29.4 C
Jakarta
Tuesday, October 8, 2024

Oil Spill Telah Terkumpul 4.803 Barrel di Karawang

Kapal Patroli Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard) KN. Alugara milik Pangkalan PLP
Kelas I Tanjung Priok terus melakukan pengamanan dan pengawasan tumpahan minyak
di Tanjung Karawang yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Direktur Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Ahmad menjelaskan, kapal KN. Alugara sebagai
salah satu kapal kelas satu dalam jajaran kapal patroli Indonesian Sea and
Coast Guard terlibat dalam pengamanan sebagai salah satu antisipasi jika ada
pihak-pihak luar yang dapat mengganggu kapal-kapal yang menggelar Oil Boom di
lokasi tumpahan minyak tersebut.

“Secara bergantian
kapal-kapal patroli Sea and Coast Guard dari pangkalan PLP Priok dan KSOP
Kepulauan Seribu melaksanakan pengawasan dan pengamanan di wilayah tumpahan
minyak tersebut,” ujar Ahmad saat melakukan pengecekan rutin di Posko Tumpahan
Minyak KSOP Kepulauan Seribu, Minggu (11/8).

Adapun Pangkalan PLP
Tanjung Priok menyiapkan 2 unit armada kapal kelas 1 dan kelas 2 yaitu KN.
Alugara dan KN. Jembio untuk bergantian melaksanakan pengawasan dan pengamanan
bersama dengan kapal-kapal kelas III KSOP Kepulauan Seribu.

“Dan untuk cadangan,
Pangkalan PLP Tanjung Priok juga menyiapkan 1 kapal kelas II yaitu KN. Kujang
yang saat ini berada di perairan Cirebon untuk setiap saat digerakkan ke lokasi
tumpahan minyak,” kata Ahmad.

Baca Juga :  Peserta BP Jamsostek yang di-PHK Berhak Dapat Kartu Prakerja

Ahmad menjelaskan,
KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu yang menjadi Mission Coordinator (MC) Tier 1
sesuai Perpres no. 109 tahun 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut harus melakukan pengawasan secara terus menerus
terhadap upaya penanganan kebocoran gas dan tumpahan minyak dari anjungan yang
dioperasikan PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di
Pantai Utara Jawa.

“Untuk penanganan
Offshore, hingga saat ini sudah melibatkan 46 kapal dan 937 orang personel yang
dikerahkan untuk mengatasi tumpahan minyak dan oil boom yang digunakan
sepanjang 5.700 meter,” jelas Ahmad.

Adapun total tumpahan
minyak yang dikumpulkan per tanggal 9 Agustus 2019 pukul 22.00 WIB secara
akumulatif adalah sebanyak 4.803,42 barrel.

Sementara untuk
penanganan di Onshore (darat), oil boom yang terpasang sepanjang 2.070 meter
dan personel yang terlibat sebanyak 2.856 orang yang terdiri dari KSOP
Kepulauan Seribu, OSCT, masyarakat sekitar, Pokwasmas, TNI dan Polri.

“Tumpahan minyak
terlihat di Pulau Rambut dan Pulau Untung Jawa yang masih dalam proses
pembersihan. Untuk Pulau Kelapa, Harapan, Pramuka, Tidung, Pari, Lancang, Ayer
dan Arco Ardjuna tidak ditemukan adanya tumpahan minyak,” terangnya.

Ditjen Perhubungan
Laut melalui KSOP Kepulauan Seribu juga akan melakukan pengawasan terhadap
penanganan kebocoran gas dan tumpahan minyak dengan mengerahkan sumber daya
baik personel maupun sarana prasarana yang ada. “Agar penyebaran tumpahan
minyak dapat dilokalisir dan cepat ditanggulangi,” bebernya

Baca Juga :  Fadli Zon: Sebelum Ibu Kota Dipindah Perbaiki Dulu Kemiskinan

Sementara itu, Kepala
Kantor KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu yang juga selaku Mission Coordinator (MC)
Tier 1, Capt. Herbert Marpaung menjelaskan bahwa selaku MC, ia
mengkoordinasikan seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan tumpahan minyak
termasuk pergerakan kapal dan personel.

Selain dukungan kapal
patroli Sea and Coast Guard, Kapal Negara Kenavigasian juga telah memasang 13
Buoy di sekitar lokasi kejadian tumpahan minyak dimana 1 buoy sebagai penanda
dan 12 buoy sebagai Static Oil Boom.

“Secara aktif Stasiun
Radio Pantai (SROP) Tanjung Priok menerbitkan Navigational Warning melalui
Navigation Telegram dan KSOP Kepulauan Seribu juga mengaktifkan pos pantau di
pulau-pulau yang berada di Kepulauan Seribu,” ujar Herbert

Herbert kembali lagi
menekankan bahwa KSOP Kepulauan Seribu selaku MC yang memegang fungsi
koordinasi dalam penanganan tumpahan minyak dimaksud.

“Dan sebagai bentuk
dukungan, KSOP Kepulauan Seribu memberikan kemudahan dan prioritas serta
percepatan perizinan untuk pergerakan kapal-kapal yang digunakan untuk
menanggulangi pencemaran minyak tersebut,” tukasnya. (jpg)

 

Kapal Patroli Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard) KN. Alugara milik Pangkalan PLP
Kelas I Tanjung Priok terus melakukan pengamanan dan pengawasan tumpahan minyak
di Tanjung Karawang yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Direktur Kesatuan
Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Ahmad menjelaskan, kapal KN. Alugara sebagai
salah satu kapal kelas satu dalam jajaran kapal patroli Indonesian Sea and
Coast Guard terlibat dalam pengamanan sebagai salah satu antisipasi jika ada
pihak-pihak luar yang dapat mengganggu kapal-kapal yang menggelar Oil Boom di
lokasi tumpahan minyak tersebut.

“Secara bergantian
kapal-kapal patroli Sea and Coast Guard dari pangkalan PLP Priok dan KSOP
Kepulauan Seribu melaksanakan pengawasan dan pengamanan di wilayah tumpahan
minyak tersebut,” ujar Ahmad saat melakukan pengecekan rutin di Posko Tumpahan
Minyak KSOP Kepulauan Seribu, Minggu (11/8).

Adapun Pangkalan PLP
Tanjung Priok menyiapkan 2 unit armada kapal kelas 1 dan kelas 2 yaitu KN.
Alugara dan KN. Jembio untuk bergantian melaksanakan pengawasan dan pengamanan
bersama dengan kapal-kapal kelas III KSOP Kepulauan Seribu.

“Dan untuk cadangan,
Pangkalan PLP Tanjung Priok juga menyiapkan 1 kapal kelas II yaitu KN. Kujang
yang saat ini berada di perairan Cirebon untuk setiap saat digerakkan ke lokasi
tumpahan minyak,” kata Ahmad.

Baca Juga :  Peserta BP Jamsostek yang di-PHK Berhak Dapat Kartu Prakerja

Ahmad menjelaskan,
KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu yang menjadi Mission Coordinator (MC) Tier 1
sesuai Perpres no. 109 tahun 2006 tentang Penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut harus melakukan pengawasan secara terus menerus
terhadap upaya penanganan kebocoran gas dan tumpahan minyak dari anjungan yang
dioperasikan PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di
Pantai Utara Jawa.

“Untuk penanganan
Offshore, hingga saat ini sudah melibatkan 46 kapal dan 937 orang personel yang
dikerahkan untuk mengatasi tumpahan minyak dan oil boom yang digunakan
sepanjang 5.700 meter,” jelas Ahmad.

Adapun total tumpahan
minyak yang dikumpulkan per tanggal 9 Agustus 2019 pukul 22.00 WIB secara
akumulatif adalah sebanyak 4.803,42 barrel.

Sementara untuk
penanganan di Onshore (darat), oil boom yang terpasang sepanjang 2.070 meter
dan personel yang terlibat sebanyak 2.856 orang yang terdiri dari KSOP
Kepulauan Seribu, OSCT, masyarakat sekitar, Pokwasmas, TNI dan Polri.

“Tumpahan minyak
terlihat di Pulau Rambut dan Pulau Untung Jawa yang masih dalam proses
pembersihan. Untuk Pulau Kelapa, Harapan, Pramuka, Tidung, Pari, Lancang, Ayer
dan Arco Ardjuna tidak ditemukan adanya tumpahan minyak,” terangnya.

Ditjen Perhubungan
Laut melalui KSOP Kepulauan Seribu juga akan melakukan pengawasan terhadap
penanganan kebocoran gas dan tumpahan minyak dengan mengerahkan sumber daya
baik personel maupun sarana prasarana yang ada. “Agar penyebaran tumpahan
minyak dapat dilokalisir dan cepat ditanggulangi,” bebernya

Baca Juga :  Fadli Zon: Sebelum Ibu Kota Dipindah Perbaiki Dulu Kemiskinan

Sementara itu, Kepala
Kantor KSOP Kelas IV Kepulauan Seribu yang juga selaku Mission Coordinator (MC)
Tier 1, Capt. Herbert Marpaung menjelaskan bahwa selaku MC, ia
mengkoordinasikan seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan tumpahan minyak
termasuk pergerakan kapal dan personel.

Selain dukungan kapal
patroli Sea and Coast Guard, Kapal Negara Kenavigasian juga telah memasang 13
Buoy di sekitar lokasi kejadian tumpahan minyak dimana 1 buoy sebagai penanda
dan 12 buoy sebagai Static Oil Boom.

“Secara aktif Stasiun
Radio Pantai (SROP) Tanjung Priok menerbitkan Navigational Warning melalui
Navigation Telegram dan KSOP Kepulauan Seribu juga mengaktifkan pos pantau di
pulau-pulau yang berada di Kepulauan Seribu,” ujar Herbert

Herbert kembali lagi
menekankan bahwa KSOP Kepulauan Seribu selaku MC yang memegang fungsi
koordinasi dalam penanganan tumpahan minyak dimaksud.

“Dan sebagai bentuk
dukungan, KSOP Kepulauan Seribu memberikan kemudahan dan prioritas serta
percepatan perizinan untuk pergerakan kapal-kapal yang digunakan untuk
menanggulangi pencemaran minyak tersebut,” tukasnya. (jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru