Site icon Prokalteng

Matematikawan Prof Hadi Sebut Sains Sosial di Indonesia Tak Berkembang

matematikawan-prof-hadi-sebut-sains-sosial-di-indonesia-tak-berkembang

Matematikawan Indonesia Prof Hadi Susanto
menjelaskan sains tidak hanya terbatas pada kimia, biologi, dan fisika. Menurut
dia sains juga ada di rumpun sosial. Sayangnya dia menilai sains sosial di
Indonesia tidak berkembang saat ini.

Komentar itu dia sampaikan saat mengisi
seminar online yang digelar oleh Majalah Mata Air bertajuk Bagaimana Membentuk
Komunitas Sains pada Masyarakat Muslim Dunia Sabtu (9/5). Hadi menyampaikan
bahannya langsung dari Abu Dhabi. Saat ini dia mengajar di Khalifa University,
Uni Emirat Arab.

Dia menuturkan sains sosial di Indonesia tidak
berkembang karena belum mendapatkan penghargaan yang seharusnya. ’’Kenapa
sosial sains tidak dihargai? Karena pengetahuan kita di hard saja,’’ jelasnya.
Menurut dia, di Indonesia yang dihargai masih pengetahuan di bidang teknik atau
engineering. Kondisi itu menurutnya bukan salah siapa-siapa. Tetapi salah kita
semuanya.

Hadi mencontohkan ketika ada anak yang pintar,
orang tua berbondong-bondong menyekolahkan di rumpun teknik. Tidak ada yang
mengarahkan ke sains sosial. Padahal menurut dia sains sosial juga sangat
penting untuk kehidupan sehari-hari.

Dia mencontohkan pada saat pandemi Covid-19
saat ini, pemerintah meminta masyarakat tidak mudik. ’’Bagi orang-orang teknik
atau matematika, komunikasinya ya hanya tulisan dilarang mudik,’’ jelasnya.
Namun bagi ahli sains sosial, komunikasi untuk meminta masyarakat tidak mudik
bisa dilakukan dengan banyak cara. Dan hasilnya bisa lebih efektif ketimbang
sekadar tulisan dilarang mudik saja.

Hadi kemudian menyampaikan pesan bagaimana
menumbuhkan kecintaan anak-anak atau murid terhadap sains. ’’Saya sampaikan
satu cara yang paling mudah dilakukan bagi orang tua dan guru,’’ katanya. Untuk
level dasar, seperti di usia SD, menumbuhkan sains yang paling penting adalah
disampaikan dengan rasa cinta. Bukan malah mengedepankan teori.

Dia prihatin ketika ada guru-guru di sekolah
yang mengajar mata pelajaran tidak sesuai dengan kompetensinya. Misalnya guru
bahasa Indonesia mengajarkan matematika atau sebaliknya. Sebab guru harus
mempunyai kecintaan terhadap mata pelajaran sesuai bidangnya. Baru kemudian
murid bisa merasakan semangat cinta itu.

Sebagai matematikawan, Hadi mencontohkan untuk
mata pelajaran matematika bukan mengutamakan pelajaran angka-angka. Tetapi
lebih dari itu inti matematika adalah logika. ’’Belajar matematika bukan supaya
bisa ngitung. Tetapi mengambil kesimpulan yang logis dan masuk akal,’’
jelasnya. Menurutnya jika pesan inti dari belajar matematika itu tidak
tersampaikan kepada siswa, akan bahaya.

Seminar nasional itu menghadirkan guru dan
masyarakat umum. Total diikuti oleh 430 orang partisipan. Guru yang ikut serta
diantaranya berasal dari sepuluh sekolah mitra kerja dari Eduversal. Pemimpin
Redaksi Majalah Mata Air Astri Kartini Alafta juga ikut bergabung dalam seminar
yang berlangsung sekitar satu jam itu. 

Exit mobile version