penyesuaian ini
sama sekali tidak berhubungan dengan pandemi virus korona (covid-19). Namun
penyesuian ini bertujuan, agar pendidikan vokasi mampu memenuhi kebutuhan
industri dalam kondisi apapun.
“Misal saat ini pangan sangat
dibutuhkan. Maka bagaimana membuat pertanian yang baik untuk bicara kebutuhan
pangan. Itu yang kita kembangkan untuk membangun,†jelas Bakrun.
Pihaknya juga berharap agar
satuan pendidikan vokasi dan industri mau bekerja sama dalam membangun lulusan.
Industri harus terlibat dalam proses pembelajaran vokasi.
Artinya, seluruh lembaga
pendidikan vokasi diwajibkan bermitra dengan industri. Kemitraan bisa
dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan dosen, pembentukan kurikulum,
akreditasi, program magang, pembagian sumber daya hingga penyerapan lulusan.
“Nanti kita lihat ada beberapa
yang dikembangkan, beberapa program keahlian yang jadi prioritas. Paling tidak
ada empat, yaitu mesin, konstruksi, hospitality dan ekonomi kreatif,â€
pungkasnya.