27.3 C
Jakarta
Friday, April 18, 2025

17 Ribu Pengungsi Antre Terbang Tinggalkan Wamena

Antrean
di Bandara Wamena masih panjang. Sedikitnya 17.097 pengungsi menunggu
penerbangan pesawat C-130 Hercules ke Jayapura dan beberapa daerah lainnya.
Berhari-hari mereka bertahan di bandara.

Juarto
salah satunya. Pria asal Pati, Jawa Tengah, itu memilih tinggal di pengungsian
Detasemen TNI Wamena. Sejak Selasa (24/9) dia bersama putranya, Dwiki Agus
Marzuki, 18, berada di sana.

Tidak ada
pilihan lain bagi Juarto dan Agus. Di Wamena mereka tidak punya keluarga. Hanya
teman seperantauan sesama buruh bangunan.

Tiga
minggu lalu, pria 45 tahun tersebut memutuskan pergi ke Wamena. Tujuannya ialah
menghindari demonstrasi yang berujung ricuh di Jayapura. Sekaligus mengadu
nasib di tempat baru. ”Di Jayapura dari 2001. Karena demo ricuh, coba ke
Wamena,” ujarnya saat berbincang dengan wartawan Jawa Pos kemarin.
”Belum sebulan, ternyata begini (ricuh di Wamena, Red),” sesalnya.

Pekan
lalu (23/9) kerusuhan terjadi ketika Juarto sedang bekerja. Dia bersama Agus
dan lima rekannya menyadari ada yang tidak beres saat api dan asap muncul.
”Kanan, kiri, depan, belakang bangunan kami asap semua,” ucap ayah dua anak
itu. Ribu-ribut suara massa terdengar jelas. ”Bunuh, bunuh, bunuh! Mana
pendatang itu, bunuh!” kata dia menirukan teriakan massa.

Sadar ada
yang tidak beres, mereka memilih bersembunyi. Untung, massa tidak masuk ke area
bangunan yang sedang digarap Juarto. Dia aman hingga aparat TNI-Polri datang
dan membawa mereka ke pengungsian.

Kini
tidak ada yang dia punya selain pakaian yang melekat di badan. ”Uang tidak ada
sepeser pun,” ujarnya. Karena itu, Juarto memilih bertahan di Detasemen TNI
Wamena.

Juarto
menggenggam selembar kertas. Itulah tanda pendaftaran untuk terbang ke Jayapura
dengan Hercules. Dia masuk kelompok terbang 30. Kemarin penerbangan Hercules
terakhir untuk kelompok terbang 15.

”Mungkin
tiga atau empat hari lagi sudah terbang,” harapnya.

Ahmad
Ariswanto punya harapan yang sama. Pemuda 22 tahun tersebut satu rombongan
dengan Juarto. Hanya, dia berasal dari Jember, Jawa Timur. Dia juga sudah satu
minggu berada di Detasemen TNI Wamena. Tanpa membawa uang. ”Yang penting bisa
makan di sini,” ucapnya.

Keinginan
Ariswanto adalah segera meninggalkan Wamena. Namun, dia belum punya rencana
pulang ke Jember. Dia ingin pergi ke Jayapura. Kembali mencari kerja. ”Setelah
ada uang baru pulang,” katanya.

Baca Juga :  Menkes Terawan: Indonesia Bebas Korona Karena Doa

Komandan
Detasemen Wamena Mayor Pnb Arief Sudjatmiko mengungkapkan, jumlah total
pengungsi yang sudah diterbangkan 4.121 orang. Semuanya ke Jayapura. Hari ini
(1/10) bakal ada penerbangan ke Biak, Merauke, dan Timika. Jumlah pengungsi
yang ingin ke Biak 703 orang, Merauke 400, dan Timika 190 orang. Karena
keterbatasan kapasitas, mereka diangkut secara bertahap.

Rencananya,
ada tambahan satu Hercules long body dari Lanud Halim
Perdanakusuma. Dengan tambahan armada tersebut, Arief yakin 17.097 pengungsi
bisa diangkut keluar dari Wamena dalam sepuluh hari. Namun, itu bisa
terealisasi apabila jumlah pengungsi yang mendaftar antre Hercules tidak
bertambah.

Berdasar
pantauan wartawan Jawa Pos, kemarin sudah mulai tampak aktivitas
masyarakat Wamena. Warung-warung sudah buka. Beberapa bank kembali melayani
nasabah. Namun, memang tidak banyak orang di jalan. Sebagian besar berada di
lokasi pengungsian. Sisanya di bandara.

Untuk
antisipasi, pengamanan masih ketat. Aparat dengan senjata api berada di
sejumlah titik. Mata mereka jeli melihat keadaan. Jawa Pos yang melakukan
peliputan pun tidak luput dari pemeriksaan identitas.

Sementara
itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta publik tidak menarik kasus kerusuhan
di Wamena akhir pekan lalu ke isu etnis Papua dan non-Papua. Sebab, berdasar
informasi yang diterima, kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) berada di
balik aksi kekerasan tersebut. ”Ini adalah kelompok kriminal bersenjata yang
dari atas, di gunung, turun ke bawah dan melakukan pembakaran-pembakaran rumah
warga,” ujarnya di Istana Kepresidenan Bogor kemarin (30/9).

Saat ini
aparat kepolisian telah menangkap beberapa pelaku yang ditengarai melakukan
pembunuhan dan pembakaran di Wamena. ”Saya sampaikan bahwa aparat keamanan
telah bekerja keras untuk melindungi semua warga,” imbuhnya.

Secara
terpisah, Menko Polhukam Wiranto mengklaim bahwa kondisi Wamena per kemarin
siang sudah cukup kondusif. Meski begitu, dia mengakui, masih ada residu-residu
konflik yang perlu diselesaikan. Antara lain menumpuknya warga Wamena di
pengungsian dan kemungkinan munculnya konflik bersenjata lagi. Data Kemenko
Polhukam, kemarin jumlah pengungsi di Jayapura sudah mencapai 3.220 jiwa.

Bantuan
Kesehatan-Logistik

Kepala
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto
menuturkan, bersama TNI dan Polri, pihaknya mengirimkan satgas kesehatan. Tim
yang terdiri atas 30 orang tersebut ditugaskan di titik-titik pengungsi. ”Kami
minta cakupannya diperluas. Tidak hanya di bandara atau gereja. Tapi, disisir
terus,” ungkapnya.

Baca Juga :  Integrasi ‘Kartu Sakti Jokowi’ KIP-PKH Ditargetkan Rampung Tahun D

Satgas
juga disiagakan di Jayapura. Mereka bertugas menangani pengungsi yang baru tiba
dari Wamena. Tim dokter Polri disiagakan sebanyak 58 orang. Layanan kesehatan
tersebut turut di-back up oleh satu unit Kapal Rumah Sakit dr Soeharso yang
berisi 66 petugas medis. ”Tapi, sejauh ini rumah sakit di Wamena sudah berjalan
normal kembali. Operasi-operasi sudah berjalan lancar,” ujar Kepala Pusat
Kesehatan (Kapuskes) TNI Bambang Dwi Hasto.

Di sisi
lain, logistik bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi di Wamena terus
berdatangan. Hanya, personel dari sejumlah lembaga sosial belum bisa menjangkau
Wamena. Salah satu lembaga yang memberikan layanan kepada pengungsi adalah
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Pelaksana
Harian Crisis Center Baznas untuk Papua Ahmad Fikri mengungkapkan, hingga
kemarin, tim Baznas Tanggap Bencana (BTB) belum bisa menjangkau Wamena.
Personel masih terbatas melakukan pelayanan sosial kepada pengungsi di
Jayapura. ”Kami berkoordinasi dengan TNI supaya bisa masuk ke Wamena,” katanya
di kantor Baznas kemarin.

Bupati
Mimika Temui Wagub Jatim

Kemarin,
pukul 17.00, Bupati Mimika Johannes Rettob bertemu dengan Wakil Gubernur Jawa
Timur Emil Elestianto Dardak di Gedung Negara Grahadi. Johannes mengatakan,
sebenarnya ada 17 mahasiswa dari Mimika di Jatim yang kembali pulang. Mereka
mengaku, ada rasa tidak aman dan tidak nyaman. Nah, Johannes mendatangi Pemprov
Jatim untuk berkoordinasi. ”Apa yang sebenarnya mereka resahkan, hanya
ikut-ikutan atau hanya dengar-dengar isu, dan lain-lain. Kami ingin mendengar
itu, bertemu Pak Wagub, dan ingin ketemu anak-anak,” katanya.

Di Jatim,
ada sekitar 300 mahasiswa dari Mimika yang tersebar di berbagai daerah.

Terkait
dengan pengungsi Wamena, Johannes menyebutkan, situasi di Mimika sangat
kondusif. Bahkan, Mimika menjadi salah satu tujuan warga untuk mengungsi.
Kebetulan, ada 84 warga yang datang dengan pesawat ke Kecamatan Timika,
Kabupaten Mimika. ”Semuanya kebetulan dari Jawa Timur,” terang dia.

Wagub
Jatim Emil Elestianto Dardak menuturkan, saat ini sudah ada posko Jatim di
Mimika. Juga di Jayapura. Melalui koordinasi di grup WA, pihaknya terus
memantau kondisi terkini di Papua. (jpg)

 

Antrean
di Bandara Wamena masih panjang. Sedikitnya 17.097 pengungsi menunggu
penerbangan pesawat C-130 Hercules ke Jayapura dan beberapa daerah lainnya.
Berhari-hari mereka bertahan di bandara.

Juarto
salah satunya. Pria asal Pati, Jawa Tengah, itu memilih tinggal di pengungsian
Detasemen TNI Wamena. Sejak Selasa (24/9) dia bersama putranya, Dwiki Agus
Marzuki, 18, berada di sana.

Tidak ada
pilihan lain bagi Juarto dan Agus. Di Wamena mereka tidak punya keluarga. Hanya
teman seperantauan sesama buruh bangunan.

Tiga
minggu lalu, pria 45 tahun tersebut memutuskan pergi ke Wamena. Tujuannya ialah
menghindari demonstrasi yang berujung ricuh di Jayapura. Sekaligus mengadu
nasib di tempat baru. ”Di Jayapura dari 2001. Karena demo ricuh, coba ke
Wamena,” ujarnya saat berbincang dengan wartawan Jawa Pos kemarin.
”Belum sebulan, ternyata begini (ricuh di Wamena, Red),” sesalnya.

Pekan
lalu (23/9) kerusuhan terjadi ketika Juarto sedang bekerja. Dia bersama Agus
dan lima rekannya menyadari ada yang tidak beres saat api dan asap muncul.
”Kanan, kiri, depan, belakang bangunan kami asap semua,” ucap ayah dua anak
itu. Ribu-ribut suara massa terdengar jelas. ”Bunuh, bunuh, bunuh! Mana
pendatang itu, bunuh!” kata dia menirukan teriakan massa.

Sadar ada
yang tidak beres, mereka memilih bersembunyi. Untung, massa tidak masuk ke area
bangunan yang sedang digarap Juarto. Dia aman hingga aparat TNI-Polri datang
dan membawa mereka ke pengungsian.

Kini
tidak ada yang dia punya selain pakaian yang melekat di badan. ”Uang tidak ada
sepeser pun,” ujarnya. Karena itu, Juarto memilih bertahan di Detasemen TNI
Wamena.

Juarto
menggenggam selembar kertas. Itulah tanda pendaftaran untuk terbang ke Jayapura
dengan Hercules. Dia masuk kelompok terbang 30. Kemarin penerbangan Hercules
terakhir untuk kelompok terbang 15.

”Mungkin
tiga atau empat hari lagi sudah terbang,” harapnya.

Ahmad
Ariswanto punya harapan yang sama. Pemuda 22 tahun tersebut satu rombongan
dengan Juarto. Hanya, dia berasal dari Jember, Jawa Timur. Dia juga sudah satu
minggu berada di Detasemen TNI Wamena. Tanpa membawa uang. ”Yang penting bisa
makan di sini,” ucapnya.

Keinginan
Ariswanto adalah segera meninggalkan Wamena. Namun, dia belum punya rencana
pulang ke Jember. Dia ingin pergi ke Jayapura. Kembali mencari kerja. ”Setelah
ada uang baru pulang,” katanya.

Baca Juga :  Menkes Terawan: Indonesia Bebas Korona Karena Doa

Komandan
Detasemen Wamena Mayor Pnb Arief Sudjatmiko mengungkapkan, jumlah total
pengungsi yang sudah diterbangkan 4.121 orang. Semuanya ke Jayapura. Hari ini
(1/10) bakal ada penerbangan ke Biak, Merauke, dan Timika. Jumlah pengungsi
yang ingin ke Biak 703 orang, Merauke 400, dan Timika 190 orang. Karena
keterbatasan kapasitas, mereka diangkut secara bertahap.

Rencananya,
ada tambahan satu Hercules long body dari Lanud Halim
Perdanakusuma. Dengan tambahan armada tersebut, Arief yakin 17.097 pengungsi
bisa diangkut keluar dari Wamena dalam sepuluh hari. Namun, itu bisa
terealisasi apabila jumlah pengungsi yang mendaftar antre Hercules tidak
bertambah.

Berdasar
pantauan wartawan Jawa Pos, kemarin sudah mulai tampak aktivitas
masyarakat Wamena. Warung-warung sudah buka. Beberapa bank kembali melayani
nasabah. Namun, memang tidak banyak orang di jalan. Sebagian besar berada di
lokasi pengungsian. Sisanya di bandara.

Untuk
antisipasi, pengamanan masih ketat. Aparat dengan senjata api berada di
sejumlah titik. Mata mereka jeli melihat keadaan. Jawa Pos yang melakukan
peliputan pun tidak luput dari pemeriksaan identitas.

Sementara
itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta publik tidak menarik kasus kerusuhan
di Wamena akhir pekan lalu ke isu etnis Papua dan non-Papua. Sebab, berdasar
informasi yang diterima, kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) berada di
balik aksi kekerasan tersebut. ”Ini adalah kelompok kriminal bersenjata yang
dari atas, di gunung, turun ke bawah dan melakukan pembakaran-pembakaran rumah
warga,” ujarnya di Istana Kepresidenan Bogor kemarin (30/9).

Saat ini
aparat kepolisian telah menangkap beberapa pelaku yang ditengarai melakukan
pembunuhan dan pembakaran di Wamena. ”Saya sampaikan bahwa aparat keamanan
telah bekerja keras untuk melindungi semua warga,” imbuhnya.

Secara
terpisah, Menko Polhukam Wiranto mengklaim bahwa kondisi Wamena per kemarin
siang sudah cukup kondusif. Meski begitu, dia mengakui, masih ada residu-residu
konflik yang perlu diselesaikan. Antara lain menumpuknya warga Wamena di
pengungsian dan kemungkinan munculnya konflik bersenjata lagi. Data Kemenko
Polhukam, kemarin jumlah pengungsi di Jayapura sudah mencapai 3.220 jiwa.

Bantuan
Kesehatan-Logistik

Kepala
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto
menuturkan, bersama TNI dan Polri, pihaknya mengirimkan satgas kesehatan. Tim
yang terdiri atas 30 orang tersebut ditugaskan di titik-titik pengungsi. ”Kami
minta cakupannya diperluas. Tidak hanya di bandara atau gereja. Tapi, disisir
terus,” ungkapnya.

Baca Juga :  Integrasi ‘Kartu Sakti Jokowi’ KIP-PKH Ditargetkan Rampung Tahun D

Satgas
juga disiagakan di Jayapura. Mereka bertugas menangani pengungsi yang baru tiba
dari Wamena. Tim dokter Polri disiagakan sebanyak 58 orang. Layanan kesehatan
tersebut turut di-back up oleh satu unit Kapal Rumah Sakit dr Soeharso yang
berisi 66 petugas medis. ”Tapi, sejauh ini rumah sakit di Wamena sudah berjalan
normal kembali. Operasi-operasi sudah berjalan lancar,” ujar Kepala Pusat
Kesehatan (Kapuskes) TNI Bambang Dwi Hasto.

Di sisi
lain, logistik bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi di Wamena terus
berdatangan. Hanya, personel dari sejumlah lembaga sosial belum bisa menjangkau
Wamena. Salah satu lembaga yang memberikan layanan kepada pengungsi adalah
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Pelaksana
Harian Crisis Center Baznas untuk Papua Ahmad Fikri mengungkapkan, hingga
kemarin, tim Baznas Tanggap Bencana (BTB) belum bisa menjangkau Wamena.
Personel masih terbatas melakukan pelayanan sosial kepada pengungsi di
Jayapura. ”Kami berkoordinasi dengan TNI supaya bisa masuk ke Wamena,” katanya
di kantor Baznas kemarin.

Bupati
Mimika Temui Wagub Jatim

Kemarin,
pukul 17.00, Bupati Mimika Johannes Rettob bertemu dengan Wakil Gubernur Jawa
Timur Emil Elestianto Dardak di Gedung Negara Grahadi. Johannes mengatakan,
sebenarnya ada 17 mahasiswa dari Mimika di Jatim yang kembali pulang. Mereka
mengaku, ada rasa tidak aman dan tidak nyaman. Nah, Johannes mendatangi Pemprov
Jatim untuk berkoordinasi. ”Apa yang sebenarnya mereka resahkan, hanya
ikut-ikutan atau hanya dengar-dengar isu, dan lain-lain. Kami ingin mendengar
itu, bertemu Pak Wagub, dan ingin ketemu anak-anak,” katanya.

Di Jatim,
ada sekitar 300 mahasiswa dari Mimika yang tersebar di berbagai daerah.

Terkait
dengan pengungsi Wamena, Johannes menyebutkan, situasi di Mimika sangat
kondusif. Bahkan, Mimika menjadi salah satu tujuan warga untuk mengungsi.
Kebetulan, ada 84 warga yang datang dengan pesawat ke Kecamatan Timika,
Kabupaten Mimika. ”Semuanya kebetulan dari Jawa Timur,” terang dia.

Wagub
Jatim Emil Elestianto Dardak menuturkan, saat ini sudah ada posko Jatim di
Mimika. Juga di Jayapura. Melalui koordinasi di grup WA, pihaknya terus
memantau kondisi terkini di Papua. (jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru