28.6 C
Jakarta
Saturday, October 12, 2024

Amerika Beri Sanksi Dagang pada Turki

PRESIDEN AS Donald Trump menandatangani perintah
eksekutif yang mengesahkan sanksi terhadap Turki atas serangan militernya di
Suriah. Sanksi diterapkan bagi individu, entitas atau pemerintah Turki. Tak
hanya itu, Trump juga menjatuhkan sanksi dagang berupa kenaikan tarif baja sebesar
50% terhadap Turki.

“AS kini menerapkan otoritas sanksi terkait dengan serangan militer Turki
yang sedang berlangsung di timur laut Suriah, yang membahayakan warga sipil dan
sangat merusak kampanye anti-ISIS,” kata Menteri Luar Negeri Amerika serikat
(AS) Mike Pompeo lewat akun Twitternya yang dikutip Guardian, Selasa (15/10).

Pompeo menambahkan, operasi destabilisasi oleh Turki ini terus berlanjut,
dan kini telah menciptakan krisis kemanusiaan yang terus bertambah dan
menghancurkan.

“Kami tetap berkomitmen untuk solusi politik untuk konflik di Suriah
sejalan dengan UNSCR 2254. Tindakan sepihak Turki menyebabkan sanksi ini,”
ujarnya.

Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan, AS akan memungut sanksi
terhadap menteri pertahanan, menteri dalam negeri, dan energi Turki. “Sanksi
ini sangat, sangat kuat,” tuturnya.

Wakil Presiden AS Mike Pence, juga membuat pengumuman mengejutkan di depan
Gedung Putih, untuk memberi wartawan kabar terbaru tentang konflik yang sedang
berlangsung di Suriah.

Baca Juga :  Donald Trump Resmi Putuskan Hubungan AS dan WHO

“Trump berbicara kepada Presiden Erdogan hari ini melalui telepon. Trump
ingin Turki menghentikan invasi dan memulai gencatan senjata segera,” kata
Pence.

Sementara itu, pemerintah Cina juga mendesak Turki menghentikan operasi
militernya di Suriah. Beijing menyerukan Ankara menghormati kedaulatan dan
integritas wilayah Suriah.

“Cina menyerukan Turki menahan diri dan menghormati kedaulatan Suriah.
Semua pihak khawatir tentang kemungkinan konsekuensi dari operasi militer
Turki,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang.

Selain China, telah cukup banyak negara, termasuk negara-negara Arab yang
mendesak Turki menghentikan operasi militernya di Suriah. Pada Ahad lalu,
Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan pertemuan dengan Presiden Prancis
Emmanuel Macron untuk membahas perkembangan situasi di Suriah.

“Kami memiliki keinginan bersama bahwa serangan ini berakhir. Operasi
militer Turki dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana kemanusiaan serta
mendorong milisi ISIS bangkit kembali,” ,” kata Macron seusai bertemu Merkel.

Menanggapi kecaman itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan,
operasi militer di bagian timur-laut Suriah adalah bukti kegagalan masyarakat
internasional, untuk membantu Turki menangani jutaan pengungsi.

Di dalam satu artikel yang ia kirim ke The Wall Street Journal, Erdogan
mengatakan tak satu negara pun telah merasakan sakit akibat krisis kemanusiaan
yang berlangsung lebih parah, daripada yang dirasakan Turki sejak perang
saudara Suriah meletus pada 2011.

Baca Juga :  Thailand dan Australia Konfirmasi Kematian Pertama Akibat Virus Korona

“Ankara mencapai batasnya. Dunia tak mengacuhkan peringatan yang
berulangkali disampaikan Turki mengenai ketidakmampuannya untuk menanggulangi
masalah perawatan lebih dari 3,6 juta pengungsi Suriah tanpa dukungan
internasional,” kata Erdogan.

Sejak pekan lalu, Turki membombardir kota-kota di timur laut Suriah. Dalam
operasi yang diberi nama “Operation Peace Spring” itu Ankara hendak menumpas
pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Suriah dan Turki.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) adalah pihak yang menjadi target militer
Turki. SDF dikenal pula sebagai Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka
mengubah namanya menjadi SDF sejak bergabung dengan militer Amerika Serikat
(AS) dalam memerangi milisi ISIS di Suriah.

Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan
(PKK). PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan
pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Ankara telah
melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris. (der/fin/kpc)

PRESIDEN AS Donald Trump menandatangani perintah
eksekutif yang mengesahkan sanksi terhadap Turki atas serangan militernya di
Suriah. Sanksi diterapkan bagi individu, entitas atau pemerintah Turki. Tak
hanya itu, Trump juga menjatuhkan sanksi dagang berupa kenaikan tarif baja sebesar
50% terhadap Turki.

“AS kini menerapkan otoritas sanksi terkait dengan serangan militer Turki
yang sedang berlangsung di timur laut Suriah, yang membahayakan warga sipil dan
sangat merusak kampanye anti-ISIS,” kata Menteri Luar Negeri Amerika serikat
(AS) Mike Pompeo lewat akun Twitternya yang dikutip Guardian, Selasa (15/10).

Pompeo menambahkan, operasi destabilisasi oleh Turki ini terus berlanjut,
dan kini telah menciptakan krisis kemanusiaan yang terus bertambah dan
menghancurkan.

“Kami tetap berkomitmen untuk solusi politik untuk konflik di Suriah
sejalan dengan UNSCR 2254. Tindakan sepihak Turki menyebabkan sanksi ini,”
ujarnya.

Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan, AS akan memungut sanksi
terhadap menteri pertahanan, menteri dalam negeri, dan energi Turki. “Sanksi
ini sangat, sangat kuat,” tuturnya.

Wakil Presiden AS Mike Pence, juga membuat pengumuman mengejutkan di depan
Gedung Putih, untuk memberi wartawan kabar terbaru tentang konflik yang sedang
berlangsung di Suriah.

Baca Juga :  Donald Trump Resmi Putuskan Hubungan AS dan WHO

“Trump berbicara kepada Presiden Erdogan hari ini melalui telepon. Trump
ingin Turki menghentikan invasi dan memulai gencatan senjata segera,” kata
Pence.

Sementara itu, pemerintah Cina juga mendesak Turki menghentikan operasi
militernya di Suriah. Beijing menyerukan Ankara menghormati kedaulatan dan
integritas wilayah Suriah.

“Cina menyerukan Turki menahan diri dan menghormati kedaulatan Suriah.
Semua pihak khawatir tentang kemungkinan konsekuensi dari operasi militer
Turki,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Geng Shuang.

Selain China, telah cukup banyak negara, termasuk negara-negara Arab yang
mendesak Turki menghentikan operasi militernya di Suriah. Pada Ahad lalu,
Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan pertemuan dengan Presiden Prancis
Emmanuel Macron untuk membahas perkembangan situasi di Suriah.

“Kami memiliki keinginan bersama bahwa serangan ini berakhir. Operasi
militer Turki dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana kemanusiaan serta
mendorong milisi ISIS bangkit kembali,” ,” kata Macron seusai bertemu Merkel.

Menanggapi kecaman itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan,
operasi militer di bagian timur-laut Suriah adalah bukti kegagalan masyarakat
internasional, untuk membantu Turki menangani jutaan pengungsi.

Di dalam satu artikel yang ia kirim ke The Wall Street Journal, Erdogan
mengatakan tak satu negara pun telah merasakan sakit akibat krisis kemanusiaan
yang berlangsung lebih parah, daripada yang dirasakan Turki sejak perang
saudara Suriah meletus pada 2011.

Baca Juga :  Thailand dan Australia Konfirmasi Kematian Pertama Akibat Virus Korona

“Ankara mencapai batasnya. Dunia tak mengacuhkan peringatan yang
berulangkali disampaikan Turki mengenai ketidakmampuannya untuk menanggulangi
masalah perawatan lebih dari 3,6 juta pengungsi Suriah tanpa dukungan
internasional,” kata Erdogan.

Sejak pekan lalu, Turki membombardir kota-kota di timur laut Suriah. Dalam
operasi yang diberi nama “Operation Peace Spring” itu Ankara hendak menumpas
pasukan Kurdi yang menguasai wilayah perbatasan antara Suriah dan Turki.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) adalah pihak yang menjadi target militer
Turki. SDF dikenal pula sebagai Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Mereka
mengubah namanya menjadi SDF sejak bergabung dengan militer Amerika Serikat
(AS) dalam memerangi milisi ISIS di Suriah.

Turki memandang YPG sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan
(PKK). PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan
pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Ankara telah
melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris. (der/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru