27.8 C
Jakarta
Monday, December 9, 2024

Tak Seperti AS dan Inggris, Ini Alasan Indonesia Tak Prioritaskan Lans

PROKALTENG.CO – Indonesia berencana memulai vaksinasi periode
pertama di Januari ini. Untuk mempercepat program vaksinasi Covid-19 secara
nasional, pendistribusian vaksin pun sudah mulai dilaksanakan.

Tak seperti Amerika atau Inggris
yang mendahulukan lansia, Indonesia justru memprioritaskan penduduk di usia
produktif, antara 18 hingga 59 tahun.

Berikut sejumlah alasan mengapa
kebijakan ini diambil, dilansir dari Reuters.

Tak Ada Bukti Efikasi
Sinovac terhadap Lansia

Indonesia menggunakan vaksin
buatan China, Sinovac, dalam tahap pertama ini. Terdapat 3 juta dosis vaksin
Covid-19 buatan Sinovac untuk tahap pertama ini. Penduduk di usia 18 hingga 59
tahun yang bekerja di sektor tenaga kesehatan menjadi prioritas vaksinasi.
Mengapa? sebab Sinovac tak memiliki data cukup terkait efikasi vaksin terhadap
lansia.

“Kami tak mengikuti
tren,” kata Siti Nadia Tarmizi, petugas senior di kementerian kesehatan.

Ia mengaku akan menunggu
rekomendasi lanjutan dari China, tentang efikasi vaksinasi jika dilakukan pada
lansia. Total terdapat 125,5 juta dosis vaksini Sinovac yang dipesan oleh
Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga
memesan vaksin Pfizer di tahap ketiga, serta vaksin AstraZeneca buatan Oxford
direncakan digunakan untuk tahap kedua.

Baca Juga :  Perempuan Bercadar Hitam Diamankan saat Kerusuhan di Gedung Bawaslu

Tindakan Indonesia mendapat
komentar dari Profesor Penyakit Infeksi Universitas Nasional Australia Peter
Collignon. “Indonesia melakukan hal yang berbeda dibanding Amerika dan
Eropa. Mungkin itu akan menghasilkan efek yang lebih dramatis di Indonesia,
tetapi saya rasa tak semua orang memiliki jawaban pasti,” katanya.

Menurutnya, tindakan ini akan
menekan penyebaran virus, namun tidak berdampak pada tingkat kematian di
kelompok lansia.

Sedangkan Profesor Dale Fisher
dari Sekolah Medis di Universitas Nasional Singapura, mengaku paham tentang
pertimbangan Indonesia. “Pekerja usia muda cenderung aktif secara sosia
dan bepergian lebih sering. Strategi ini mampu menekan penularan lebih cepat
dibanding memvaksin kelompok lansia,” katanya.

Menciptakan
Herd Immunity

Dengan memvaksin kelompok muda
dengan mobilitas tinggi, pemerintah Indonesia berharap segera mampu menciptakan
kekebalan kelompok atau herd immunity.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi
Sadikin mengaku berencana memvaksin 181,5 juta penduduk, atau sekitar 67 persen
dari populasi di Indonesia. Tindakan ini membutuhkan sedikitnya 427 juta dosis
vaksin, dengan memperkirakan 15 persen di antaranya gagal.

Baca Juga :  BRIvolution 2.0, Transformasi BRI untuk Bertahan dan Terus Bertumbuh

Namun, sejumlah pakar pesimis
jika herd immunity bisa dicapai lewat vaksinasi. Sebab belum banyak penelitian
yang mempelajari tentang kemungkinan orang yang telah divaksin tak mampu
menyebarkan virus.

“Ada kemungkinan jika
orang-orang berisiko mampu menyebarkan virus kepada yang lain,” kata
Hasbullah Thabrany, Kepala Asosiasi Kesehatan Ekonomi Indonesia.

Membantu
Pemulihan Ekonomi

Sejumlah pakar berpendapat
vaksinasi kepada 100 juta orang akan membantu perekonomian bangkit kembali,
lantaran populasi ini akan aktif dalam berproduksi dan konsumsi. Ekonom dari
Bank Mandiri, Faisal Rachman mengatakan jika kelompok usia 18 hingga 59 tahun
memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi dibanding kelompok usia lain.

“Mereka bisa mempercepat
pertumbuhan ekonomi karena konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari 50
persen terhadap perekonomian Indonesia,” katanya sambil mengingatkan jika
peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia berdampak buruk pada tingkat percaya
diri masyarakatnya.

Diketahui, pandemi ini telah
membawa Indonesia memasuki jurang resesi pertama kali sejak dua dekade lalu.

PROKALTENG.CO – Indonesia berencana memulai vaksinasi periode
pertama di Januari ini. Untuk mempercepat program vaksinasi Covid-19 secara
nasional, pendistribusian vaksin pun sudah mulai dilaksanakan.

Tak seperti Amerika atau Inggris
yang mendahulukan lansia, Indonesia justru memprioritaskan penduduk di usia
produktif, antara 18 hingga 59 tahun.

Berikut sejumlah alasan mengapa
kebijakan ini diambil, dilansir dari Reuters.

Tak Ada Bukti Efikasi
Sinovac terhadap Lansia

Indonesia menggunakan vaksin
buatan China, Sinovac, dalam tahap pertama ini. Terdapat 3 juta dosis vaksin
Covid-19 buatan Sinovac untuk tahap pertama ini. Penduduk di usia 18 hingga 59
tahun yang bekerja di sektor tenaga kesehatan menjadi prioritas vaksinasi.
Mengapa? sebab Sinovac tak memiliki data cukup terkait efikasi vaksin terhadap
lansia.

“Kami tak mengikuti
tren,” kata Siti Nadia Tarmizi, petugas senior di kementerian kesehatan.

Ia mengaku akan menunggu
rekomendasi lanjutan dari China, tentang efikasi vaksinasi jika dilakukan pada
lansia. Total terdapat 125,5 juta dosis vaksini Sinovac yang dipesan oleh
Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga
memesan vaksin Pfizer di tahap ketiga, serta vaksin AstraZeneca buatan Oxford
direncakan digunakan untuk tahap kedua.

Baca Juga :  Perempuan Bercadar Hitam Diamankan saat Kerusuhan di Gedung Bawaslu

Tindakan Indonesia mendapat
komentar dari Profesor Penyakit Infeksi Universitas Nasional Australia Peter
Collignon. “Indonesia melakukan hal yang berbeda dibanding Amerika dan
Eropa. Mungkin itu akan menghasilkan efek yang lebih dramatis di Indonesia,
tetapi saya rasa tak semua orang memiliki jawaban pasti,” katanya.

Menurutnya, tindakan ini akan
menekan penyebaran virus, namun tidak berdampak pada tingkat kematian di
kelompok lansia.

Sedangkan Profesor Dale Fisher
dari Sekolah Medis di Universitas Nasional Singapura, mengaku paham tentang
pertimbangan Indonesia. “Pekerja usia muda cenderung aktif secara sosia
dan bepergian lebih sering. Strategi ini mampu menekan penularan lebih cepat
dibanding memvaksin kelompok lansia,” katanya.

Menciptakan
Herd Immunity

Dengan memvaksin kelompok muda
dengan mobilitas tinggi, pemerintah Indonesia berharap segera mampu menciptakan
kekebalan kelompok atau herd immunity.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi
Sadikin mengaku berencana memvaksin 181,5 juta penduduk, atau sekitar 67 persen
dari populasi di Indonesia. Tindakan ini membutuhkan sedikitnya 427 juta dosis
vaksin, dengan memperkirakan 15 persen di antaranya gagal.

Baca Juga :  BRIvolution 2.0, Transformasi BRI untuk Bertahan dan Terus Bertumbuh

Namun, sejumlah pakar pesimis
jika herd immunity bisa dicapai lewat vaksinasi. Sebab belum banyak penelitian
yang mempelajari tentang kemungkinan orang yang telah divaksin tak mampu
menyebarkan virus.

“Ada kemungkinan jika
orang-orang berisiko mampu menyebarkan virus kepada yang lain,” kata
Hasbullah Thabrany, Kepala Asosiasi Kesehatan Ekonomi Indonesia.

Membantu
Pemulihan Ekonomi

Sejumlah pakar berpendapat
vaksinasi kepada 100 juta orang akan membantu perekonomian bangkit kembali,
lantaran populasi ini akan aktif dalam berproduksi dan konsumsi. Ekonom dari
Bank Mandiri, Faisal Rachman mengatakan jika kelompok usia 18 hingga 59 tahun
memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi dibanding kelompok usia lain.

“Mereka bisa mempercepat
pertumbuhan ekonomi karena konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari 50
persen terhadap perekonomian Indonesia,” katanya sambil mengingatkan jika
peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia berdampak buruk pada tingkat percaya
diri masyarakatnya.

Diketahui, pandemi ini telah
membawa Indonesia memasuki jurang resesi pertama kali sejak dua dekade lalu.

Terpopuler

Artikel Terbaru