25.4 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Waspada ! Tren Penularan Virus Korona Muncul di Dalam Keluarga

SETELAH klaster perkantoran dan
pasar, sekarang tren penularan virus Korona muncul di dalam keluarga. Sejak
dibukanya kembali semua aktivitas dalam Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), segala
aktivitas sudah kembali normal namun tanpa diikuti protokol kesehatan yang
disiplin.

Apa
itu klaster keluarga? Dalam talkshow di Graha BNPB, secara daring,

Sekjen
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDP) dr. Erlang
Samoedro SpP(K) mengatakan

klaster
keluarga ini ditandai dengan penularan di dalam satu keluarga ada beberapa
kasus. Pemicunya adalah anggota keluarga yang sering ke luar rumah.

“Biasanya
sih yang mulai dulu, ya dari luar, atau ibu bapaknya bekerja kemudian membawa
pulang

virus,
kemudian ke luar membawa anak, kemudian masuk ke keluarga dan terjadi transmisi
di keluarga,” katanya, Senin (7/9).

Baca Juga :  BNPB: 43 Orang Tewas Akibat Bencana Banjir dan Longsor di Jabodetabek

Atau
bisa juga penularan terjadi dari anak-anak yang main di sekitar keluarga, di
sekitar lingkungan. Lalu mereka pulang membawa virus dan menulari ke yang lain,
itu yang terjadi.

“Ini
akibat karena semua kegiatan sudah dibebaskan, jadi orang beraktivitas sudah
seperti biasa, dan lagi-lagi kadang-kadang tidak sadar bahwa dia terinfeksi
oleh lingkungan sekitar, dari kantor, teman, atau lagi bersosialisasi, itu yang
menjadi masalah,” tukas dr. Elang.

Lalu
mengapa klaster keluarga bahaya?

Menurut
dr. Elang, klaster keluarga membahayakan karena kadang kita bawa sesuatu virus
ke dalam rumah. Di dalam rumah bisa terdiri dari anak, anak kecil, orang tua,
yang potensi terjadinya sesuatu yang lebih buruk bisa terjadi.

“Jadi
kelompok rentan kadang ada di keluarga seperti orang tua lansia, anak, bayi,
balita,” katanya.

Baca Juga :  Polemik Ekspor Benih Lobster, Begini Respon Presiden

Ada
beberapa kelompok rentan yang mudah tertular. Jika sudah tertular maka akan
fatal karena mortalitasnya lebih tinggi. Yakni mereka yang lansia, punya
penyakit komorbid, diabetes, hipertensi.

“Itu
sangat rentan terinfeksi dan rentan teerjadi perburukan atau meninggal.
Terakhir adalah anak-anak, rentan terinfeksi,” jelasnya.

Cara
mencegahnya

Dia
menyarankan untuk mengidentifiikasi anggota keluarga di rumah misalnya ada yang
pergi ke kantor. Lalu bebersih dulu usai pulang dari kantor.

“Makan
makanan bergizi yang baik, olahraga, cukup istirahat. Zaran untuk deteksi awal,
ketika kita merasa ada gejala, ada demam, batuk, pilek nyeri badan, nyeri otot,
diare, cepat ke layanan kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut apakah terkena
atau tidak,” tandasnya.

SETELAH klaster perkantoran dan
pasar, sekarang tren penularan virus Korona muncul di dalam keluarga. Sejak
dibukanya kembali semua aktivitas dalam Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), segala
aktivitas sudah kembali normal namun tanpa diikuti protokol kesehatan yang
disiplin.

Apa
itu klaster keluarga? Dalam talkshow di Graha BNPB, secara daring,

Sekjen
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDP) dr. Erlang
Samoedro SpP(K) mengatakan

klaster
keluarga ini ditandai dengan penularan di dalam satu keluarga ada beberapa
kasus. Pemicunya adalah anggota keluarga yang sering ke luar rumah.

“Biasanya
sih yang mulai dulu, ya dari luar, atau ibu bapaknya bekerja kemudian membawa
pulang

virus,
kemudian ke luar membawa anak, kemudian masuk ke keluarga dan terjadi transmisi
di keluarga,” katanya, Senin (7/9).

Baca Juga :  BNPB: 43 Orang Tewas Akibat Bencana Banjir dan Longsor di Jabodetabek

Atau
bisa juga penularan terjadi dari anak-anak yang main di sekitar keluarga, di
sekitar lingkungan. Lalu mereka pulang membawa virus dan menulari ke yang lain,
itu yang terjadi.

“Ini
akibat karena semua kegiatan sudah dibebaskan, jadi orang beraktivitas sudah
seperti biasa, dan lagi-lagi kadang-kadang tidak sadar bahwa dia terinfeksi
oleh lingkungan sekitar, dari kantor, teman, atau lagi bersosialisasi, itu yang
menjadi masalah,” tukas dr. Elang.

Lalu
mengapa klaster keluarga bahaya?

Menurut
dr. Elang, klaster keluarga membahayakan karena kadang kita bawa sesuatu virus
ke dalam rumah. Di dalam rumah bisa terdiri dari anak, anak kecil, orang tua,
yang potensi terjadinya sesuatu yang lebih buruk bisa terjadi.

“Jadi
kelompok rentan kadang ada di keluarga seperti orang tua lansia, anak, bayi,
balita,” katanya.

Baca Juga :  Polemik Ekspor Benih Lobster, Begini Respon Presiden

Ada
beberapa kelompok rentan yang mudah tertular. Jika sudah tertular maka akan
fatal karena mortalitasnya lebih tinggi. Yakni mereka yang lansia, punya
penyakit komorbid, diabetes, hipertensi.

“Itu
sangat rentan terinfeksi dan rentan teerjadi perburukan atau meninggal.
Terakhir adalah anak-anak, rentan terinfeksi,” jelasnya.

Cara
mencegahnya

Dia
menyarankan untuk mengidentifiikasi anggota keluarga di rumah misalnya ada yang
pergi ke kantor. Lalu bebersih dulu usai pulang dari kantor.

“Makan
makanan bergizi yang baik, olahraga, cukup istirahat. Zaran untuk deteksi awal,
ketika kita merasa ada gejala, ada demam, batuk, pilek nyeri badan, nyeri otot,
diare, cepat ke layanan kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut apakah terkena
atau tidak,” tandasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru