Site icon Prokalteng

Mukhtarudin Dorong Penggunaan Bahan Bakar Alternatif

Mukhtarudin

JAKARTA – Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI Mukhtarudin mendorong pemerintahan Prabowo Subianto agar memasifkan lagi program biofuel, karena mampu mengurangi kebutuhan akan impor minyak ke dalam negeri.

Mengingat, kata Mukhtarudin program biofuel tersebut akan memperkuat keamanan energi dan menciptakan peluang ekonomi baru melalui pengembangan industri energi terbarukan.

“Ya tentu, Fraksi Golkar DPR selalu mendorong penggunaan bahan bakar alternatif seperti biofuel, hidrogen, dan gas alam cair (LNG) sebagai pengganti bahan bakar minyak,” beber Mukhtarudin, Selasa 29 Oktober 2024.

Anggota Komisi XII DPR RI ini mengaku saat ini program berbasis biofuel yang sudah cukup sukses tersebut telah mengurangi kebutuhan impor di antaranya program B35 yang akan dinaikkan ke B40.

Mukharudin menegaskan bahwa Biofuel yang dihasilkan dari minyak nabati itu juga merupakan alternatif yang menjanjikan untuk bahan bakar fosil.

“Dengan harapan ke depannya ada pengembangan teknologi biofuel untuk mengurangi emisi karbon dalam sektor transportasi,” imbuh Mukhtarudin.

Untuk itu, Mukhtarudin mendukung PT
Pertamina International Shipping (PIS) yang saat ini tengah membangun ekosistem dalam menghadapi ancaman krisis energi di kawasan Asia Tenggara yakni dengan memanfaatkan bahan bakar alternatif.

“Karena penggunaan bahan bakar alternatif tersebut lebih mudah jika dibandingkan dengan bahan bakar konvensional,” ujar Mukhtarudin.

Diketahui krisis energi bisa terjadi mengingat terbatasnya pasokan gas alam dan dipangkasnya produksi minyak bumi di tengah permintaan energi yang meningkat. Tercukupinya kebutuhan energi merupakan kunci utama untuk terhindar dari krisis energi.

Sementara itu, kebutuhan energi pada 2050 diprediksi menyentuh angka 1.000 megaton. Jumlah tersebut mengalami kenaikan signifikan apabila dibandingkan realisasi 2022, dimana realisasi kebutuhan energi sepanjang 2022 hanya mencapai 240 megaton.

“Jadi, saya kira bahwa bahan bakar alternatif ini merupakan suatu keharusan. Mengingat, Indonesia memiliki potensi produksi hidrogen yang signifikan melalui berbagai teknologi saat ini,” pungkas Mukhtarudin. (tim)

Exit mobile version