INDUSTRI
pariwisata
Hong Kong terpuruk menyusul aksi unjuk rasa yang hampir setiap hari terjadi
dalam beberapa bulan terakhir.Dalam lima hari pertama bulan Agustus 2019,
jumlah kunjungan wisata berkurang hingga 31 persen dibandingkan periode yang
sama pada bulan Agustus 2018.
Tren tersebut berlanjut
hingga lima hari berikutnya dengan penurunan kunjungan wisata sebesar 33,4
persen.Sekretaris Keuangan Wilayah Administrasi Khusus Hong Kong Paul Chan
Mo-po malah menyebutkan bahwa penurunan kunjungan wisata pada 11-15 Agustus
2019 mencapai 40 persen sebagaimana dikutip media resmi China, Jumat
(23/8/2019).
Akibat penurunan tersebut,
beberapa hotel di salah satu kota tujuan wisata terbesar di Asia itu banting
harga.
Sejumlah hotel di pusat kota
mematok tarif 200-500 dolar HK atau sekitar Rp326.000-Rp906.000 untuk pemesanan
satu kamar per malam pada Sabtu (24/8). Pengelola hotel menurunkan tarif hingga
50 persen dibandingkan beberapa waktu sebelum unjuk rasa massal tersebut
terjadi.
Asosiasi Perdagangan Hong
Kong (HKFTU) khawatir kalau-kalau situasi tersebut menyebabkan pemutusan
hubungan kerja sektor pariwisata, menurut media.
Dengan mempertimbangkan
tingkat keterisian kamar yang rendah dan penurunan pendapatan layanan makan,
manajemen Hotel InterContinental di kawasan pesisir Tsim Sha Tsui mengirimkan
surat elektronik kepada seluruh karyawannya terkait pertanyaan mengenai
pembayaran bonus tahunan dan uang cuti pada Agustus dan September 2019.
InterContinental merupakan
salah satu dari beberapa hotel yang terkena dampak dari aksi unjuk rasa yang
tak berkesudahan itu, demikian dilaporkan People’s Daily.
Selain pariwisata, sektor
properti juga terpukul. Rumah berukuran 35 meter persegi di Fanling Town
Center, yang berada di salah satu kawasan perbelanjaan terbesar di Hong Kong,
baru-baru ini terjual dengan harga 4,8 juta dolar HK (sekitar Rp8,8 miliar)
atau turun sekitar 9 persen dari harga pasaran sebelumnya.(ant/indopos)