PT Perusahaan Listrik
Negara atau PLN (Persero) membeberkan penyebab padamnya listrik di sebagian
wilayah Jawa pada Minggu (3/8) siang sampai dengan Senin (4/8) hari ini. PLN
memastikan insiden pemadaman merupakan masalah teknis. Mereka juga membantah
adanya sabotase ataupun campur tangan teroris sebagaimana yang tersebar di
media sosial.
Penegasan itu
disampaikan oleh Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani saat dikofirmasi
awak media usai menggelar rapat terbuka dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
yang didampingi oleh sejumlah jajaran kabinet Indonesia Kerja. Kepada awak
media, dia memastikan informasi tersebut salah.
“Hari ini saya
pastikan bukan masalah sabotase, ini murni teknis,†kata Sripeni di Kantor PLN,
Kebayoran, Jakarta, Senin (5/8).
Lantas bagaimana
kejadian sebenarnya, Sripeni menyatakan, awal mula pemadaman listrik karena
adanya gangguan pada transmisi sikuit satu di wilayah Utara. Yakni, Saluran
Udara Tengangan Extra Tinggi (SUTET) Ungaran dan Pemalang yang putus. Alhasil,
listrik yang mengaliri wilayah Jawa-Bali menjadi terganggu.
Sebagaimana diketahui,
saat ini pasokan listrik wilayah Jawa-Bali ditopang oleh dua jaringan yang
berasal dari Utara dan Selatan. Baik daerah Selatan dan Utara masing-masing
memiliki dua sirkuit. Sayangnya saat jaringan Utara sedang putus, PLN lagi
melakukan pemeliharaan satu sirkuit yang berada di jaringan Selatan.
Di dalam kondisi
kesiapan daya tampung sirkuit yang terbatas, jaringan Selatan mendapatkan
luapan daya listrik dari area Timur akibat putusnya jaringan di Utara. Sripeni
mengatakan, luapan listrik tersebut membuat sistem jaringan listrik di wilayah
Selatan ikut terganggu.
“Saat terjadi dua
sirkuit Utara dilepas, kemudian daya dari Timur masuk ke jalur selatan, ini
menyebabkan goncangan sistem. Nah goncangan ini tidak baik. Goncangan ini kalau
dibiarkan maka pembangkit-pembangkit yang masih normal beroperasi bisa lepas.
Karena itu, secara proteksi kesisteman, (wilayah Selatan ikut) melepaskan diri
ini dan putus,†terangnya.
Putusnya jaringan
listrik di wilayah Selatan dan Utara ini membuat aliran listrik yang terpasok
untuk ke Barat menjadi ikut tersendat. Lama-kelamaan jaringan pembangkit
listrik wilayah Barat pun daya listriknya semakin melemah dan ikut terlepas.
Alhasil pada Minggu (4/8) kemarin, sebagian daerah di wilayah Jawa listriknya
padam. Hanya pembangkit wilayah yang menggunakan Jaringan Timur yang beroperasi
normal.
“Pembangkit-pembangkit
yang terhubung secara keamanan itu sudah melepaskan diri otomatis. Karena ini
merupakan perlindungan terhadap mesin-mesin pembangkit tadi. Ini SOPnya.
Kemudian itu (banyak) lepas-lepas-lepas sehingga terjadi pemadaman,†terangnya.
Nah untuk menghidupkan
lagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di setiap wilayah jaringan tersebut
dibutuhkan waktu yang lama. Istilahnya, ada tahapan cold start. Artinya PLTU
yang telah terlalu lama tidak terhubung akan beroperasi lagi dari posisi dingin
yang membutuhkan proses operasional setidaknya 8 jam untuk kembali memproduksi
uap. Dari uap itu, bisa digerakan untuk turbin yang kemudian diproduksikan
menjadi listrik.
“Jadi butuh 8 jam, 8
jam sejak GITET (Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi) Suralaya mendapatkan
pasokan listrik dari Balaraja yaitu pada pukul sekitar hampir magrib itu masuk
tegangan Balaraja menuju Suralaya. Makanya pukul 03.00 dini hari tadi sudah ada
yang masuk lagi,†terangnya.
Oleh sebab itu,
Sripeni menyatakan agar masalah itu tidak terulang kembali diperlukan tambahan
jaringan di Utara dan Selatan masing-masing sebesar 500 Kv. Tujuannya, supaya
ada cadangan jika salah satu sirkuit mengalami gangguan teknis seperti yang
terjadi kemarin. Hal tersebut pun telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2018 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
2019-2024.
“Supaya nanti tidak
cuma empat line dan sangat syarat (gangguan) dalam proses (penyaluran listrik)
dari timur ke barat. Karena pusat beban banyak di Barat. Nah sudah ada RKP dan
ini yang diminta Pak Jokowi akan segera dilaksanakan,†tukasnya.(jpg)