Site icon Prokalteng

Kisah Sedih di India, Saudara Kembar yang Mati Bersama Akibat Covid-19

kisah-sedih-di-india-saudara-kembar-yang-mati-bersama-akibat-covid-19

PROKALTENG.CO-Kisah sedih saudara kembar yang hidup bersama dan mati bersama akibat Covid-19 telah menyebar dengan cepat dan luas di media sosial India. Cerita mengharukan itu beredar saat India tengah menghadapi lonjakan kasus baru dan kematian akibat Covid-19.

Joefred Gregory dan Ralfred Gregory, nama dua saudara kembar yang sebelumnya menjalani hidup bersama-sama. Mereka kuliah di perguruan tinggi yang sama. Mereka mempelajari hal yang sama. Mereka mengenakan pakaian yang serasi. Mereka memangkas jenggot persis dengan cara yang sama.

Kembar identik. Mereka adalah dua pemuda tampan di India utara yang sangat mencintai satu sama lain. Dan ketika mereka berdua diserang Covid-19 bulan lalu dan dirawat di rumah sakit, rasanya seperti berbagi satu tubuh yang sakit.

Beberapa jam setelah Joefred meninggal dunia, ibu mereka memberi tahu Ralfred bahwa saudara kembarnya tersebut masih hidup. Itu dilakukan untuk menjaga semangatnya. Tapi, Ralfred merasa saudara kembarnya telah meninggal. Dia pun berkata, “Bu, kau bohong”. Keesokan harinya, pada 14 Mei 2021, Ralfred juga meninggal dunia.

India bisa dikatakan sebagai negara yang sangat menderita dan terus menderita akibat Covid-19. Meski jumlah kasus India secara keseluruhan telah menurun selama seminggu terakhir ini, angka kematian terus meningkat.

India ada Kamis (20/5) melaporkan infeksi baru selama 24 jam terakhir yakni 276.110 kasus, sementara kematian bertambah 3.874 jiwa. Pada Rabu (19/5), India memecahkan rekor dunia untuk kematian akibat Covid-19 yang paling banyak dilaporkan dalam satu hari yakni 4.529 jiwa. Sungguh mengkhawatirkan, tiga orang India meninggal setiap menit karena Covid-19. Para ahli mengatakan bahwa itu hanya sebagian kecil dari jumlah sebenarnya dan angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Joefred dan Ralfred, 24, memiliki ikatan khusus. Meski orang tua mereka memberi mereka nama yang mirip, mereka mengatakan mereka tidak membesarkan si kembar untuk saling meniru. Namun, tetangga mengatakan bahwa di mana melihat satunya, Anda melihat yang lain, bahkan setelah mereka mencapai usia dewasa.

Mereka tumbuh bersama di sebuah bungalo satu lantai di Meerut, kota satelit New Delhi. Orang tua mereka adalah guru di sekolah Kristen. Keluarga itu termasuk di antara sedikit orang Kristen di lingkungan kelas menengah campuran.

Joefred lebih tua tiga menit. Tapi tidak perbedaan kakak-adik. “Mereka sederajat,” kata ayah mereka, Gregory Raymond Raphael seperti dilansir Straits Times. “Mereka bisa berdebat, ya. Tapi saya tidak pernah melihat mereka saling menyakiti,” imbuhnya.

Saat bersekolah, mereka belajar bersama dan masuk pada tahun yang sama, universitas yang sama di India selatan, mata pelajaran yang sama, ilmu komputer. Mereka menata rambut mereka dengan gaya yang sama. Mereka tampak seperti bayangan cermin.

Hanya sedikit orang, selain orang tua mereka, yang dapat membedakan mereka. Mereka memiliki tinggi yang sama, sekitar 180 cm, dengan bentuk otot yang sama. Teman-teman mengatakan bahwa di pesta pernikahan, pesta ulang tahun, dan hampir semua acara komunitas, Joefred dan Ralfred tidak hanya berpakaian sama tetapi juga berkumpul bersama di keramaian.

“Sepertinya mereka digabungkan,” kata Manoj Kumar, seorang tetangga dan teman keluarga. “Ada cinta yang luar biasa di antara mereka berdua,” sebutnya.

Keduanya adalah insinyur komputer dan bekerja dari rumah di Meerut. Pada 24 April, mereka menderita demam pada saat yang sama kata ayah mereka. Orang tua mereka merawat mereka di rumah, dengan obat yang dijual bebas, tetapi mulai khawatir karena kondisi mereka semakin memburuk.

Seminggu setelah putra mereka sakit, keluarga tersebut memutuskan untuk mencari bantuan dan mendapatkan tempat di Rumah Sakit Anand, sebuah fasilitas swasta dengan reputasi yang baik dan tidak jauh dari rumah mereka. Kedua putranya dinyatakan positif Covid-19 dan seorang dokter di rumah sakit mengatakan bahwa pada saat itu, penyakit itu berkembang sangat cepat.

Kedua putranya menderita infeksi paru-paru yang sangat berbahaya. Keduanya ditempatkan di unit perawatan intensif (ICU) dengan dipasangi ventilator dan tempat tidur terpisah. Joefred di tempat tidur 10, Ralfred di 14. Pada pagi hari tanggal 13 Mei, Joefred, saudara kembar yang lebih tua, kalah dalam pertempuran. Tingkat oksigen darahnya turun menjadi 48 persen. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya.

Ibu si kembar, Soja, sedang mengunjungi ICU saat itu. Para dokter menyuruhnya pergi. Beberapa menit kemudian, sekitar tengah hari, mereka menyampaikan kabar bahwa Joefred telah meninggal.

Sang ibu, diliputi kesedihan, lalu kembali ke ICU untuk memeriksa Ralfred, yang terus bertanya, “Di mana Joefred? Di mana Joefred?” Ibunya memberitahunya bahwa saudara laki-lakinya telah dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar. “Kami mengira kondisinya akan semakin parah jika kami menceritakan apa yang terjadi,” kata ayahnya.

Tapi, Ralfred tahu. Dia berkata kepada ibunya: “Bu, kamu berbohong. Katakan yang sebenarnya.” Tapi sang ibu tidak melakukannya.

Ralfred kemudian mengalami depresi, kata dokternya. Dan keesokan paginya, kurang dari 24 jam setelah saudaranya meninggal, Ralfred menyusul saudara kembarnya. Ralfred meninggal dunia.

Saat berita menyebar, surat kabar India terkemuka memuat berita, menampilkan kedua bersaudara itu berdampingan dengan pakaian yang sama. Stasiun televisi juga ikut memberitakan, dengan dokter mereka berbicara tentang betapa virus itu telah menghancurkan paru-paru mereka secara menyeluruh.

Dari ribuan kematian dalam beberapa hari terakhir, keduanya tampaknya benar-benar meresahkan orang, mungkin karena si kembar baru berusia 20-an tahun dan terlihat sangat sehat, atau mungkin karena kedekatan mereka.

Di media sosial, orang-orang mencuit “Ini sangat memilukan!” dan “Betapa menghancurkannya hal itu bagi orang tua. Sangat muda”.

Ayah mereka berkata bahwa dia merasa hatinya telah terkoyak. “Saya terus berpikir bahwa mungkin saya seharusnya tidak membawa mereka ke rumah sakit,” katanya. “Mungkin seharusnya aku merawatnya di rumah. Ada kasih sayang orang tua yang tidak bisa diberikan rumah sakit. Tapi tidak ada gunanya mengatakan, ‘jika ini bisa terjadi, atau itu bisa terjadi’. Anak-anakku sudah pergi sekarang,” sebutnya.

Joefred dan Ralfred Gregory dimakamkan berdampingan dan sang ayah hingga saat ini setiap hari berdoa di makam anak kembarnya tersebut.

Exit mobile version