27.1 C
Jakarta
Friday, April 18, 2025

Efek Corona, Setengah Miliar Orang Berada di Jurang Kemiskinan

JAKARTA – Hampir setengah miliar orang berada di jurang kemiskinan
karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang disebabkan pandemi virus
Corona (Covid-19).

Organisasi badan amal Oxfam
menyatakan, pandemi corona dapat mendorong sekitar setengah miliar orang di
dunia ke dalam kemiskinan. Badan tersebut telah menghitung dampak krisis
terhadap kemiskinan global karena berkurangnya pendapatan atau konsumsi rumah
tangga.

“Krisis ekonomi akan lebih dalam
dari krisis keuangan global 2008. Perkiraan menunjukkan bahwa kemiskinan global
dapat meningkat untuk pertama kalinya sejak 1990,” ujar Oxfam dalam sebuah
pernyataan, Jumat (10/4).

Dalam laporannya, Oxfam
memperkirakan berbagai macam skenario, dengan mempertimbangkan berbagai garis
kemiskinan dari Bank Dunia. Mulai dari kemiskinan ekstrem yang didefinisikan
sebagai hidup dengan 1,90 dolar AS sehari atau kurang, hingga garis kemiskinan
yang lebih tinggi dengan penghasilan kurang dari 5,50 dolar AS sehari.

Di bawah skenario paling serius,
jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem akan meningkat 434 juta orang
menjadi 922 juta di seluruh dunia.

Skenario yang sama diperkirakan,
bahwa jumlah orang yang hidup di bawah ambang batas 5,50 dolar AS per hari naik
dari 548 juta orang menjadi hampir empat miliar.

Baca Juga :  Mensos Tri Rismaharini Dilaporkan ke Polisi

Perempuan lebih berisiko hidup
dalam kemiskinan ketimbang laki-laki karena mereka cenderung bekerja di sektor
informal. Sementara lebih dari dua miliar pekerja sektor informal di seluruh
dunia tidak memiliki akses asuransi kesehatan jika mereka sakit.

“Dalam hidup sehari-hari,
orang-orang termiskin tidak memiliki kemampuan untuk mengambil cuti kerja atau
untuk menimbun persediaan makanan,” ujar laporan Oxfam.

Untuk membantu mengurangi dampak
kemiskinan global akibat pandemi virus corona, Oxfam mengusulkan sejumlah
tindakan di antaranya memberikan bantuan tunai kepada orang-orang yang
membutuhkan.

Selain itu, Oxfam menyerukan,
keringanan utang bagi negara-negara miskin serta mendorong IMF untuk memberikan
bantuan. Penghasilan pajak dapat digunakan untuk meningkatkan anggaran yang
dibutuhkan.

Oxfam menyatakan, pada saat
krisis virus corona negara-negara kaya dapat menggelontorkan dana hingga
triliunan dolar untuk mendukung ekonomi mereka secara mandiri. Sementara,
krisis kesehatan di negara berkembang dapat berdampak pada kerugian ekonomi
yang lebih besar.

“Negara berkembang mampu
memerangi dampak kesehatan dan ekonomi. Namun krisis akan terus berlanjut dan
menimbulkan kerugian yang lebih besar dari negara kaya,” kata pernyataan
laporan Oxfam.

Seruan untuk membebaskan utang
telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena pandemi Covid-19 telah
mengguncang negara-negara berkembang di seluruh dunia.

Baca Juga :  Dirut Jasamarga Akui CCTV TKP Bentrokan Polri-FPI Tak Rusak

“Pemerintah di seluruh dunia
perlu memobilisasi setidaknya 2,5 triliun dolar AS untuk mendukung
negara-negara berkembang,” ujar Oxfam.

Sementara itu, berdasarkan data
Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins yang dilansir Jumat (10/4), kasus
virus corona di seluruh dunia sampai hari ini dilaporkan sudah mencapai
1.600.427 orang. Sedangkan orang yang sembuh dari virus corona mencapai
354,464. Adapun yang meninggal tercatat mencapai 95,699.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat saat ini ada 1,439,516 kasus virus corona di dunia. Dari jumlah
tersebut, 85.711 orang dinyatakan meninggal.

Jumlah kasus virus corona di AS
masih menjadi yang tertinggi di dunia. Yaitu mencapai 465.329 menurut data
Johns Hopkins. Akan tetapi, jumlah korban meninggal akibat virus corona berada
di Italia yang mencapai 18.279 orang.

Sedangkan Spanyol berada dalam
urutan kedua korban meninggal akibat virus corona di dunia, yaitu mencapai
15.447 orang.

Di kawasan Asia Tenggara,
Malaysia menjadi negara dengan kasus virus corona terbesar yakni sebanyak 4.228
orang. Jumlah korban meninggal mencapai 67 orang, sedangkan yang sembuh berjumlah
1.608 orang.

JAKARTA – Hampir setengah miliar orang berada di jurang kemiskinan
karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang disebabkan pandemi virus
Corona (Covid-19).

Organisasi badan amal Oxfam
menyatakan, pandemi corona dapat mendorong sekitar setengah miliar orang di
dunia ke dalam kemiskinan. Badan tersebut telah menghitung dampak krisis
terhadap kemiskinan global karena berkurangnya pendapatan atau konsumsi rumah
tangga.

“Krisis ekonomi akan lebih dalam
dari krisis keuangan global 2008. Perkiraan menunjukkan bahwa kemiskinan global
dapat meningkat untuk pertama kalinya sejak 1990,” ujar Oxfam dalam sebuah
pernyataan, Jumat (10/4).

Dalam laporannya, Oxfam
memperkirakan berbagai macam skenario, dengan mempertimbangkan berbagai garis
kemiskinan dari Bank Dunia. Mulai dari kemiskinan ekstrem yang didefinisikan
sebagai hidup dengan 1,90 dolar AS sehari atau kurang, hingga garis kemiskinan
yang lebih tinggi dengan penghasilan kurang dari 5,50 dolar AS sehari.

Di bawah skenario paling serius,
jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem akan meningkat 434 juta orang
menjadi 922 juta di seluruh dunia.

Skenario yang sama diperkirakan,
bahwa jumlah orang yang hidup di bawah ambang batas 5,50 dolar AS per hari naik
dari 548 juta orang menjadi hampir empat miliar.

Baca Juga :  Mensos Tri Rismaharini Dilaporkan ke Polisi

Perempuan lebih berisiko hidup
dalam kemiskinan ketimbang laki-laki karena mereka cenderung bekerja di sektor
informal. Sementara lebih dari dua miliar pekerja sektor informal di seluruh
dunia tidak memiliki akses asuransi kesehatan jika mereka sakit.

“Dalam hidup sehari-hari,
orang-orang termiskin tidak memiliki kemampuan untuk mengambil cuti kerja atau
untuk menimbun persediaan makanan,” ujar laporan Oxfam.

Untuk membantu mengurangi dampak
kemiskinan global akibat pandemi virus corona, Oxfam mengusulkan sejumlah
tindakan di antaranya memberikan bantuan tunai kepada orang-orang yang
membutuhkan.

Selain itu, Oxfam menyerukan,
keringanan utang bagi negara-negara miskin serta mendorong IMF untuk memberikan
bantuan. Penghasilan pajak dapat digunakan untuk meningkatkan anggaran yang
dibutuhkan.

Oxfam menyatakan, pada saat
krisis virus corona negara-negara kaya dapat menggelontorkan dana hingga
triliunan dolar untuk mendukung ekonomi mereka secara mandiri. Sementara,
krisis kesehatan di negara berkembang dapat berdampak pada kerugian ekonomi
yang lebih besar.

“Negara berkembang mampu
memerangi dampak kesehatan dan ekonomi. Namun krisis akan terus berlanjut dan
menimbulkan kerugian yang lebih besar dari negara kaya,” kata pernyataan
laporan Oxfam.

Seruan untuk membebaskan utang
telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena pandemi Covid-19 telah
mengguncang negara-negara berkembang di seluruh dunia.

Baca Juga :  Dirut Jasamarga Akui CCTV TKP Bentrokan Polri-FPI Tak Rusak

“Pemerintah di seluruh dunia
perlu memobilisasi setidaknya 2,5 triliun dolar AS untuk mendukung
negara-negara berkembang,” ujar Oxfam.

Sementara itu, berdasarkan data
Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins yang dilansir Jumat (10/4), kasus
virus corona di seluruh dunia sampai hari ini dilaporkan sudah mencapai
1.600.427 orang. Sedangkan orang yang sembuh dari virus corona mencapai
354,464. Adapun yang meninggal tercatat mencapai 95,699.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat saat ini ada 1,439,516 kasus virus corona di dunia. Dari jumlah
tersebut, 85.711 orang dinyatakan meninggal.

Jumlah kasus virus corona di AS
masih menjadi yang tertinggi di dunia. Yaitu mencapai 465.329 menurut data
Johns Hopkins. Akan tetapi, jumlah korban meninggal akibat virus corona berada
di Italia yang mencapai 18.279 orang.

Sedangkan Spanyol berada dalam
urutan kedua korban meninggal akibat virus corona di dunia, yaitu mencapai
15.447 orang.

Di kawasan Asia Tenggara,
Malaysia menjadi negara dengan kasus virus corona terbesar yakni sebanyak 4.228
orang. Jumlah korban meninggal mencapai 67 orang, sedangkan yang sembuh berjumlah
1.608 orang.

Terpopuler

Artikel Terbaru