31.1 C
Jakarta
Saturday, October 25, 2025

Rajasinga atau Sifilis Bisa Berujung pada Kebutaan hingga Gangguan Jantung

Penyakit menular seksual (PMS) hingga kini masih menjadi permasalahan kesehatan global yang memerlukan perhatian serius. Di tengah kemajuan dunia medis, berbagai jenis PMS terus menginfeksi jutaan orang setiap tahunnya di seluruh dunia.

Salah satu PMS yang perlu diwaspadai adalah rajasinga atau sifilis, sebuah infeksi bakteri yang dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Meskipun dapat disembuhkan, banyak orang masih kurang memahami bahaya penyakit ini.

Salah satunya yaitu rajasinga atau sifilis yang mana merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum. Penyakit ini termasuk dalam kategori PMS yang sangat menular dan dapat menyebar melalui kontak seksual, baik vaginal, anal, maupun oral.

Selain itu, sifilis juga dapat ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya, yang dikenal sebagai sifilis kongenital. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan organ vital yang permanen.

Dilansir dari WHO, banyak penderita sifilis tidak menyadari gejala yang muncul pada tubuh mereka. Bahkan, gejala ini juga sering luput dari perhatian tenaga kesehatan karena sifatnya yang dapat muncul dan hilang dengan sendirinya.

Oleh karena itu, tanpa pengobatan, sifilis dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam tubuh dan melewati beberapa tahap perkembangan. Dimana setiap tahapnya memiliki karakteristik gejala yang berbeda dan tingkat bahaya yang meningkat seiring berjalannya waktu.

  1. Sifilis Primer

WHO menyoroti bahwa tahap primer sifilis biasanya berlangsung sekitar 21 hari sejak infeksi awal terjadi. Gejala utama yang muncul adalah luka bulat yang tidak terasa sakit dan biasanya keras (chancre) yang muncul di area genital, anus, atau bagian tubuh lain yang terpapar bakteri.

Luka ini seringkali tidak disadari oleh penderita karena tidak menimbulkan rasa sakit dan akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3-10 hari. Meskipun luka sembuh, bakteri tetap berada dalam tubuh dan penyakit akan berkembang ke tahap berikutnya jika tidak diobati, dan sifilis dapat menular melalui luka tersebut jika tidak tertutup kondom dengan benar saat kontak seksual.

  1. Sifilis Sekunder

Sifilis sekunder ditandai dengan munculnya ruam yang tidak terasa gatal, biasanya muncul pada telapak tangan dan telapak kaki. Lesi berwarna putih atau abu-abu juga dapat muncul di area yang lembab dan hangat seperti labia atau anus, tepatnya di lokasi bekas luka chancre sebelumnya.

Mengingat lesi ini sangat menular, sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan area tersebut, dan penggunaan kondom menjadi langkah kunci untuk mengurangi penularan ke pasangan. Gejala pada tahap ini juga dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan, namun infeksi tetap berlanjut dalam tubuh.

  1. Sifilis Laten dan Tersier
Baca Juga :  Simak, Manfaat Utama Minyak Zaitun untuk Perawatan Kecantikan Alami

WHO menjelaskan bahwa sifilis laten seringkali tidak menunjukan gejala sama sekali dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan berkembang ke tahap tersier, yaitu tahap ketiga dan final yang merupakan tahap paling berbahaya.

Pada tahap tersier, sifilis dapat menyebabkan penyakit pada otak dan sistem kardiovaskular, serta berbagai kondisi serius lainnya. Tahap ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ vital dan bahkan berujung pada kematian.

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, sifilis dapat menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Seperti yang dilansir dari Hello Sehat, terdapat berbagai dampak jangka panjang yang dapat terjadi akibat infeksi sifilis yang tidak tertangani. Dimana komplikasi ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup penderita, tetapi juga dapat mengancam jiwa dan memengaruhi orang-orang di sekitarnya.

  1. Kerusakan Organ Vital

Pada tahap tersier, penyakit ini dapat merusak berbagai organ penting dalam tubuh seperti jantung, pembuluh darah, hati, dan ginjal. Kerusakan pada jantung dapat menyebabkan kondisi yang disebut syphilitic heart disease atau penyakit jantung akibat sifilis.

Pembuluh darah yang rusak juga dapat menyebabkan aneurisma atau penyumbatan yang berakibat fatal. Selain itu, gangguan fungsi hati dan ginjal juga dapat terjadi, yang berpotensi menyebabkan gagal organ dan memerlukan perawatan medis intensif.

  1. Gangguan Sistem Saraf

Neurosifilis merupakan kondisi ketika bakteri menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan berbagai gangguan neurologis yang serius. Kondisi ini dapat mengakibatkan kelumpuhan, kebutaan, gangguan mental, hingga demensia yang sangat memengaruhi kualitas hidup penderita.

Kerusakan pada sistem saraf pusat bersifat progresif dan seringkali tidak dapat dipulihkan sepenuhnya meskipun sudah mendapatkan pengobatan. Gejala neurosifilis dapat muncul bertahun-tahun setelah infeksi awal dan memerlukan penanganan medis yang kompleks.

  1. Masalah Kesehatan Reproduksi

 

Pada wanita, sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan kemandulan atau keguguran yang berulang. Infeksi ini dapat merusak organ reproduksi dan mengganggu kesuburan secara permanen.

Pada pria, rajasinga juga dapat memengaruhi kesuburan dan menurunkan kualitas sperma. Dampak pada sistem reproduksi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan individu, tetapi juga dapat menghambat keinginan untuk memiliki keturunan.

  1. Sifilis Kongenital pada Bayi

Komplikasi yang sangat serius dapat terjadi pada bayi yang lahir dari ibu penderita sifilis yang tidak diobati. Kondisi ini dikenal sebagai sifilis bawaan atau kongenital yang dapat menyebabkan kelainan lahir, kerusakan organ vital, bahkan kematian bayi.

Bayi yang terinfeksi dapat mengalami berbagai masalah kesehatan seperti kelainan tulang, kerusakan hati, anemia berat, dan gangguan perkembangan. Untuk itu, pencegahan sifilis kongenital melalui skrining dan pengobatan dini pada ibu hamil merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

  1. Resiko Penularan ke Orang Lain

Tanpa pengobatan yang tepat, penderita rajasinga dapat terus menularkan penyakit kepada pasangan seksualnya. Penularan ini akan memperburuk penyebaran penyakit di masyarakat dan menciptakan rantai infeksi yang terus berlanjut.

Baca Juga :  Minuman Alami yang Dapat Menurunkan Kolesterol

Semakin banyak orang yang terinfeksi dan tidak mendapatkan pengobatan, semakin sulit upaya pengendalian penyakit ini dilakukan. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan tidak hanya penting untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat secara luas.

Kabar baiknya, sifilis dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan dilakukan sedini mungkin. Alodokter menjelaskan bahwa terdapat beberapa pilihan pengobatan yang efektif untuk mengatasi infeksi bakteri Treponema pallidum. Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan tahap penyakit dan tingkat keparahan infeksi yang dialami.

Suntikan Antibiotik Penisilin

Pengobatan utama untuk sifilis dilakukan dengan pemberian suntikan antibiotik penisilin. Penisilin merupakan antibiotik pilihan pertama yang sangat efektif dalam membunuh bakteri penyebab sifilis pada semua tahap penyakit.

Untuk sifilis tahap awal (primer dan sekunder), biasanya cukup dengan satu kali suntikan penisilin benzatin. Namun, untuk kasus yang sudah lebih lanjut atau berlangsung lebih dari satu tahun, mungkin diperlukan beberapa kali suntikan dengan interval tertentu sesuai petunjuk dokter.

Antibiotik Alternatif

Bagi pasien yang memiliki alergi terhadap penisilin atau kondisi tertentu yang tidak memungkinkan penggunaan penisilin, dokter dapat meresepkan antibiotik lain seperti doxycycline atau ceftriaxone.

Antibiotik alternatif ini juga efektif dalam mengatasi infeksi sifilis, meskipun penisilin tetap menjadi pilihan utama. Pemberian antibiotik alternatif biasanya dilakukan dalam bentuk tablet oral yang harus dikonsumsi secara teratur sesuai dengan dosis dan durasi yang ditentukan oleh dokter untuk memastikan bakteri benar-benar tereliminasi dari tubuh.

Perawatan Intensif untuk Tahap Lanjut

Jika sifilis sudah memasuki tahap tersier hingga menyebabkan neurosifilis, penanganan yang lebih intensif diperlukan. Dokter akan memberikan penisilin dosis tinggi secara harian melalui pembuluh darah (intravena) untuk memastikan antibiotik mencapai sistem saraf pusat dengan efektif.

Kondisi ini umumnya memerlukan perawatan rawat inap di rumah sakit agar pasien dapat dimonitor secara ketat dan mendapatkan penanganan komplikasi yang mungkin muncul. Durasi perawatan untuk neurosifilis biasanya lebih lama dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan infeksi telah teratasi sepenuhnya.

Rajasinga atau sifilis adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan jika terdeteksi sejak dini. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual, setia pada satu pasangan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin merupakan langkah-langkah pencegahan yang efektif.

Jika kamu merasa memiliki risiko atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Ingat, semakin cepat sifilis dideteksi dan diobati, semakin besar peluang untuk sembuh total tanpa komplikasi berbahaya yang mengancam kesehatan jangka panjang.(jpc)

Penyakit menular seksual (PMS) hingga kini masih menjadi permasalahan kesehatan global yang memerlukan perhatian serius. Di tengah kemajuan dunia medis, berbagai jenis PMS terus menginfeksi jutaan orang setiap tahunnya di seluruh dunia.

Salah satu PMS yang perlu diwaspadai adalah rajasinga atau sifilis, sebuah infeksi bakteri yang dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Meskipun dapat disembuhkan, banyak orang masih kurang memahami bahaya penyakit ini.

Salah satunya yaitu rajasinga atau sifilis yang mana merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum. Penyakit ini termasuk dalam kategori PMS yang sangat menular dan dapat menyebar melalui kontak seksual, baik vaginal, anal, maupun oral.

Selain itu, sifilis juga dapat ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya, yang dikenal sebagai sifilis kongenital. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan organ vital yang permanen.

Dilansir dari WHO, banyak penderita sifilis tidak menyadari gejala yang muncul pada tubuh mereka. Bahkan, gejala ini juga sering luput dari perhatian tenaga kesehatan karena sifatnya yang dapat muncul dan hilang dengan sendirinya.

Oleh karena itu, tanpa pengobatan, sifilis dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam tubuh dan melewati beberapa tahap perkembangan. Dimana setiap tahapnya memiliki karakteristik gejala yang berbeda dan tingkat bahaya yang meningkat seiring berjalannya waktu.

  1. Sifilis Primer

WHO menyoroti bahwa tahap primer sifilis biasanya berlangsung sekitar 21 hari sejak infeksi awal terjadi. Gejala utama yang muncul adalah luka bulat yang tidak terasa sakit dan biasanya keras (chancre) yang muncul di area genital, anus, atau bagian tubuh lain yang terpapar bakteri.

Luka ini seringkali tidak disadari oleh penderita karena tidak menimbulkan rasa sakit dan akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 3-10 hari. Meskipun luka sembuh, bakteri tetap berada dalam tubuh dan penyakit akan berkembang ke tahap berikutnya jika tidak diobati, dan sifilis dapat menular melalui luka tersebut jika tidak tertutup kondom dengan benar saat kontak seksual.

  1. Sifilis Sekunder

Sifilis sekunder ditandai dengan munculnya ruam yang tidak terasa gatal, biasanya muncul pada telapak tangan dan telapak kaki. Lesi berwarna putih atau abu-abu juga dapat muncul di area yang lembab dan hangat seperti labia atau anus, tepatnya di lokasi bekas luka chancre sebelumnya.

Mengingat lesi ini sangat menular, sangat penting untuk menghindari kontak langsung dengan area tersebut, dan penggunaan kondom menjadi langkah kunci untuk mengurangi penularan ke pasangan. Gejala pada tahap ini juga dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan, namun infeksi tetap berlanjut dalam tubuh.

  1. Sifilis Laten dan Tersier
Baca Juga :  Simak, Manfaat Utama Minyak Zaitun untuk Perawatan Kecantikan Alami

WHO menjelaskan bahwa sifilis laten seringkali tidak menunjukan gejala sama sekali dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan berkembang ke tahap tersier, yaitu tahap ketiga dan final yang merupakan tahap paling berbahaya.

Pada tahap tersier, sifilis dapat menyebabkan penyakit pada otak dan sistem kardiovaskular, serta berbagai kondisi serius lainnya. Tahap ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ vital dan bahkan berujung pada kematian.

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, sifilis dapat menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Seperti yang dilansir dari Hello Sehat, terdapat berbagai dampak jangka panjang yang dapat terjadi akibat infeksi sifilis yang tidak tertangani. Dimana komplikasi ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup penderita, tetapi juga dapat mengancam jiwa dan memengaruhi orang-orang di sekitarnya.

  1. Kerusakan Organ Vital

Pada tahap tersier, penyakit ini dapat merusak berbagai organ penting dalam tubuh seperti jantung, pembuluh darah, hati, dan ginjal. Kerusakan pada jantung dapat menyebabkan kondisi yang disebut syphilitic heart disease atau penyakit jantung akibat sifilis.

Pembuluh darah yang rusak juga dapat menyebabkan aneurisma atau penyumbatan yang berakibat fatal. Selain itu, gangguan fungsi hati dan ginjal juga dapat terjadi, yang berpotensi menyebabkan gagal organ dan memerlukan perawatan medis intensif.

  1. Gangguan Sistem Saraf

Neurosifilis merupakan kondisi ketika bakteri menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan berbagai gangguan neurologis yang serius. Kondisi ini dapat mengakibatkan kelumpuhan, kebutaan, gangguan mental, hingga demensia yang sangat memengaruhi kualitas hidup penderita.

Kerusakan pada sistem saraf pusat bersifat progresif dan seringkali tidak dapat dipulihkan sepenuhnya meskipun sudah mendapatkan pengobatan. Gejala neurosifilis dapat muncul bertahun-tahun setelah infeksi awal dan memerlukan penanganan medis yang kompleks.

  1. Masalah Kesehatan Reproduksi

 

Pada wanita, sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan kemandulan atau keguguran yang berulang. Infeksi ini dapat merusak organ reproduksi dan mengganggu kesuburan secara permanen.

Pada pria, rajasinga juga dapat memengaruhi kesuburan dan menurunkan kualitas sperma. Dampak pada sistem reproduksi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan individu, tetapi juga dapat menghambat keinginan untuk memiliki keturunan.

  1. Sifilis Kongenital pada Bayi

Komplikasi yang sangat serius dapat terjadi pada bayi yang lahir dari ibu penderita sifilis yang tidak diobati. Kondisi ini dikenal sebagai sifilis bawaan atau kongenital yang dapat menyebabkan kelainan lahir, kerusakan organ vital, bahkan kematian bayi.

Bayi yang terinfeksi dapat mengalami berbagai masalah kesehatan seperti kelainan tulang, kerusakan hati, anemia berat, dan gangguan perkembangan. Untuk itu, pencegahan sifilis kongenital melalui skrining dan pengobatan dini pada ibu hamil merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

  1. Resiko Penularan ke Orang Lain

Tanpa pengobatan yang tepat, penderita rajasinga dapat terus menularkan penyakit kepada pasangan seksualnya. Penularan ini akan memperburuk penyebaran penyakit di masyarakat dan menciptakan rantai infeksi yang terus berlanjut.

Baca Juga :  Minuman Alami yang Dapat Menurunkan Kolesterol

Semakin banyak orang yang terinfeksi dan tidak mendapatkan pengobatan, semakin sulit upaya pengendalian penyakit ini dilakukan. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan tidak hanya penting untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat secara luas.

Kabar baiknya, sifilis dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan dilakukan sedini mungkin. Alodokter menjelaskan bahwa terdapat beberapa pilihan pengobatan yang efektif untuk mengatasi infeksi bakteri Treponema pallidum. Pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan tahap penyakit dan tingkat keparahan infeksi yang dialami.

Suntikan Antibiotik Penisilin

Pengobatan utama untuk sifilis dilakukan dengan pemberian suntikan antibiotik penisilin. Penisilin merupakan antibiotik pilihan pertama yang sangat efektif dalam membunuh bakteri penyebab sifilis pada semua tahap penyakit.

Untuk sifilis tahap awal (primer dan sekunder), biasanya cukup dengan satu kali suntikan penisilin benzatin. Namun, untuk kasus yang sudah lebih lanjut atau berlangsung lebih dari satu tahun, mungkin diperlukan beberapa kali suntikan dengan interval tertentu sesuai petunjuk dokter.

Antibiotik Alternatif

Bagi pasien yang memiliki alergi terhadap penisilin atau kondisi tertentu yang tidak memungkinkan penggunaan penisilin, dokter dapat meresepkan antibiotik lain seperti doxycycline atau ceftriaxone.

Antibiotik alternatif ini juga efektif dalam mengatasi infeksi sifilis, meskipun penisilin tetap menjadi pilihan utama. Pemberian antibiotik alternatif biasanya dilakukan dalam bentuk tablet oral yang harus dikonsumsi secara teratur sesuai dengan dosis dan durasi yang ditentukan oleh dokter untuk memastikan bakteri benar-benar tereliminasi dari tubuh.

Perawatan Intensif untuk Tahap Lanjut

Jika sifilis sudah memasuki tahap tersier hingga menyebabkan neurosifilis, penanganan yang lebih intensif diperlukan. Dokter akan memberikan penisilin dosis tinggi secara harian melalui pembuluh darah (intravena) untuk memastikan antibiotik mencapai sistem saraf pusat dengan efektif.

Kondisi ini umumnya memerlukan perawatan rawat inap di rumah sakit agar pasien dapat dimonitor secara ketat dan mendapatkan penanganan komplikasi yang mungkin muncul. Durasi perawatan untuk neurosifilis biasanya lebih lama dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan infeksi telah teratasi sepenuhnya.

Rajasinga atau sifilis adalah penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan jika terdeteksi sejak dini. Penggunaan kondom saat berhubungan seksual, setia pada satu pasangan, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin merupakan langkah-langkah pencegahan yang efektif.

Jika kamu merasa memiliki risiko atau mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat. Ingat, semakin cepat sifilis dideteksi dan diobati, semakin besar peluang untuk sembuh total tanpa komplikasi berbahaya yang mengancam kesehatan jangka panjang.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/