28.3 C
Jakarta
Wednesday, April 9, 2025

Virus Flu Babi Jenis Baru Berpotensi Menular ke Manusia

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Virus flu babi jenis baru dengan varian
genotipe 4 (G4) EA H1N1 berpotensi menular ke manusia. Sebab virus G4 dapat
melekat pada reseptor yang mirip dengan manusia pada lapisan saluran pernapasan
manusia.

Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) meminta masyarakat mewaspadai ancaman virus flu babi G4 EA H1N1 yang
berpotensi menjadi pandemi.

“Jadi sebenarnya kita tidak perlu
takut di sini terhadap virus G4, tapi yang perlu kita lakukan adalah
kewaspadaan. Sebab virus ini bisa menjadi potensi pandemi?,” katanya dalam
telekonferensi melalui Zoom dari Kemenkes, Jakarta, Kamis (9/7).

Dikatakannya, ada beberapa alasan
yang memungkinkan virus tersebut berpotensi menjadi pandemi. Misalnya, virus
itu sudah beredar di populasi babi China dengan varian paling umum dari virus
flu EA H1N1 adalah strain genotipe 1 (G1). Namun kemudian strain tersebut
bermutasi dan muncul genotipe 4 (G4).

Lalu, lanjutnya, berdasarkan
hasil penelitian virus G4 dapat melekat pada reseptor yang mirip dengan manusia
pada lapisan saluran pernapasan manusia. Kemudian menyerang di bagian atas
saluran napas manusia, yaitu di bagian trakea. Virus itu kemudian dapat menuju
paru-paru yang dikhawatirkan akan terjadi kesulitan bernapas bila terinfeksi.

“Selain bisa menuju paru-paru
manusia, virus G4 dapat juga menginfeksi sel epitel pada saluran napas manusia.
Sel-sel yang biasanya melapisi bronkus dan alveoli manusia berhasil diinfeksi dengan
virus G4. Itu menurut hasil laporan penelitian di laboratorium,” terangnya.

Baca Juga :  Panglima TNI Pimpin Pencarian Kapal Selam Nanggala 402

Ditambahkannya, setelah masuk ke
sel-sel manusia, virus baru itu berkembang biak dan menyebar di sana.

Hewan sejenis musang yang
terinfeksi G4 dapat menularkan virus tersebut melalui tetesan air liur atau
kontak langsung. “Jadi virus G4 ini kita tahu dari babi, yang kemudian babi ini
adalah hewan ternak, tetapi kita juga melihat babi ini ada babi yang sifatnya
babi liar. Babi liar ini yang mungkin menjadi pembawa atau penular satwa liar
lainya, termasuk musang,” kata Nadia lagi.

Dilanjutkan Nadia, musang yang
terinfeksi virus G4 dapat menular ke hewan lainnya maupun kemungkinan pada
manusia. “Walaupun memang belum ditemukan, tapi artinya penularan ini bisa
terjadi karena melalui tetesan air liur yang berupa droplet,” ungkapnya.

Dia juga menjelaskan, bahwa virus
G4 tidak dapat diproteksi dengan vaksin flu yang sudah ada. Sebab strainnya
berbeda. Namun, dengan sudah ditemukannya vaksin flu H1N1, maka upaya untuk
menemukan vaksin virus G4 akan lebih mudah.

Sejauh ini, Nadia mencatat belum
ada penularan yang terjadi antara manusia ke manusia. “Yang terjadi adalah
penularan G4 ini berasal dari babi yang kemudian menular kepada manusia ataupun
peternaknya ataupun orang yang bekerja pada peternakan babi yang ada di situ,”
katanya.

Selain itu, dia juga mengatakan
virus G4 yang menyerang sistem pernapasan manusia ini belum masuk ke Indonesia.
Namun, Kemenkes meminta masyarakat tetap waspada mengingat jumlah peternakan
babi di beberapa provinsi cukup banyak.

Baca Juga :  Aisyiyah Milad ke-103, Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah

“Belum terlapor ada virus (di
Indonesia) baik di babi juga manusia,” katanya.

Disampaikannya, ada sekitar 7
juta peternakan babi yang tercatat di Kementerian Pertanian. Beberapa
peternakan besar tersebar di sekitar enam provinsi. Nusa Tenggara Timur jadi
provinsi terbanyak dengan jumlah 2,5 juta ekor babi. Tapi diyakini, jumlah tersebut
bisa saja lebih banyak.

“Kita tahu babi dipelihara dan
diternakkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Ini mungkin agak sulit
untuk mendata berapa jumlah babi yang diternakkan masyarakat,” katanya.

Nadia juga menyampaikan,
masyarakat harus menjaga kebersihan ternak babi sebagai upaya pencegahan virus
G4. “Nah, ini yang jadi kewaspadaan kita untuk mencegah adannya kemungkinan
penularan atau berkembangnya penularan dari manusia ke manusia,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian
(Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat rapat dengan DPR mengatakan pihaknya telah
melakukan uji coba vaksin pencegahan African Swine Fever (ASF) atau virus Demam
Babi Afrika. “Mengenai flu babi, tidak betul kalau dikatakan riset kita enggak
jalan. Vaksin-vaksin ini sudah diuji coba di lapangan,” katanya.

Ditambahkan Kepala Balai Besar
Veteriner, Kementerian Pertanian Indi Dharmayanti, riset penemuan vaksin
tersebut hingga saat ini masih dilakukan antara Balitbangtan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan.

“Kami masih mengerjakan vaksin
untuk ASF, bekerja sama dengan Ditjen PKH, karena memang vaksin ini sulit untuk
ditumbuhkan di sini, tetapi kita sudah ada arah ke sana. Jadi kita tidak
melupakan tupoksi kami,” kata Indi.

JAKARTA, KALTENGPOS.CO – Virus flu babi jenis baru dengan varian
genotipe 4 (G4) EA H1N1 berpotensi menular ke manusia. Sebab virus G4 dapat
melekat pada reseptor yang mirip dengan manusia pada lapisan saluran pernapasan
manusia.

Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) meminta masyarakat mewaspadai ancaman virus flu babi G4 EA H1N1 yang
berpotensi menjadi pandemi.

“Jadi sebenarnya kita tidak perlu
takut di sini terhadap virus G4, tapi yang perlu kita lakukan adalah
kewaspadaan. Sebab virus ini bisa menjadi potensi pandemi?,” katanya dalam
telekonferensi melalui Zoom dari Kemenkes, Jakarta, Kamis (9/7).

Dikatakannya, ada beberapa alasan
yang memungkinkan virus tersebut berpotensi menjadi pandemi. Misalnya, virus
itu sudah beredar di populasi babi China dengan varian paling umum dari virus
flu EA H1N1 adalah strain genotipe 1 (G1). Namun kemudian strain tersebut
bermutasi dan muncul genotipe 4 (G4).

Lalu, lanjutnya, berdasarkan
hasil penelitian virus G4 dapat melekat pada reseptor yang mirip dengan manusia
pada lapisan saluran pernapasan manusia. Kemudian menyerang di bagian atas
saluran napas manusia, yaitu di bagian trakea. Virus itu kemudian dapat menuju
paru-paru yang dikhawatirkan akan terjadi kesulitan bernapas bila terinfeksi.

“Selain bisa menuju paru-paru
manusia, virus G4 dapat juga menginfeksi sel epitel pada saluran napas manusia.
Sel-sel yang biasanya melapisi bronkus dan alveoli manusia berhasil diinfeksi dengan
virus G4. Itu menurut hasil laporan penelitian di laboratorium,” terangnya.

Baca Juga :  Panglima TNI Pimpin Pencarian Kapal Selam Nanggala 402

Ditambahkannya, setelah masuk ke
sel-sel manusia, virus baru itu berkembang biak dan menyebar di sana.

Hewan sejenis musang yang
terinfeksi G4 dapat menularkan virus tersebut melalui tetesan air liur atau
kontak langsung. “Jadi virus G4 ini kita tahu dari babi, yang kemudian babi ini
adalah hewan ternak, tetapi kita juga melihat babi ini ada babi yang sifatnya
babi liar. Babi liar ini yang mungkin menjadi pembawa atau penular satwa liar
lainya, termasuk musang,” kata Nadia lagi.

Dilanjutkan Nadia, musang yang
terinfeksi virus G4 dapat menular ke hewan lainnya maupun kemungkinan pada
manusia. “Walaupun memang belum ditemukan, tapi artinya penularan ini bisa
terjadi karena melalui tetesan air liur yang berupa droplet,” ungkapnya.

Dia juga menjelaskan, bahwa virus
G4 tidak dapat diproteksi dengan vaksin flu yang sudah ada. Sebab strainnya
berbeda. Namun, dengan sudah ditemukannya vaksin flu H1N1, maka upaya untuk
menemukan vaksin virus G4 akan lebih mudah.

Sejauh ini, Nadia mencatat belum
ada penularan yang terjadi antara manusia ke manusia. “Yang terjadi adalah
penularan G4 ini berasal dari babi yang kemudian menular kepada manusia ataupun
peternaknya ataupun orang yang bekerja pada peternakan babi yang ada di situ,”
katanya.

Selain itu, dia juga mengatakan
virus G4 yang menyerang sistem pernapasan manusia ini belum masuk ke Indonesia.
Namun, Kemenkes meminta masyarakat tetap waspada mengingat jumlah peternakan
babi di beberapa provinsi cukup banyak.

Baca Juga :  Aisyiyah Milad ke-103, Ini Pesan Ketum PP Muhammadiyah

“Belum terlapor ada virus (di
Indonesia) baik di babi juga manusia,” katanya.

Disampaikannya, ada sekitar 7
juta peternakan babi yang tercatat di Kementerian Pertanian. Beberapa
peternakan besar tersebar di sekitar enam provinsi. Nusa Tenggara Timur jadi
provinsi terbanyak dengan jumlah 2,5 juta ekor babi. Tapi diyakini, jumlah tersebut
bisa saja lebih banyak.

“Kita tahu babi dipelihara dan
diternakkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Ini mungkin agak sulit
untuk mendata berapa jumlah babi yang diternakkan masyarakat,” katanya.

Nadia juga menyampaikan,
masyarakat harus menjaga kebersihan ternak babi sebagai upaya pencegahan virus
G4. “Nah, ini yang jadi kewaspadaan kita untuk mencegah adannya kemungkinan
penularan atau berkembangnya penularan dari manusia ke manusia,” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian
(Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat rapat dengan DPR mengatakan pihaknya telah
melakukan uji coba vaksin pencegahan African Swine Fever (ASF) atau virus Demam
Babi Afrika. “Mengenai flu babi, tidak betul kalau dikatakan riset kita enggak
jalan. Vaksin-vaksin ini sudah diuji coba di lapangan,” katanya.

Ditambahkan Kepala Balai Besar
Veteriner, Kementerian Pertanian Indi Dharmayanti, riset penemuan vaksin
tersebut hingga saat ini masih dilakukan antara Balitbangtan dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan.

“Kami masih mengerjakan vaksin
untuk ASF, bekerja sama dengan Ditjen PKH, karena memang vaksin ini sulit untuk
ditumbuhkan di sini, tetapi kita sudah ada arah ke sana. Jadi kita tidak
melupakan tupoksi kami,” kata Indi.

Terpopuler

Artikel Terbaru