25.6 C
Jakarta
Thursday, April 3, 2025

Karhutla Menyebar di 1.233 Titik

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan peningkatan bahaya kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) pada awal September 2019.

Plt. Kapusdatin dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengungkapkan bahwa pihaknya
memang memprediksi bahwa September akan menjadi puncak dari resiko Karhutla.
“Memang ketika kemarau mencapai puncak, dan curah hujan menurun, jumlah hotspot
pasti akan meningkat,” kata Agus kemarin (6/9).

Berdasarkan laporan dari lapangan
per 6 September 2019 pukul 16.00 WIB, jumlah titik panas meroket hingga 1.233
titik. Sangat tinggi untuk rata-rata dua bulan terakhir. Enam Provinsi yang
mengalami darurat Karhutla yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, Tengah dan Selatan terpapar asap dengan tingkatan sedang hingga pekat.

Kualitas udara dalam parameter PM
2,5 menunjukkan angka rata-rata diatas 100 dengan kategori tidak sehat. Bahkan
di Kalimantan Barat, indeks PM 2,5 sudah menyentuh angka 215 dengan kategori
sangat tidak sehat atau satu tingkat dibawah berbahaya.

Baca Juga :  10.551 Orang Dinyatakan Positif Covid-19, Pasien Didominasi Pria

Agus mengatakan, selain jutaan
liter air yang telah dijatuhkan dalam operasi water bombing sejak Juli lalu,
operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga telah dilakukan. Di Riau, 157
ribu ton bahan semai telah disebar di awan. Sementara di Sumatera Selatan, 1,6
ton bahan semai sudah disebar di awan. Agus menjelaskan, berdasarkan Data,
sebaran hotspot pada 5 hingga 6 September 2019 terus mendaki naik melampaui
angka 6.500 titik. Semakin mendekati rekor hotspot pada saat bencana Karhutla
pada tahun 2015 yang hampir mencapai 7.500 titik panas.

Sementara itu, Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai
terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lima provinsi yakni Jambi,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

“Waspada potensi kebakaran hutan
dan lahan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Muaro Jambi,” demikian peringatan
dini BMKG.

Baca Juga :  Menkes Usulkan Subsidi Iuran BPJS Kesehatan Juga Untuk Kelas III Mandi

Sementara untuk Provinsi Sumatera
Selatan, BMKG memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati karena mudah terjadi
karhutla di sebagian wilayahnya. Institusi itu juga memberi peringatan dini
akan peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban udara di Provinsi
Kalimantan Barat yang dapat memicu mudahnya kebakaran hutan dan lahan.

BMKG dalam lamannya meminta
masyarakat Kalimantan Selatan untuk waspada potensi karhutla di seluruh wilayah
tersebut. Selain itu, karhutla juga rawan terjadi di Provinsi Kalimantan
Tengah. Cuaca di sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah diprediksi BMKG akan
diselimuti asap yakni Kasongan, Kuala Kapuas, Palangkaraya, dan Pulangpisau.

“Waspada potensi penurunan
kualitas udara akibat peningkatan polusi udara yang berasal dari kebakaran
hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Tengah,” demikian peringatan tersebut. (ful/fin/kpc)

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan peningkatan bahaya kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) pada awal September 2019.

Plt. Kapusdatin dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengungkapkan bahwa pihaknya
memang memprediksi bahwa September akan menjadi puncak dari resiko Karhutla.
“Memang ketika kemarau mencapai puncak, dan curah hujan menurun, jumlah hotspot
pasti akan meningkat,” kata Agus kemarin (6/9).

Berdasarkan laporan dari lapangan
per 6 September 2019 pukul 16.00 WIB, jumlah titik panas meroket hingga 1.233
titik. Sangat tinggi untuk rata-rata dua bulan terakhir. Enam Provinsi yang
mengalami darurat Karhutla yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, Tengah dan Selatan terpapar asap dengan tingkatan sedang hingga pekat.

Kualitas udara dalam parameter PM
2,5 menunjukkan angka rata-rata diatas 100 dengan kategori tidak sehat. Bahkan
di Kalimantan Barat, indeks PM 2,5 sudah menyentuh angka 215 dengan kategori
sangat tidak sehat atau satu tingkat dibawah berbahaya.

Baca Juga :  10.551 Orang Dinyatakan Positif Covid-19, Pasien Didominasi Pria

Agus mengatakan, selain jutaan
liter air yang telah dijatuhkan dalam operasi water bombing sejak Juli lalu,
operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga telah dilakukan. Di Riau, 157
ribu ton bahan semai telah disebar di awan. Sementara di Sumatera Selatan, 1,6
ton bahan semai sudah disebar di awan. Agus menjelaskan, berdasarkan Data,
sebaran hotspot pada 5 hingga 6 September 2019 terus mendaki naik melampaui
angka 6.500 titik. Semakin mendekati rekor hotspot pada saat bencana Karhutla
pada tahun 2015 yang hampir mencapai 7.500 titik panas.

Sementara itu, Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai
terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lima provinsi yakni Jambi,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

“Waspada potensi kebakaran hutan
dan lahan di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, Kabupaten Batanghari, dan Kabupaten Muaro Jambi,” demikian peringatan
dini BMKG.

Baca Juga :  Menkes Usulkan Subsidi Iuran BPJS Kesehatan Juga Untuk Kelas III Mandi

Sementara untuk Provinsi Sumatera
Selatan, BMKG memperingatkan masyarakat untuk berhati-hati karena mudah terjadi
karhutla di sebagian wilayahnya. Institusi itu juga memberi peringatan dini
akan peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban udara di Provinsi
Kalimantan Barat yang dapat memicu mudahnya kebakaran hutan dan lahan.

BMKG dalam lamannya meminta
masyarakat Kalimantan Selatan untuk waspada potensi karhutla di seluruh wilayah
tersebut. Selain itu, karhutla juga rawan terjadi di Provinsi Kalimantan
Tengah. Cuaca di sejumlah kabupaten di Kalimantan Tengah diprediksi BMKG akan
diselimuti asap yakni Kasongan, Kuala Kapuas, Palangkaraya, dan Pulangpisau.

“Waspada potensi penurunan
kualitas udara akibat peningkatan polusi udara yang berasal dari kebakaran
hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Tengah,” demikian peringatan tersebut. (ful/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru