27.3 C
Jakarta
Wednesday, April 23, 2025

LG Energy Solution Mundur, Mukhtarudin: Tidak Hentikan Proyek Baterai EV Tanah Air

JAKARTA – Perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution, dilaporkan menarik investasi senilai ratusan triliun rupiah untuk proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI Mukhtarudin menilai mundurnya LG Energy Solution dari proyek baterai EV senilai Rp142 triliun (Indonesia Grand Package) memang menjadi tantangan bagi Indonesia, tetapi tidak menghentikan potensi pengembangan industri baterai.

“Apalagi, kan Pak Menteri ESDM telah menegaskan bahwa mesti LG mundur, proyek EV tetap jalan,” tutur Mukhtarudin, Rabu 23 April 2025.

Anggota Komisi XII DPR RI ini membeberkan langkah prioritas yang tepat untuk mengatasi dampak penarikan ini, sekaligus memajukan proyek baterai EV tanah air.

Salah satunya, kata Mukhtarudin mendorong pemerintah mengoptimalkan kemitraan dengan Huayou Cobalt sebagai mitra strategis dalam proyek baterai EV di Indonesia.

Menurut Mukhtarudin, solusi prioritas untuk memaksimalkan peluang dan menjaga kemajuan industri baterai EV yakni percepat implementasi proyek Huayou, seperti fasilitas pengolahan nikel dan produksi bahan baterai (nickel sulfate, precursor) di Weda Bay, Maluku Utara, yang diperkirakan menyerap 52.000 tenaga kerja.

Golkar Senayan juga mendorong pemerintah pastikan juga transfer teknologi dari Huayou untuk meningkatkan kapabilitas lokal dalam produksi baterai, termasuk teknologi hidrometalurgi yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga :  Cegah Disinformasi di Pemilu 2024, Mukhtarudin Ajak Semua Pihak Bantu Edukasi Pemilih Pemula

‘Integrasikan proyek Huayou dengan rantai pasok lokal untuk memenuhi regulasi TKDN dan meningkatkan nilai tambah domestik,” ungkap Mukhtarudin.

Kendati demikian, politisi Dapil Kalteng ini meminta pemerintah memperbaiki iklim investasi, mengingat, LG menyebutkan “lingkungan investasi” sebagai salah satu alasan penarikan.

Artinya, kata Mukhtarudin, pemerintah perlu mengevaluasi hambatan seperti birokrasi, ketidakpastian regulasi, atau infrastruktur pendukung.

“Agar dapat meningkatkan pasokan energi bersih untuk smelter dan fasilitas baterai guna menarik investor yang peduli pada keberlanjutan,” tandas Mukhtarudin.

Ia juga mendorong permintaan EV domestik untuk mengurangi ketergantungan pada pasar global yang fluktuatif (EV chasm).

“Saya kira ini penting bagi pemerintah untuk memperkuat pasar EV lokal melalui perluasan subsidi untuk pembelian motor dan mobil listrik (target 2,5 juta motor listrik dan 600.000 mobil listrik pada 2030),” ujar Mukhtarudin.

Mukhtarudin bilang dengan maksimalkan kemitraan dengan Huayou Cobalt melalui percepatan proyek, transfer teknologi, dan integrasi rantai pasok lokal, sambil memperkuat pasar EV domestik dengan subsidi, maka diharapkan Indonesia jadi pusat baterai EV dunia.

Baca Juga :  Pelaksanaan Perpres 68 Perlu Kesiapan Infrastruktur dan SDM Memadai

Proyek Baterai EV Tetap Jalan

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa proyek investasi baterai kendaraan listrik (EV) tetap jalan seperti yang telah direncanakan.

Ketum Golkar ini menegaskan bahwa secara keseluruhan, konsep dan rencana awal proyek tidak mengalami perubahan. Pembangunan infrastruktur dan produksi tetap mengacu pada peta jalan yang telah ditetapkan sejak awal.

“Secara konsep, pembangunan dari Grand Package ini tidak ada yang berubah. Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai dengan peta jalan awal,” ucap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi hanya sebatas pada pihak investor. LG Energy Solution tidak lagi terlibat dalam Joint Venture (JV) 1, 2, dan 3, dan telah digantikan oleh mitra strategis baru dari Tiongkok, yakni Huayou, yang bekerja sama dengan perusahaan milik negara (BUMN) Indonesia.

“Dan (LG) telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, bersama BUMN kita,” ucap Bahlil. (tim)

JAKARTA – Perusahaan asal Korea Selatan, LG Energy Solution, dilaporkan menarik investasi senilai ratusan triliun rupiah untuk proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI Mukhtarudin menilai mundurnya LG Energy Solution dari proyek baterai EV senilai Rp142 triliun (Indonesia Grand Package) memang menjadi tantangan bagi Indonesia, tetapi tidak menghentikan potensi pengembangan industri baterai.

“Apalagi, kan Pak Menteri ESDM telah menegaskan bahwa mesti LG mundur, proyek EV tetap jalan,” tutur Mukhtarudin, Rabu 23 April 2025.

Anggota Komisi XII DPR RI ini membeberkan langkah prioritas yang tepat untuk mengatasi dampak penarikan ini, sekaligus memajukan proyek baterai EV tanah air.

Salah satunya, kata Mukhtarudin mendorong pemerintah mengoptimalkan kemitraan dengan Huayou Cobalt sebagai mitra strategis dalam proyek baterai EV di Indonesia.

Menurut Mukhtarudin, solusi prioritas untuk memaksimalkan peluang dan menjaga kemajuan industri baterai EV yakni percepat implementasi proyek Huayou, seperti fasilitas pengolahan nikel dan produksi bahan baterai (nickel sulfate, precursor) di Weda Bay, Maluku Utara, yang diperkirakan menyerap 52.000 tenaga kerja.

Golkar Senayan juga mendorong pemerintah pastikan juga transfer teknologi dari Huayou untuk meningkatkan kapabilitas lokal dalam produksi baterai, termasuk teknologi hidrometalurgi yang lebih ramah lingkungan.

Baca Juga :  Cegah Disinformasi di Pemilu 2024, Mukhtarudin Ajak Semua Pihak Bantu Edukasi Pemilih Pemula

‘Integrasikan proyek Huayou dengan rantai pasok lokal untuk memenuhi regulasi TKDN dan meningkatkan nilai tambah domestik,” ungkap Mukhtarudin.

Kendati demikian, politisi Dapil Kalteng ini meminta pemerintah memperbaiki iklim investasi, mengingat, LG menyebutkan “lingkungan investasi” sebagai salah satu alasan penarikan.

Artinya, kata Mukhtarudin, pemerintah perlu mengevaluasi hambatan seperti birokrasi, ketidakpastian regulasi, atau infrastruktur pendukung.

“Agar dapat meningkatkan pasokan energi bersih untuk smelter dan fasilitas baterai guna menarik investor yang peduli pada keberlanjutan,” tandas Mukhtarudin.

Ia juga mendorong permintaan EV domestik untuk mengurangi ketergantungan pada pasar global yang fluktuatif (EV chasm).

“Saya kira ini penting bagi pemerintah untuk memperkuat pasar EV lokal melalui perluasan subsidi untuk pembelian motor dan mobil listrik (target 2,5 juta motor listrik dan 600.000 mobil listrik pada 2030),” ujar Mukhtarudin.

Mukhtarudin bilang dengan maksimalkan kemitraan dengan Huayou Cobalt melalui percepatan proyek, transfer teknologi, dan integrasi rantai pasok lokal, sambil memperkuat pasar EV domestik dengan subsidi, maka diharapkan Indonesia jadi pusat baterai EV dunia.

Baca Juga :  Pelaksanaan Perpres 68 Perlu Kesiapan Infrastruktur dan SDM Memadai

Proyek Baterai EV Tetap Jalan

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa proyek investasi baterai kendaraan listrik (EV) tetap jalan seperti yang telah direncanakan.

Ketum Golkar ini menegaskan bahwa secara keseluruhan, konsep dan rencana awal proyek tidak mengalami perubahan. Pembangunan infrastruktur dan produksi tetap mengacu pada peta jalan yang telah ditetapkan sejak awal.

“Secara konsep, pembangunan dari Grand Package ini tidak ada yang berubah. Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai dengan peta jalan awal,” ucap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi hanya sebatas pada pihak investor. LG Energy Solution tidak lagi terlibat dalam Joint Venture (JV) 1, 2, dan 3, dan telah digantikan oleh mitra strategis baru dari Tiongkok, yakni Huayou, yang bekerja sama dengan perusahaan milik negara (BUMN) Indonesia.

“Dan (LG) telah digantikan oleh mitra strategis dari China, yaitu Huayou, bersama BUMN kita,” ucap Bahlil. (tim)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/