32.5 C
Jakarta
Saturday, April 19, 2025

Kartu Pra Kerja, Peluang dan Tantangan dalam Era Revolusi Industri 4.0

PALANGKA RAYA – Revolusi Industri 4.0 tidak hanya
menciptakan peluang, namun juga tantangan bagi Indonesia.
  Revolusi Industri 4.0 mendorong inovasi
teknologi yang memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan manusia.

Anggota DPR RI Mukhtarudin mengatakan, perkembangan
teknologi yang semakin pesat membuat semuanya dikendalikan oleh sebuah sistem
berbasis komputer atau digital. Masyarakat memiliki  ketergantungan yang sangat besar dalam
menggunakan teknologi informasi ataupun perangkat ponsel.

“Melalui Internet, kebutuhan akses informasi dapat
dijangkau hingga ke berbagai belahan dunia dan bisnis tidak hanya lokal tetapi
juga menjangkau secara global. Peningkatan kebutuhan tersebut mendorong
berubahnya dan terciptanya peluang bisnis dan pekerjaan baru di berbagai
sektor, baik sektor industry, keuangan dan sebagainya,” kata Anggota DPR
RI Mukhtarudin melalui rilis.

Berdasar analisis Mckinsey Global Institute, Revolusi
Industri 4.0 memberikan dampak yang sangat besar dan luas  terutama di sektor lapangan kerja. Sebanyak
800 juta lapangan kerja di seluruh dunia akan hilang hingga tahun 2030 karena
diambil alih oleh robot atau mesin. 

Menurutnya, hal ini menjadi ancaman bagi Indonesia yang
angkatan kerjanya sebesar 137,91 juta orang (BPS, Februari 2020) dan
penganggurannya masih cukup tinggi mencapai 6,88 juta orang (BPS, Februari
2020) yang didominasi oleh lulusan SMK. Namun demikian, seiring dengan
perkembangan Revolusi Industri 4.0, beberapa bisnis dan pekerjaan baru juga
bermunculan.

“Setidaknya ada lima teknologi utama yang menopang
system Industri 4.0, yaitu Internet of things, artificial Intelligence,
human-machine Interface, teknologi Robotic dan sensor, serta teknologi 3D
Printing. Kelima unsur harus dimiliki oleh perusahaan agar bisa bersaing di era
Industri 4.0. Di Indonesia, bisnis baru atau perusahaan startup yang mengusung
teknologi tersebut, seperti dalam jual beli online, transportasi online,
fintech dan sebagainya (contohnya Gojek, Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, OVO)
tumbuh pesat menjadi bisnis raksasa dengan nilai milyaran dollar AS dan
tentunya mampu menciptakan lapangan kerja baru yang besar,” ucap politisi
Golkar ini.

Baca Juga :  Wow! Hutang PLN Capai Rp649, 2 Triliun

Bisnis atau pekerjaan baru ini tentunya membutuhkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pekerja harus memiliki kemampuan
beradaptasi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan di era Revolusi
Industri 4.0. Kualitas SDM Indonesia bisa dikatakan masih tertinggal untuk
masuk ke Industri 4.0.

“Kita mempunyai populasi yang besar, namun kesiapan daya
saing manusia kita masih tertinggal untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Ini
menjadi tantangan berat bagi kita untuk menyediakan SDM yang unggul yang dapat
memenuhi kebutuhan dan dapat bersaing di dunia kerja,”katanya.

“Disinilah Kartu Pra Kerja hadir untuk merespon
peluang dan mengantisipasi tantangan dalam Era Revolusi Industri 4.0,”katanya
lagi.

Kartu pra kerja dia mengharapkan, dapat mencetak SDM unggul
dan membuka jalan seluas-luasnya bagi para pekerja agar mampu bersaing dalam
mendapatkan pekerjaan di bisnis-bisnis baru, sesuai kebutuhan dan perkembangan
dunia kerja di era Revolusi Industri 4.0, ataupun untuk membantu mereka apabila
ingin mendirikan bisnis baru sendiri, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan
seluas-luasnya dan mengurangi angka pengangguran yang ada..

Dia mengatakan, ide dari Kartu Pra Kerja sendiri adalah
memberikan bantuan biaya dan fasilitas pelatihan atau sertifikasi kompetensi
kerja bagi pesertanya, dengan menggunakan platform digital, financial
technology dan job portal. Pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi kerja dari sasaran penerimanya, baik untuk calon pekerja atau para
pencari kerja maupun untuk para pekerja yang ingin meningkatkan kemampuan dan
ketrampilannya. 

Baca Juga :  Total Ganti-Rugi Karhulta Capai Rp315 Triliun

“Ketika sebuah keterampilan baru dibutuhkan,
perusahaan sering kali menghadapi kesulitan besar dalam mencari karyawan.
Sertifikat pelatihan dapat menjadi pertimbangan untuk menemukan karyawan yang
mempunyai kompetensi dan dapat mempersingkat proses seleksi,” tegasnya.

Selain itu, Kartu Pra Kerja juga dapat membantu
meningkatkan produktivitas kerja. Karyawan yang terlatih akan lebih mampu
menunjukkan produktivitas yang lebih besar dan kualitas hasil kerja yang lebih
tinggi daripada karyawan yang tidak terlatih. Pelatihan akan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan karyawan, dan sekaligus mempengaruhi kuantitas dan
kualitas output dari perusahaan.

Selanjutnya, Kartu Pra Kerja juga menyediakan standarisasi
kerja dan sertifikasi keahlian. Standarisasi kerja menjadikan pekerja dapat
bekerja lebih efektif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, sedangkan
sertifikasi keahlian membuat pekerja lebih diprioritaskan dan juga diharapkan
memiliki peluang karir yang lebih baik.

“Dengan demikian, Kartu Pra Kerja tidak hanya
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi pencari kerja maupun yang sudah
bekerja, untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,
tetapi juga menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja yang kompeten dan
berkualitas melalui berbagai pelatihan ketrampilan dan sertifikasi yang
diperlukan, dalam rangka menciptakan SDM unggul sehingga dapat bersaing di
dunia kerja yang semakin maju di era Revolusi Industri 4.0,” tandasnya. 

PALANGKA RAYA – Revolusi Industri 4.0 tidak hanya
menciptakan peluang, namun juga tantangan bagi Indonesia.
  Revolusi Industri 4.0 mendorong inovasi
teknologi yang memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan manusia.

Anggota DPR RI Mukhtarudin mengatakan, perkembangan
teknologi yang semakin pesat membuat semuanya dikendalikan oleh sebuah sistem
berbasis komputer atau digital. Masyarakat memiliki  ketergantungan yang sangat besar dalam
menggunakan teknologi informasi ataupun perangkat ponsel.

“Melalui Internet, kebutuhan akses informasi dapat
dijangkau hingga ke berbagai belahan dunia dan bisnis tidak hanya lokal tetapi
juga menjangkau secara global. Peningkatan kebutuhan tersebut mendorong
berubahnya dan terciptanya peluang bisnis dan pekerjaan baru di berbagai
sektor, baik sektor industry, keuangan dan sebagainya,” kata Anggota DPR
RI Mukhtarudin melalui rilis.

Berdasar analisis Mckinsey Global Institute, Revolusi
Industri 4.0 memberikan dampak yang sangat besar dan luas  terutama di sektor lapangan kerja. Sebanyak
800 juta lapangan kerja di seluruh dunia akan hilang hingga tahun 2030 karena
diambil alih oleh robot atau mesin. 

Menurutnya, hal ini menjadi ancaman bagi Indonesia yang
angkatan kerjanya sebesar 137,91 juta orang (BPS, Februari 2020) dan
penganggurannya masih cukup tinggi mencapai 6,88 juta orang (BPS, Februari
2020) yang didominasi oleh lulusan SMK. Namun demikian, seiring dengan
perkembangan Revolusi Industri 4.0, beberapa bisnis dan pekerjaan baru juga
bermunculan.

“Setidaknya ada lima teknologi utama yang menopang
system Industri 4.0, yaitu Internet of things, artificial Intelligence,
human-machine Interface, teknologi Robotic dan sensor, serta teknologi 3D
Printing. Kelima unsur harus dimiliki oleh perusahaan agar bisa bersaing di era
Industri 4.0. Di Indonesia, bisnis baru atau perusahaan startup yang mengusung
teknologi tersebut, seperti dalam jual beli online, transportasi online,
fintech dan sebagainya (contohnya Gojek, Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, OVO)
tumbuh pesat menjadi bisnis raksasa dengan nilai milyaran dollar AS dan
tentunya mampu menciptakan lapangan kerja baru yang besar,” ucap politisi
Golkar ini.

Baca Juga :  Wow! Hutang PLN Capai Rp649, 2 Triliun

Bisnis atau pekerjaan baru ini tentunya membutuhkan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pekerja harus memiliki kemampuan
beradaptasi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan di era Revolusi
Industri 4.0. Kualitas SDM Indonesia bisa dikatakan masih tertinggal untuk
masuk ke Industri 4.0.

“Kita mempunyai populasi yang besar, namun kesiapan daya
saing manusia kita masih tertinggal untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0. Ini
menjadi tantangan berat bagi kita untuk menyediakan SDM yang unggul yang dapat
memenuhi kebutuhan dan dapat bersaing di dunia kerja,”katanya.

“Disinilah Kartu Pra Kerja hadir untuk merespon
peluang dan mengantisipasi tantangan dalam Era Revolusi Industri 4.0,”katanya
lagi.

Kartu pra kerja dia mengharapkan, dapat mencetak SDM unggul
dan membuka jalan seluas-luasnya bagi para pekerja agar mampu bersaing dalam
mendapatkan pekerjaan di bisnis-bisnis baru, sesuai kebutuhan dan perkembangan
dunia kerja di era Revolusi Industri 4.0, ataupun untuk membantu mereka apabila
ingin mendirikan bisnis baru sendiri, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan
seluas-luasnya dan mengurangi angka pengangguran yang ada..

Dia mengatakan, ide dari Kartu Pra Kerja sendiri adalah
memberikan bantuan biaya dan fasilitas pelatihan atau sertifikasi kompetensi
kerja bagi pesertanya, dengan menggunakan platform digital, financial
technology dan job portal. Pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi kerja dari sasaran penerimanya, baik untuk calon pekerja atau para
pencari kerja maupun untuk para pekerja yang ingin meningkatkan kemampuan dan
ketrampilannya. 

Baca Juga :  Total Ganti-Rugi Karhulta Capai Rp315 Triliun

“Ketika sebuah keterampilan baru dibutuhkan,
perusahaan sering kali menghadapi kesulitan besar dalam mencari karyawan.
Sertifikat pelatihan dapat menjadi pertimbangan untuk menemukan karyawan yang
mempunyai kompetensi dan dapat mempersingkat proses seleksi,” tegasnya.

Selain itu, Kartu Pra Kerja juga dapat membantu
meningkatkan produktivitas kerja. Karyawan yang terlatih akan lebih mampu
menunjukkan produktivitas yang lebih besar dan kualitas hasil kerja yang lebih
tinggi daripada karyawan yang tidak terlatih. Pelatihan akan meningkatkan
kemampuan dan keterampilan karyawan, dan sekaligus mempengaruhi kuantitas dan
kualitas output dari perusahaan.

Selanjutnya, Kartu Pra Kerja juga menyediakan standarisasi
kerja dan sertifikasi keahlian. Standarisasi kerja menjadikan pekerja dapat
bekerja lebih efektif sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, sedangkan
sertifikasi keahlian membuat pekerja lebih diprioritaskan dan juga diharapkan
memiliki peluang karir yang lebih baik.

“Dengan demikian, Kartu Pra Kerja tidak hanya
memberikan kesempatan yang lebih besar bagi pencari kerja maupun yang sudah
bekerja, untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,
tetapi juga menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja yang kompeten dan
berkualitas melalui berbagai pelatihan ketrampilan dan sertifikasi yang
diperlukan, dalam rangka menciptakan SDM unggul sehingga dapat bersaing di
dunia kerja yang semakin maju di era Revolusi Industri 4.0,” tandasnya. 

Terpopuler

Artikel Terbaru